Empirisme
Dalam konsep Teologi Islam Milenial yang menggunakan analogi pola geometri bangunan Ka'bah yang merupakan analogi kehendak Allah, dimana kita dapat melihat pola persilangan garis yang saling berhubungan yang merupakan kehendak Allah yang sudah tertulis di Lauh Mahfudz. Tulisan yang lengkap, detail, menyeluruh dan tidak berubah sama sekali sejak pertama kali ditulis.
Â
Dalam pemahaman tersebut, maka seluruh gerak semesta adalah SEJARAH, sebab semesta hanya berjalan atas apa yang telah tertulis dan manusia diberi hak untuk memilih jalan sejarah mana yang ingin manusia pilih.
Semesta ini terbentuk dari pengalaman perjalan yang telah semesta alami saat menelusuri tulisan Al Qalam di Lauh Mahfudz. Semesta sudah memiliki pengalaman lebih utuh hingga mampu berdiri secara seimbang.Semesta telah memahami empirisme sebelum manusia memahaminya.
Jika manusia menyatakan pengalaman adalah segalanya, dan berpijak pada pengalaman manusia yang terbatas,maka pengalaman manusia adalah sesuatu yang patut "ditertawakan" semesta. Apalagi ternyata penalaran yang bersifat rasional tidak diakui dalam pemahaman Empirisme manusia.
Wallahu'alam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H