Mohon tunggu...
Digital Writing Marathon
Digital Writing Marathon Mohon Tunggu... Relawan - Gerakan Literasi Nasional (GLN)

Volunteer

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Liburan yang Buruk

30 Agustus 2023   17:54 Diperbarui: 30 Agustus 2023   17:58 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

            Disuatu Pantai yang sangat indah, dengan air laut yang biru serta jernih sejernih kristal, pasir putih selembut kapas, dan pantai yang penuh dengan pohon-pohonnya yang hijau disepanjang bibir pantai, pantai ini terletak di sebuah pulau tepat didepan pulau tempat kami tinggal, pulaunya bernama pulau Matan. Kami sekeluarga pergi kesana di pagi hari karena waktu terbaik mengunjungi pulau tersebut adalah di pagi hari, matahari pada saat itu belum terlalu terik dan ombak juga masih teduh. Kami sekeluarga menaiki perahu lalu bergegas berangkat menuju pulau Matan.

            Saat dalam perjalanan kami disuguhkan dengan pemandangan laut serta langit biru yang sangat indah juga cerah. Hari itu saya bepergian bersama ayah, ibu serta kakak perempuanku. Ayah adalah seorang pria berbadan besar dan brewok, ayah adalah sosok yang tegas dimataku. Ibu memiliki rambut hitam yang pendek, ia berhati lembut juga murah hati. Kakaku memiliki rambut keriting dan mata coklat yang sangat cantik ketika dipandang, kaka adalah sosok penyayang dan juga cerewet, namun aku menyayanginya.

            Dipertengahan jalan kami mengalami sebuah masalah yakni motor laut yang kami gunakan mengalami kerusakan yang sangat parah. Kami semua panik, namun ditengah kepanikannya ayah tetap berusaha menenangkan kami. Ayah berkata pada situasi seperti ini sangat diperlukan ketenangan serta kesabaran. Ayah sebisa mungkin mencoba memperbaiki mesin motor laut kami, sayang sekali mesin tetap saja rusak. Sebab ayah sepertinya telah kehabisan kesabaran, ayahpun memarahai ibu karena berlibur di pulau Matan merupakan ide ibu. Ayah dan Ibu bertengkar cukup lama, ibu lalu mengajak saya dan kaka untuk mencoba mencari pertolongan dan ayah setuju dengan ajakan ibu. Kamipun bersama-sama mencari pertolongan dengan melambai-lambaikan tangan di udara, berharap terdapat nelayan yang melihat kami.

            Beruntungnya tidak lama dari itu ada seorang nelayan yang sedang berlayar, menemukan kami lalu menolong untuk menarik perahu kami ke darat, kamipun sangat berterimakasih pada nelayan yang telah menolong kami sebelumnya. Begitulah akhir dari cerita liburan saya yang buruk.

Ditulis oleh: Paul Wawiyai; siswa kelas IX SMP Negeri 27 Raja Ampat.

www.um-sorong.ac.id

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun