Mohon tunggu...
Iwan
Iwan Mohon Tunggu... Freelancer - Ketua RW periode 2016 - 2026

pegawai swasta yang pancasilais

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Teologi Islam Milenial. Allah Membatasi Diri Nya (Tulisan Kelima Puluh Dua)

25 Maret 2024   00:18 Diperbarui: 25 Maret 2024   00:20 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Allah membatasi diri Nya

Dalam pemahaman takdir Allah yang umumnya dipahami sebagai sebuah garis tunggal, kita sering dapati pemahaman bahwa Allah akan berlaku sesuka hati.

Jika dikatakan bahwa Allah berkehendak semaunya atas diri mahluk, maka tak perlu ada kemauan bagi mahluk terutama manusia untuk patuh pada perintah dan larangan Allah sebab kita tak pernah bisa pahami kehendak Allah padahal hukuman yang diberikan begitu digambarkan sangat mengerikan.

Namun jika kemudian kita ketahui melalui beberapa analogi dan petunjuk Nabi Muhammad SAW yang mengarah pada kesimpulan bahwa takdir / kehendak / Sabda Allah adalah berpola ruang dimana analogi tersebut hanya bisa didapat dengan berpikir, maka kita tahu bahwa Allah memberi kebebasan kepada manusia untuk melakukan atau tidak melakukan perintah dan larangan.

Diberikan kepada manusia oleh Allah, Fitrah, akal pikiran, hati, indera dan petunjuk agar memahami seluruh konsep kehidupan yang Allah ciptakan. Allah menciptakan Jin dan Manusia untuk beribadah kepada Nya. Bagi manusia, menegakkan rukun Iman, menegakkan rukun Islam, berpikir, menghormati orang tua, bersabar, berdoa, berusaha, bertawakkal, berjihad dan perintah lainnya serta menjauhi larangan Allah adalah ibadah dan ini merupakan panduan dalam menelusuri jalan sejarah semesta, kehendak Allah yang telah tertulis 50 ribu tahun sebelum segala seuatu di semesta ini mewujud.

Allah membatasi diri Nya, menciptakan Arsy' sebagai batas, menentukan aturan main di dalam "gelembung" Arsy' agar kehidupan ini ada, sebab jika Allah tidak memberi batas, alam semesta tak pernah ada. Itulah mengapa dikatakan  Allah Maha Pengasih, Maha Penyayang.

Bagi manusia yang mampu mencapai prestasi baik dalam beribadah, masuk surga, ada kesempatan melihat Allah. Wujud yang tak serupa dengan mahluk, bukan terang dan bukan gelap. Bukan asin, manis, asam atau rasa apapun yang pernah kita kecap. Bukan panas atau dingin seperti yang pernah dirasakan kulit. Bukan bunyi atau sunyi. Bukan wangi sesuatu yang pernah kita cium. Sesuatu yang berbeda sama sekali tapi dipahami sebagai sebuah keindahan yang tak pernah terbayangkan. Sebuah jalan pada level kehidupan selanjutnya. Saat itu Allah tak membatasi Diri Nya memberikan kepuasan bagi orang orang yang berpikir.

Wallahu'alam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun