Mohon tunggu...
Iwan
Iwan Mohon Tunggu... Freelancer - Ketua RW periode 2016 - 2026

pegawai swasta yang pancasilais

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Teologi Islam Milenial, Membunuh Seluruh Manusia (Tulisan Kedua Puluh Enam)

12 Maret 2024   18:34 Diperbarui: 12 Maret 2024   20:11 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Membunuh atau memelihara semua manusia

Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa barangsiapa membunuh seseorang, bukan karena orang itu membunuh orang lain, atau bukan karena berbuat kerusakan di bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh semua manusia. Barangsiapa memelihara kehidupan seorang manusia, maka seakan-akan dia telah memelihara kehidupan semua manusia. Sesungguhnya Rasul Kami telah datang kepada mereka dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas. Tetapi kemudian banyak di antara mereka setelah itu melampaui batas di bumi. (Al Maidah : 32).

Dalam pemahaman tentang kehendak Tuhan yang dianalogikan sebagai pola geometri bangunan Ka'bah, Kita ketahui bahwa setiap manusia memiliki kesempatan untuk meraih nilai nilai tinggi dalam pola tersebut. Sebab pola geometri bangunan Ka'bah, menggambarkan adanya pilihan pilihan jalan bagi setiap manusia.

Oleh sebab itu, membunuh seorang manusia tanpa alasan yang benar, adalah menutup sebuah kemungkinan untuk membuka sebuah pintu sejarah yang mungkin tidak dapat dilakukan oleh manusia lain. Sebab banyak hal di dunia ini belum tentu dapat kita kuasai setiap jalannya.

Memelihara kehidupan seorang manusia adalah sama dengan memberi kesempatan kepada orang lain untuk membuka pintu pintu sejarah alam semesta. Sebab setiap individu memiliki koordinatnya masing masing yang melahirkan ciri khas dalam memecahkan setiap kesulitan yang dihadapi.

Ketika sebuah kesempatan membuka sebuah pintu sejarah hilang, maka kesempatan itu belum tentu dapat ditemukan lagi dalam waktu dekat atau bahkan tidak dapat ditemukan kembali dalam keadaan yang sama.

Saya berikan sedikit gambaran yang tidak menyeluruh tentang hal ini, yaitu ketika tentara sekutu berhasil mengalahkan Jerman pada Perang Dunia Kedua, mereka tidak membunuh para ilmuwan Jerman melainkan memanfaatkan mereka untuk kepentingan sekutu di bidang ilmu pengetahuan. Sama seperti ketika Muslim masuk ke wilayah taklukan yang sebelumnya dikuasai kerajaan lain. Beda halnya dengan tantara Mongol yang menaklukkan Baghdad. Semua di bantai dan semua buku di perpustakaan kerajaan direndam ke sungai. Kita sulit lagi melacak bahkan memulai ulang atas apa yang telah ditulis. Boleh jadi apa yang saya tulis, sesungguhnya telah ditulis oleh orang lain di masa yang lalu.

Wallahu'alam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun