Waaah akhirnya saya kembali menulis lagi setelah sekian lama absen dari dunia tulis menulis di blog maupun akun Kompasiana.
Menulis untuk saya adalah suatu yang paling bisa menjadi obat pereda emosi. Sekaligus menyampaikan aspirasi, setelah diskusi selalu saja ingin menulis (tapi malas) hha.
Okay, kali ini saya mau cerita sedikit tentang pengalaman baru saya yang juga menjadi pertanyaan buat saya.
Bagi mahasiswa semester enam di kampus saya, saat ini adalah masa dimana kami semua harus di"hijrah"kan ke daerah asing untuk menjalankan pengabdian pada masyarakat, warga kampus kami menyebutnya Kuliah Kerja Nyata (KKN). Kami diminta memilih kabupaten / kecamatan yang ingin kami jadikan tempat mengabdi selama satu bulan. TIdak sendirian, satu desa satu kelompok. Disana kami akan menjalankan beberapa program kerja yang sudah dirancang sebelumnya dan dirasa sudah sesuai dengan kebutuhan masyarakat disana, contoh pencerdasan anak dengan adanya les gratis selama dua minggu berturut-turut, dsb. Saya antusias sekali dengan kegiatan ini dan juga karena tempat tujuan saya ini adalah Kab. Berau, (meskipun masih jauh dari Derawan sih) tapi tak apa, saya masih bisa memijakkan kaki di daerah kesultanan Berau, Sambaliung. Alhamdulillah.
Dari hasil tanya-tanya dengan senior yang sudah pernah menjalani KKN ini, ada beberapa jawaban yang menurut saya tidak menyenangkan.
1. Kadang-kadang, kita bisa dapat teman satu kelompok yang sulit diajak kerja sama.
2. Karena latar pendidikan kita beda-beda (berbeda jurusan), terkadang sulit untuk menyatukan misi kelompok
3. Kalau cuma jadi anggota, trus kita lebih vocal, bisa dibilang sok-sokan.
4. Biasanya yang jadi korban untuk dijadikan ketua itu anak yang aktif organisasi.
Dan saya hanya bisa menghela nafas, sungguh berat KKN ini jika dibayangkan.
dihari pertama menghubungi semua anggota saja, ketua kelompok saya yang hanya satu-satunya lelaki saja sudah tidak menerima amanah itu, dan melemparnya ke saya -.- meskipun belum ada persetujuan anggota lain, ini sudah bisa mewakili statement nomor 4. karena isunya mereka ini termasuk fakultas yang mahasiswanya pasif. (saya satu-satunya mahasiswa yang berbeda fakultas, yang lain dari fakultas yang sama). Belum lagi membayangkan kalau kami punya anggota kelompok yang manja, dan tidak bisa diajak bekerjasama, wah ini pasti menyebalkan sekali.