Abdi memarkirkan motornya di parkiran warung kopi sederhana bergaya tradisional itu. "Makasih ya! Udah bantuin," ucapnya kepada wanita yang ditemuinya di pertengahan jalan menuju warkop, ketika ia sedang berjuang mendorong motornya yang mogok. Wanita bernama Bunga itu mengangguk.
Seperti namanya, wanita itu memiliki paras yang cantik. Kulitnya putih mulus, hidungnya mungil, begitu pula dengan bibir merah mudanya. Setiap kali ia tersenyum, lesung pipitnya yang tampak akan menggetarkan hati lelaki manapun. Ditengah kemalangan yang menimpanya, Abdi merasa beruntung telah dipertemukan dengan wanita ayu nan baik hati seperti Bunga.
Abdi memesan dua kopi susu hangat, lalu duduk di kursi paling ujung. Sengaja ia memilih meja itu agar dapat leluasa mengobrol dengan Bunga.Â
Belum lama duduk, pesanan mereka tiba. Pelayan berambut klimis itu membawa nampan dengan dua gelas kopi susu diatasnya. "Makasih, Mas!" Ujar Abdi pada pelayan, lalu menenggak minumannya. Pelayan itu tersenyum. "Haus banget ya, Mas?" Abdi cengar-cengir dan menggaruk kepala yang tidak gatal. "Iya, Mas." Pelayan itu meninggalkan meja Abdi dan kembali melayani pelanggan.
Abdi memandangi wanita dihadapannya. "Gak diminum?" Tanyanya.
Seakan tidak mendengar, Bunga masih menatap kearah lain. Abdi mengibaskan tangan didepan wajah Bunga, berniat mengalihkan perhatiannya, yang ternyata berhasil."Ngeliatin apa sih?"
"Itu! Serem banget deh." Bunga bergidik, sembari menunjuk TV mungil dibelakang Abdi yang rutin menayangkan video horor setiap pukul sepuluh, untuk mengatasi pengunjung yang gemar nongkrong melebihi jam buka. Cara unik yang sayangnya tetap tidak bekerja.
"Kamu percaya sama begituan?" Tutur Abdi setengah tertawa. "Semua hal yang orang-orang katakan sebagai peristiwa supranatural, pasti memiliki penjelasan yang logis."
Bunga cemberut. Abdi sama sekali tidak berusaha membuat suasana hati Bunga membaik, sebaliknya ia sumringah memandangi rupa Bunga yang kian menggemaskan.
Sempat hening sejenak, sebelum Bunga kembali berujar, "Kamu pernah denger cerita hantu di Jalan Kenanga?"
Abdi menggeleng. "Belum."
"Pantas saja!" Kata Bunga bersemangat. "Setelah kamu denger ceritanya, aku yakin kamu akan percaya hantu itu ada."
Mendengar hal itu Abdi terkekeh. Ia begitu yakin pandangannya terhadap hal-hal mistis tidak akan berubah, bahkan jika cerita seram paling meyakinkan diceritakan kepadanya sekalipun. Bunga yang semakin tidak sabar, mulai bercerita. "Begini ceritanya.."
Di tahun 2020, seorang perempuan bernama Harum, baru saja selesai lembur dari tempat kerjanya. Harum tidak langsung pulang, melainkan menunggu pacarnya di halte depan kantor, karena sudah berjanji untuk makan malam bersama. Harum sangat menunggu saat-saat seperti ini. Terhitung sudah 1 minggu ia dan pacarnya tidak menghabiskan waktu bersama karena sibuk dengan pekerjaan masing-masing.Â
Pukul sebelas malam, tepat satu jam Harum menunggu, pacarnya tak kunjung datang. Berkali-kali Harum mencoba menghubunginya, namun hasilnya nihil. Tak satupun telepon diangkat olehnya. Meski begitu, Harum memutuskan untuk tetap menunggu, karena ia percaya pacarnya tak mungkin berbohong.Â
Hari kian malam, jalan semakin sepi. Harum mulai khawatir kalau-kalau ada orang yang memiliki niat jahat padanya. Harum hendak pulang, saat tiba-tiba pengendara motor berbaju serba hitam, mencoba merebut tas selempang miliknya. "Tolong...!" Pekik Harum. Sayangnya saat itu tak ada satupun kendaraan dan pejalan kaki yang melintas. Harum yang tidak berdaya pun, tersungkur membentur aspal. Dahinya retak, darah mengucur deras. Kejadian ini telah merenggut nyawa Harum.
Semenjak saat itu, Harum akan menghampiri lelaki yang melintasi Jalan kenanga seorang diri malam-malam, mengira itu pacarnya yang tidak pernah datang.
Abdi menggeriap."Serem juga ya!"
"Jadi kamu percaya, kan?" Tanya Bunga antusias.
"Sayangnya, aku lebih percaya kalau cerita itu dibuat dengan tujuan untuk menakut-nakuti orang agar tidak keluyuran malam-malam." Kata Abdi, penuh kemenangan.
Bunga merajuk, bibirnya kembali manyun. "Sepertinya cuma satu yang bisa buat kamu percaya akan keberadaan hantu."
Abdi mengerutkan dahi. "Apa?"Â
Bunga mendekatkan wajahnya, merasakan nafas Abdi yang menderu. Tercium bau busuk yang merasuk kedalam lubang hidungnya, memaksa Abdi untuk berpaling ke arah yang lain. Dan saat itu juga, Abdi menyadari tak ada siapapun di warung kopi yang bahkan sama sekali tidak nampak seperti warung kopi. Di sekelilingnya hanya ada semak belukar. Kopi susu hangat yang diminumnya tadi adalah batok kelapa yang berisi cairan coklat kehitaman menjijikan. Mata Abdi mendelik.
Jari jemari dengan kuku-kuku panjang meraih wajahnya, memaksanya menatap wajah perempuan yang tengah tersenyum jahat, dengan darah segar mengucur deras dari dahinya yang retak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H