Mohon tunggu...
Kaf Hak
Kaf Hak Mohon Tunggu... Guru - Kompasianer Bojonegoro

Seorang penulis, organisator, motivator, dan youtuber. Urgensi sebuah tulisan yaitu ketika memiliki makna yang baik.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Mengapa Disalahkan Jika Blusukannya untuk Pengabdian?

15 Januari 2021   11:50 Diperbarui: 15 Januari 2021   11:56 414
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sempat menjadi orang nomor satu di 'Kota Pahlawan', Ibu Tri Rismaharini ketika masih menjadi Wali Kota di Surabaya beberapa bulan yang lalu. Ibu Risma memang diakui sebagai tokoh pemerintahan yang suka terjun langsung ke lapangan. Sehingga terkadang pegawai maupun masyarakat di bawah naungan beliau harus siap menghadapi kunjungan dari beliau secara tiba-tiba. Entah itu untuk apresiasi, kritikan, maupun tanggapan dari kualitas kinerja, pengelolaan, maupun kondisi dari objek yang dikunjunginya. Beliau seakan-akan kurang puas jika hanya berdiam diri di kantor tanpa adanya kegiatan keliling dan survei di sekitaran wilayah jangkauan tugasnya, di wilayah Surabaya khususnya. Dan itu dahulu ketika beliau di Kota Surabaya. 

Saat ini berbeda. Karena Ibu Tri Rismaharini pekan lalu dipilih oleh Presiden ke-7 Republik Indonesia, Bapak Ir. H. Joko Widodo sebagai Menteri Sosial Republik Indonesia beberapa tahun ke depan. Kebijakan itu dilakukan oleh Bapak Presiden barangkali melihat prestasi yang diraih beliau yang cukup memuaskan di dalam kepemipinannya ketika mengelola Surabaya. Entah dari sumber daya manusia maupun sumber daya alam yang dikelolanya, entah dari tata laksana maupun kinerja yang disiplin dan tegas dalam memberikan pelayanan di Kota Surabaya.

Sikap tegas dan disiplin beliau patut diperhatikan. Karena dengan itu, saya menganggap bahwa pemimpin seperti beliau merupakan pemimpin yang menerapkan bentuk kepeduliannya terhadap berbagai lapisan masyarakat. Tidak pilih kasih dan memandang perbedaan atasan dan bawahan. Karena semua butuh diperhatikan dan dilayani dengan sentuhan sosial kemasyarakatan yang berlaku.

Pertanyaan saya,

"Mengapa disalahkan jika blusukannya dalam rangka untuk pengabdian kepada Negara atas jabatan yang diembannya?"

Terkait protokol kesehatan ketika blusukan di Kota Jakarta saat itu saya kira sudah dilakukan beliau, mengapa banyak sekali komentar-komentar di media sosial yang mengatakan bahwa Ibu Risma dalam blusukannya hanya sekadar pencitraan saja, dan hanya ingin mendapat apresiasi dan pujian dari masyarakat. Lebih dalamnya lagi, ada yang menganggap bahwa blusukan Ibu Risma yang telah dilakukan itu sebagai ajang untuk mencari suara agar nantinya bisa menjadi tokoh pilihan untuk menjadi Gubernur DKI Jakarta. Padahal tidak bisa menjamin bahwa itu semuanya benar. Karena demikian juga bisa berasal dari hati nurani, di mana tugas Negara itu sangat berat dan memerlukan gerakan untuk mewujudkan itu semua menjadi perihal yang bermanfaat dan tepat sasaran. Salah satunya dengan cara terjun ke lapangan atau blusukan sebagai langkah untuk menemukan kondisi lingkungan dan masyarakat yang sebenarnya. Dan mungkin saja, hasil dari blusukan terdapat hal-hal yang memang urgen dan butuh ditindaklanjuti oleh pemerintah dalam rangka menerapkan nilai-nilai Pancasila sebagai tugas pemerintah terhadap masyarakat melalui kepedulian sosial yang ditentukan.

Ini menjadi pembahasan penting di dunia politik dan pemerintahan, saya mengartikan ini sebagai penilaian kepada tokoh pemerintah yang terlalu terburu-buru dalam mengartikan. Coba renungkan, sejauh mana kita mengabdi kepada Negara dengan upaya-upaya yang kita kerahkan di dalamnya? Apakah yang disebut Menteri itu adalah orang yang hanya duduk manis di kantor saja tanpa adanya realisasi di lapangan? Atau orang yang hanya berpenampilan rapi, berdasi, dan memiliki jabatan yang berderet-deret di kantor saja? Saya rasa tidak!

Pengabdian kepada Negara tidak hanya yang tertera di dalam keterangan di atas saja. Masyarakat juga mengetahui, sangat berbeda antara sentuhan sosial pemerintah kepada rakyat yang dilakukan dengan cara mencanangkan program tanpa adanya terjun ke lapangan melihat realitas kondisi lingkungan dan juga masyarakat, dengan sentuhan sosial pemerintah kepada rakyat yang dilakukan dengan cara mencanangkan program yang diiringi dengan terjun ke lapisan masyarakat untuk melakukan survei dan melihat kondisi yang sebenarnya. Mungkin titik terpentingnya di situ. Sehingga blusukan tidak bisa serta merta hanya diartikan sebagai ajang untuk berharap mendapat apresiasi, adanya pencitraan dan cara mencari suara. Bisa jadi itu merupakan gugahan dari hati agar dapat mengetahui betapa pentingnya merealisasikan tugas untuk mengabdi dengan sungguh-sungguh kepada Bangsa dan Negara Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun