Logika kita tertantang untuk memahami apa yang sesungguhnya terjadi tentang bagaimana konsep tentang siksa kubur, timbangan amal (Mizan) dan meniti jembatan Sirotul Mustaqim.
Ketika seorang manusia mengalami azab kubur, mengapa dia harus ditimbang lagi amal baik dan buruknya lalu harus meniti jembatan Sirotul Mustaqim, sebuah jembatan yang begitu tipis yang dikatakan seperti sehelai rambut dibelah tujuh.
Agak membingungkan memang, namun jika kita memperhatikan petunjuk yang ada dari Tuhan Semesta Alam lewat manusia terpilih, maka kita ketahui jika seorang manusia mendapatkan siksa kubur atau kenikmatan kubur, mengapa harus ditimbang kembali amal perbuatannya, sebab ada amalan manusia yang terus dihitung dan berpengaruh pada nilai catatannya yaitu doa dari anak yang sholeh, amal jariah dan ilmu yang bermanfaat buat orang lain yang menyebabkan sesorang yang tergambarkan menerima sisa kubur, ternyata setelah adanya aliran pahala atasvdirinya dan kemudian ditimbang, maka dia bisa memperoleh surga. Demikian pula dengan orang yang mendapat kenikmatan dialam kubur dan diprediksi menempati surga level 1, namun sebab adanya tambahan amal perbuatan yang dia tanam, menyebabkan dia menempati surga level yang lebih tinggi setelah ditimbang.
Ketika manusia selesai ditimbang amalannya, maka manusia akan melewati jembatan Sirotol Mustaqim. Manusia yang telah mendapatkan catatan baik akan mudah melewati jembatan tersebut dan merlihat bagaimana beratnya siksaan dalam neraka dan akan bersyukur dapat melewati jembatan tersebut tanpa terjatuh ke dalam neraka, hingga ketika berada di surga, manusia benar benar memahami nikmat yang dia peroleh ketika terhindar dari api neraka, sebab mereka benar benar telah menyaksikan dahsyatnya siksa neraka dan betapa nikmatnya hidup di surga.
Semua hal begitu terkait dan terstruktur sebab seluruh hal memang terkait dan terstruktur dalam sebuah pola geometri bangunan Ka'bah
Dasar hukum penggunaan pola geometri bangunan Ka'bah : https://www.kompasiana.com/digul/65e19f7a1470936100495df4/teologi-islam-milenial-tulisan-kedua?source_from=source_related_recommendation
Wallahu'alam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H