Berdasarkan The World Risk Index tahun 2019 menyatakan bahwa Indonesia berada pada urutan 37 dari 180 negara yang paling rentan terhadap resiko bencana alam. Bencana alam sendiri adalah suatu peristiwa yang dapat dibagi menjadi dua berdasarkan pemicunya, yaitu: (1) bencana yang terjadi secara alami, seperti banjir, letusan gunung berapi, gempa bumi, tsunami, tanah longsor, badai salju, kekeringan, hujan es, gelombang panas, hurikan, badai tropis, kebakaran liar, dan wabah penyakit; (2) bencana yang terjadi secara tidak alami, seperti: kelaparan.
Pada saat ini, di Indonesia sedang mengalami pergantian musim dari musim kemarau ke musim penghujan atau dikenal dengan musim pancaroba. Pada musim pancaroba ini ditandai dengan frekuensi terjadinya badai yang cukup tinggi, hujan yang sangat lebat dan deras disertai petir, kilat, dan angin kencang. Pada musim pancaroba juga sering ditandai meningkatnya frekuensi orang menderita penyakit saluran pernafasan atas, seperti flu, pilek, atau batuk, serta demam.
Pada musim pancaroba ini, dimungkinkan terjadi bencana alami, seperti banjir akibat meningkatnya intensitas hujan deras. Di beberapa wilayah di Indonesia sudah mulai turun hujan deras yang mengakibatkan banjir, seperti yang terjadi di beberapa kecamatan di Kota Tulungagung, Jawa Timur. Selain banjir bandang, longsor juga terjadi di beberapa kecamatan di Tulungagung bagian barat dan selatan. Meski tidak ada korban jiwa, akan tetapi kerugian material pasti dialami oleh para korban banjir serta trauma dan masalah kesehatan baik Kesehatan fisik maupun psikis.
Sebagi upaya untuk siap menghadapi bencana alam, seperti banjir bandang, kita perlu mempersiapkan diri, seeprti menyiapkan Tas Siaga Bencana. Melansir dari Buku Saku Tanggap Tangkas Tangguh Menghadapi Bencana yag diterbitkan oleh BNPB, tas siaga bencana adalah tas yang dipersiapkan untuk berjaga-jaga apabila terjadi suatu bencana atau kondisi darurat. Tujuan mempersiapkan tas siaga bencana adalah sebagai persiapan dalam upaya mempertahankan hidup sebelum bantuan dating serta memudahkan masyarakat dalam menjalankan evakuasi ke tempat yang lebih aman. Tas yang digunakan sebagai tas siaga bencana harus terbuat dari bahan waterproof (anti air) dan mampu menopang kebutuhan dasar minimal selama 3 (tiga) hari. Barang atau dokumen yang harus disiapkan di dalam tas siaga bencana, antara lain:
- Dokumen penting, seperti surat tanah, surat kendaraan, ijazah, akte, dan dokumen-dokumen penting lainnya
- Pakaian untuk 3 (tiga) hari, seperti pakaian dalam, handuk, celana Panjang, jaket, selimut, handuk, serta jas hujan.
- Makanan ringan yang tahan lama, seperti mie instan, biscuit, cokelat, abon, dan sebagainya
- Persediaan air minum selama 3 (tiga) hari)
- Obat-obatan dasar untuk P3K
- Ponsel dan charger, powerbank (jika punya) untuk alat bantu memantau informasi bencana
- Perlengkapan mandi, seperti sikat gigi, sabun, odol, sisir, dan sebagainya
- Masker, sebagai alat bantu nafas dan protocol Kesehatan
- Peluit untuk meminta pertolongan
- Uang tunai secukupnya untuk bekal dan persediaan selama 3 (tiga) hari
- Alat bantu penerangan, seperti senter, korek api, atau lilin
Setiap bencana yang terjadi memiliki mitigasi bencana yang berbeda. Hal yang perlu difahami dari mitigasi bencana adalah tersedianya informasi dan peta rawan bencana serta sosialisasi dalam meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat. Perlunya mempersiapkan diri dalam menghadapi bencana merupakan salah satu upaya kita dalam tanggap bencana dan pentingnya mempersiapkan tas siaga ben
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H