Mohon tunggu...
Iwan
Iwan Mohon Tunggu... Freelancer - Ketua RW periode 2016 - 2026

pegawai swasta yang pancasilais

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Penciptaan Alam Semesta (Tulisan ke 130)

22 Oktober 2024   13:34 Diperbarui: 22 Oktober 2024   13:37 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Seperti yang telah ditulis dalam tulisan saya yang ke 129 (Ketuhanan Dalam Islam). Kita ketahui bahwa alam semesta itu diciptakan dari tidak ada menjadi ada dan bersumber dari yang telah ada sebelumnya, yaitu Tuhan. Alam semesta berasal dari "sehelai rambut" Tuhan.

Alam semesta memiliki permulaan, namun bahan dasar permulaan alam semesta adalah bagian dari wujud Tuhan Yang Kekal. Jadi disini dapat dikatakan bahwa alam semesta itu "kekal" sebab berasal dari wujud yang kekal . Ada "ketersambungan nasab" antara alam semesta dengan Tuhan jika dilihat dari esensi bahan dasar alam semesta tersebut.

 Alam semesta  juga dikatakan "tidak kekal", sebab wujud alam semesta yang berasal dari "sehelai rambut" Tuhan merupakan sesuatu wujud bentuk yang baru yang berbeda dengan wujud Tuhan. 

"Sehelai rambut" Tuhan, bahan dasar penciptaan semesta, membawa "DNA" Sifat Sifat Tuhan yang melekat pada semesta.

Perumpamaan tentang "sehelai rambut" Tuhan saya ambil dari pemikiran yang didasarkan pada Surat Al Jatsiyah ayat 4 : "Pada penciptaan dirimu dan makhluk bergerak yang ditebarkan-Nya terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang meyakini." 

Kalimat "Pada penciptaan dirimu" dimaknai sebagai wujud fisik diri kita, dimana terdapat rambut yang dapat terlepas / dilepas yang mengandung data informasi tentang diri kita, namun wujudnya berbeda dengan kita.

Wallahu'alam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun