Mohon tunggu...
dimas harris abdillah
dimas harris abdillah Mohon Tunggu... Mahasiswa - seorang mahasiswa yang suka segalanya

his royal highness

Selanjutnya

Tutup

Trip

Mengenal Atap Sumatra yang Menantang

23 April 2021   11:15 Diperbarui: 23 April 2021   11:29 1502
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gunung Kerinci atau Puncak Indrapura adalah gunung tertinggi di Sumatra, gunung berapi tertinggi di Indonesia, dan puncak tertinggi di Indonesia di luar Papua. Gunung Kerinci terletak tepat di perbatasan antara Provinsi Sumatera Barat dengan Provinsi Jambi, di Pegunungan Bukit Barisan, dekat pantai barat, dan terletak sekitar 130 km sebelah selatan Padang Provinsi Sumatra Barat. Gunung ini juga menjadi batas antara wilayah Etnis Minangkabau dengan Suku Kerinci yang dikelilingi hutan lebat Taman Nasional Kerinci Seblat dan merupakan habitat harimau sumatra dan badak sumatra.

Gunung Kerinci memiliki kawah seluas 400 x 120 meter dan berisi air yang berwarna hijau. Di sebelah timur terdapat danau Bento, rawa berair jernih tertinggi di Sumatra. Di belakangnya terdapat gunung tujuh dengan kawah yang hampir tak tersentuh. 

Gunung Kerinci merupakan gunung berapi bertipe stratovulcano yang masih aktif dan terakhir kali meletus pada tahun 2009. 

Gunung Kerinci termasuk dalam bagian dari Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS). TNKS adalah sebuah wilayah konservasi yang memiliki luas 1.484.650 hektare dan terletak di wilayah empat provinsi, yang mana sebagian besarnya berada di wilayah Jambi.

Untuk melakukan pendakian di Gunung Kerinci wisatawan dapat menempuh perjalanan sekitar 8-10 Jam perjalanan dari Kota Jambi ke Kota Sungai Penuh setelah itu dari Kota Sungai Penuh perjalanan dapat dilanjutkan lagi ke Desa Kersik Tuo di Kabupaten Kerinci sekitar kurang lebih 1 Jam perjalanan dari Kota Sungai Penuh. Di Desa Kersik Tuo kita dapat beristirahat sebentar di basecamp pendakian atau homestay yang sudah banyak tersedia di sepanjang jalan agar stamina tubuh kita terjaga di keesokan harinya untuk melakukan pendakian.

Pendakian pertama Gunung Kerinci pada tahun 1877 oleh von Hasselt dan Veth, Dari kaki gunung ini, hamparan hutan lebat terlihat hijau menutupi wajah asli Kerinci. Hutan di Gunung Kerinci juga merupakan habitat bagi berbagai spesies seperti gajah sumatera, harimau sumatera, macan tutul, tapir, kuskus, serta berbagai primata seperti siamang dan monyet ekor panjang dan ratusan jenis burung. Jalur pendakian Gunung Kerinci bisa dibilang lengkap yang menyebabkan gunung ini jadi favorit bagi pecinta alam dan pendaki dari Indonesia dan luar negeri, mulai dari jalur beraspal, jalur sungai, jalur dengan bebatuan cadas, pasir, rumput dan pepohonan, hingga jalur menanjak dengan kemiringan 60 derajat. Bahkan para pendaki gunung di Indonesia pun menjadikan ini salah satu gunung yang harus dikunjungi.

Pemandang indah di puncak Gunung Kerinci dari atas gunung di ketinggian 3805 Mdpl dapat terlihat pemandangan Kota Jambi, Padang, dan Bengkulu. Samudera Hindia juga dapat terlihat jelas dari puncak Gunung Kerinci.

Dibalik keindahannya Gunung Kerinci menyimpan berbagai misteri di dalamnya cerita pohon bolong di jalur pendakian Gunung Kerinci salah satunya. Seorang porter menyarankan jika ketemu dengan pohon besar diusahakan untuk jalan terus dan jangan berhenti untuk berfoto-foto, makan, atau buang air di sekitaran pohon. Konon pohon bolong tersebut, dulunya pernah dijadikan tempat untuk menyimpan jenazah pendaki yang meninggal.

Cerita lain yang berkembang di kalangan pendaki, pohon bolong tersebut banyak sosok penunggu. Salah satunya, sosok yang sering menampakkan diri adalah sosok nenek tua serta genderuwo. Konon cerita yang santer terdengar di kalangan pendaki, hilangnya Setiawan Maulana pada 2014 lalu memiliki hubungan dengan sosok penunggu di pohon besar.

Selain dari cerita pohon bolong terdapat cerita lain yang tak kala melegenda di masyarakat sekitar dan Kabupaten Kerinci yaitu cerita tentang Uhang Pandak. Gunung yang berlokasi di Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) ini konon ditinggali oleh makhluk berukuran pendek yang disebut dengan Uhang Pandak. Bahkan, sampai saat ini masih banyak masyarakat yang tinggal di kawasan hutan TNKS yang percaya bahwa Uhang Pandak masih bertempat tinggal di gunung ini. Namun, setiap kali ada yang melihat makhluk ini dan mengabadikannya di dalam foto, sosok yang diyakini sebagai uhang Pandak  ini langsung menghilang begitu saja.

Dan bukan orang Indonesia saja yang ingin membuktikan apakah keberadaan Uhang Pandak ini nyata atau tidak. Sebab ada beberapa ilmuwan dari luar negeri yang juga ingin mencoba membuktikan kebenaran dari salah satu misteri Gunung Kerinci ini. Konon, Uhang Pandak memiliki kaki yang menyerupai kera, mata merah menyala, tinggi badannya sekitar 80 cm, dan bulu bewarna abu-abu yang menutupi tubuhnya. Dan ketika sedang makan, makhluk ini makan dengan cara berbaring lalu mencabik-cabik mangsanya menggunakan kakinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun