Mohon tunggu...
Iwan
Iwan Mohon Tunggu... Freelancer - Ketua RW periode 2016 - 2026

pegawai swasta yang pancasilais

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Kisah Malaikat (Tulisan ke 88)

30 April 2024   15:00 Diperbarui: 23 Oktober 2024   21:51 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Allah menetapkan kehendak / takdir Nya atas alam semesta yang ditulis Al Qalam di Lauh Mahfudz dalam pola ruang yang berisi persilangan garis yang saling berhubungan. Pola persilangan garis ini memberikan kemungkinan kemungkinan yang dapat dipilih dan setiap persilangan garis adalah ujian dengan nilai tertentu.

Maka pada suatu waktu Allah menciptakan Malaikat yang tercipta dari cahaya untuk beribadah kepada Allah. Menelusuri semesta dan dari apa yang dapat disaksikan, bumi adalah tempat terindah, tempat hampir seluruh komponen semesta ada disana. Sebuah planet biru yang dipenuhi keanakaragaman hayati yang tak dapat ditemui di tempat lainnya sepanjang pengetahuan Malaikat

Dalam pola kehendak Allah yang berisi persilangan garis, pada sebuah titik koordinat, Malaikat kemudian dihadapkan pada sebuah pernyataan dari Tuhan Semesta Alam : ... "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." (QS. Al Baqarah: 30).
Setelah sekian lama beribadah, menelusuri semesta dan sepanjang pengetahuan Malaikat, mereka mengetahui bahwa bumi adalah tempat terbaik di semesta, lalu Allah tidak menempatkan Malaikat untuk menjadi Khalifah di Bumi.

Malaikat mempertanyakan ketetapan Allah tersebut, hilang rasa berserah diri, menganggap bahwa ketetapan tersebut tidak adil,  walaupun akhirnya menyadari kesalahannya lalu diberi hukuman untuk sujud kepada Adam sebagai tebusan atas kesalahannya.

Sesungguhnya semua itu adalah ujian berserah diri,ujian atas apa yang tersimpan dalam hati untuk terungkap bahwa segala ibadah yang dilakukan hanya ingin memperoleh tempat di bumi, bukan karena Allah semata, padahal sangat mudah bagi Allah menciptakan bumi lainnya bagi malaikat, cukup "copy paste" dari bumi yang ada yang terbentuk dari proses yang panjang. Sebagaimana kisah Nabi Ibrahim yang mendapat perintah untuk menyembelih anaknya. Nabi Ibrahim berserah diri kepada Allah dan Allah tidak menyia nyiakan hal tersebut, lalu menggantinya dengan seekor domba.

Sejak saat itu Malaikat menjadi mahluk yang selalu patuh pada perintah Allah selamanya.

Wallahu'alam 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun