Ketika diberitakan bahwa segala sesuatunya telah tertulis oleh Al Qalam (Pena) didalam Lauh Mahfudz atas perintah Allah dan kemudian lewat analisa yang kita dapati bahwa takdir Allah adalah sebuah ruang  yang berisi persilangan garis yang berhubungan, membentuk ruang gerak bagi adanya kehidupan, maka kita adalah individu individu yang menempati koordinat kita masing masing di dalam ruang tersebut.
Dasar hukum https://www.kompasiana.com/digul/65e19f7a1470936100495df4/teologi-islam-milenial-tulisan-kedua
Koordinat koordinat yang kita tempati adalah koordinat koordinat sejarah, sebab walau bagaimanapun apa yang kita jalani adalah hal yang telah tertulis, adalah sebuah sejarah yang memiliki pola ruang yang berisi persilangan garis, bukan garis sejarah tunggal, namun garis garis sejarah yang dapat kita pilih.
Setiap koordinat yang kita tempati adalah sebuah  kesadaran dan setiap interaksi kita dengan sebuah kesadaran yang lain akan menghasilkan sebuah pencerahan.
Setiap pencerahan akan melahirkan reinkarnasi baru tanpa menunggu kematian. Reinkarnasi kita itu terjadi saat ini, bukan menunggu kematian. Sebagaimana ketika seorang Muslim berpuasa Ramadhan dan membayar zakat Fitrah sedangkan ibadahnya tersebut diterima oleh Tuhan Semesta Alam, maka dia akan terlahir suci kembali.
Wallahu'alam
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI