[caption id="attachment_199132" align="alignright" width="300" caption="http://www.scrapsplanet.com"][/caption] Ketika tengah asik menikmati malam sembari ditemani kofi hitam panas, di angkringan depan Masjid Fathullah, UIN Jakarta, Ciputat, Tanggerang Selatan. Tiba-tiba seorang pria duduk di samping saya, dikeluarkannya sebatang rokok dan tak lama menjulurkan tangan meminta api. Dia begitu menghayati hisap demi hisap rokoknya, sementara pandagannya lurus kedepan menatap lalu-lalang kendara bermotor di Jalan Ir. H Juanda. Lelaki itu pun lantas memesan kopi guna menyemprunakan ritual menghisap tembakaunya. Tingkah lakunya semakin membuat saya penasaran. “Anda dari mana” Tanya saya. Matanya langsung tertuju ke wajah saya, lalu kembali lagi dia menatap jalan. “saya dari kampus” jawabnya dengan singkat. Tak menyangka jawabannya sesingkat itu, saya pikir dia menanya balik, ternyata tidak. Memutar otak mencari sebuah topik obrolan, agar malam saya ini bersamanya tak berjalan garing saling mendiamkan. Saya pun menyuruput kopi hitam dengan harapan mendapatkan ide obrolan. Barang kali bicara soal politik, ah bosan sudah terlalu sering dan cuma bikin kesal. Mungkin ngobrol soal sepak bola Indonesia, tak jauh berbeda sama saja yang dibicarakan pasti tentang prestasi-prestasi buruknya, bikin emosi. Nah sepertinya menarik bicara tentang kuliah, eit sebentar pasti ujung-ujungnya keyword yang muncul skripsi, IPK, dosen yang nyebelin, nilai belum keluar, dan problem akademik lainnya. Sedangkan saya sendiri sudah semester akhir. Tidak, tidak untuk saat ini saya menghindari keyword-keyword itu dulu. Ketika tengah bingung mencari topik obrolan. Tanpa diduga dia ngomong, “antara cinta, kebenaran, dan tuhan memiliki kesamaan” Ujar dengan suara merendah. Saya pun coba mencerna ungkapannya itu. “maksudnya, kesamaan di mananya” Tanya saya. Ia menjelaskan, bahwa tak ada definisi yang mutlak tentang cinta. Ada yang bilang cinta itu adalah nafsu, cinta itu kasih kasayang, cinta yang sebenarnya ketika mencintai seseorang karena sang khalik, bermacam-macam banyak sekali. “ tergantung siapa yang mengartikannya, saya sendiri punya penafsiran tersendiri tentang cinta” pekiknya. Tak jauh berbeda dengan cinta, setiap orang mempunyai definisi tersendiri mengenai tuhannya. Lihat saja, tuhan di beberapa agama berbeda baik secara penafsiran, dan bentuknya. Ada yang bilang tuhan itu, tuhan ini, dan tuhan ini itu. Begitu pula kebenaran memiliki definisi yang berbeda-beda, tak ada kebenaran yang mutlak. Kebenaran versi agama seperti ini, kebenaran menurut negara kayak begini, sekte itu sesat yang benar adalah seperti ini. Kebenaran ada di tiap individu, bersifat relatif. “Bukannya ada kebenaran secara mutlak” Tanya saya. “mungkin, seperti jurnalisme yang berpihak pada kebenaran,dalam arti kebenaran yang semua orang menganggapnya sebagai kebenaran secara fungsional. Bukan dilihat dari sudut pandang agama, atau lainnya.” Paparnya. Itulah kesamaan antara cinta, kebenaran, dan tuhan. Ketiganya merupakan sesuatu yang abstrak, memiliki definisi yang tidak mutlak. Setiap orang berhak mendefinisikan menurut pendapatnya sendiri. Saya pun terdiam berpikir sejenak, tidak puas dengan paparannya. “saya pergi dulu” katanya. “kemana, obrolan kita belum selesai” kata saya. “besok kita lanjutkan, sudah malam mau bobo” ungkapnya. Obrolan saya pun berakhir, ketika dengan sepihak ia memutuskan untuk pergi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H