Mohon tunggu...
Iwan
Iwan Mohon Tunggu... Freelancer - Ketua RW periode 2016 - 2026

pegawai swasta yang pancasilais

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Hidup Bahagia (Tulisan ke 115)

8 September 2024   20:28 Diperbarui: 23 Oktober 2024   21:44 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Saya memaknai bahagia itu sebagai sebuah keadaan untuk tidak ada rasa takut (khawatir) dan bersedih hati dalam keadaan apapun.

Pemaknaaan bahagia tersebut, berdasarkan Al Qur'an Surat Al Baqarah (2) ayat 38 :  Kami berfirman, "Turunlah kamu semua dari surga! Lalu, jika benar-benar datang petunjuk-Ku kepadamu, siapa saja yang mengikuti petunjuk-Ku tidak ada rasa takut yang menimpa mereka dan mereka pun tidak bersedih hati." 

Jika petunjuk paripurna dalam konsep ajaran Islam (Al Qur'an) telah diturunkan dan kemudian diterangkan dan dilengkapimdengan Hadits Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam, maka ketika kita kesulitan membiayai sekolah anak anak kita dan kita khawatir dan bersedih hati tentang keadaan tersebut, apakah kita termasuk dalam golongan orang yang tidak mengikuti petunjuk dari Allah ? Tentu saja, bahwa jika kita merasa takut (khawatir) dan bersedih hati maka kita adalah golongan orang yang tidak mengikuti petunjuk.

Mengapa bisa ketika ada rasa takut dan bersedih hati dikatakan bahwa kita termasuk orang yang tidak mengikuti petunjuk? sebab petunjuk Allah adalah petunjuk yang berpola ruang yang memberikan pilihan pilihan dalam setiap keputusan yang akan kita ambil, dasar hukumnya : https://www.kompasiana.com/digul/65e19f7a1470936100495df4/teologi-islam-milenial-tulisan-kedua

Ada ketentuan ketentuan lainnya yang menyatakan bahwa kita harus mampu BERTARUNG memperbaiki keadaan, saling tolong menolong dan terus berpikir memecahkan segala permasalahan yang dihadapi. Berdoa agar diberikan kemudahan. Bersabar, ikhlas dan tawakkal atas hasil yang didapat, namun tetap mampu bertarung sampai mati untuk menghadapi segala kendala yang membuat kita takut dan bersedih hati. Bertarung sampai mati, melawan setiap ketidakadilan hidup. Panjang umur perjuangan.

Wallahu'alam.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun