ilustrasi menyusui (sumber: orami.co.id)
Air Susu Ibu atau dikenal dengan nama ASI merupakan sumber gizi utama bagi bayi yang belum dapat mencerna makanan padat. ASI diproduksi secara alamiah oleh ibu setelah melahirkan. Proses produksi ASI dipengaruhi oleh hormon prolaktin dan hormone oksitisin. Hormon prolaktin dan hormone oksitosin ini sudah mulai diproduksi selama proses kehamilan, akan tetapi ASI belum bisa keluar dikarenakan masih terhambat oleh hormon estrogen yang tinggi di masa kehamilan. Pada saat setelah melahirkan, produksi hormon estrogen menurun dan produksi hormon prolaktin dan hormon oksitosin meningkat.
Kandungan gizi di dalam ASI dapat berubah sesuai dengan kebutuhan bayi. Kandungan ASI pada ibu yang melahirkan bayi dengan usia kehamilan normal dan cukup bulan akan berbeda dengan kandungan ASI pada ibu yang melahirkan bayi premature. Pada saat bayi baru lahir, ASI memproduksi kolostrum yang bisa berwarna kuning, orange, atau putih serta memiliki tekstur yang kental dan lengket. Kolostrum sangat kaya akan nutrisi, diantaranya adalah protein, vitamin A, nitrogen, garam, sel darah putih, dan beberapa antibodi tertentu yang dibutuhkan oleh bayi. Kolostrum sangat penting dan bermanfaat untuk imunitas bayi karena kolostrum dapat membantu proses keluarnya mekonium, yaitu tinja yang terakumulasi sebelum bayi dilahirkan. Pentingnya bayi mengeluarkan meconium adalah untuk meminimalkan resiko terjadinya penyakit kuning.
ASI yang matang akan keluar 2-4 hari setelah bayi dilahirkan dan dipengaruhi oleh intensitas menyusu bayi pada hari pertama lahir. Kandungan ASI di awal setiap sesi menyusui akan kaya air dan laktosa, sedangkan di akhir menyusui akan didominasi oleh kalori dan lemak. Produksi ASI setiap ibu bisa bervariasi. Produksi ASI selain dipengaruhi oleh hormon oksitosin dan hormon prolactin, juga terdapat faktor lain yang berpengaruh diantaranya:
- Asupan makanan. Pada ibu yang sedang masa menyusui sangat dianjurkan mengkonsumsi makanan yang mengandung gizi seimbang secara teratur. Hal ini diharapkan dapat menstimulus kelenjar pembuat ASI agar dapat bekerja secara maksimal. Pemenuhan kebutuhan kalori, protein, lemak, vitamin, dan mineral juga sangat penting untuk diperhatikan. Selain itu, ibu menyusui juga disarankan untuk mengurangi konsumsi gula, lemak, makanan yang merangsang (seperti: jahe, merica, kopi, cabai), dan makanan yang dapat menimbulkan rasa kembung diperut (seperti: kol, sawi, kubis, dan daun bawang).
- Kondisi psikis ibu. Selama masa menyusui, kondisi psikis ibu sangat penting untuk dijaga dan diperhatikan dengan baik. Keadaan emosi ibu saat masa menyusui sangat mempengaruhi refleks pengaliran susu karena refleks tersebut yang mengontrol perintah yang dikirimkan hipotalamus ke kelenjar bawah otak. Apabila pada masa menyusui, ibu mengalami kecemasan, stress, rasa khawatir, ataupun tegang, maka air susu tidak bisa turun dari alveoli menuju putting payudara.
- Perawatan payudara. Perawatan payudara sebaiknya mulai dilakukan pada masa kehamilan. Perawatan payudara yang baik dan benar di masa kehamilan dapat memperlancar produksi ASI setelah melahirkan. Hal ini disebabkan oleh proses perangsangan payudara dapat mempengaruhi hypopise untuk mengeluarkan hormone progesterone, estrogen, dan oksitosin lebih banyak lagi. Hormon oksitosin mampu menimbulkan kontraksi pada sel-sel lain disekitar alveoli, sehingga air susu dapat mengalir turun kea rah putting payudara dengan lancar, sehingga bayi dapat menghisap dengan mudah.
- Frekuensi menyusu bayi. Semakin sering bayi menyusu langsung pada ibu, akan mampu merangsang peningkatan produksi ASI. Pada saat bayi sedang menyusu langsung pada ibu, maka terjadi rangsangan ke otak sehingga otak akan memerintahkan produksi hormon prolaktin dan hormon oksitosin yang sangat berpengaruh pada produksi ASI.
- Bayi kurang mampu mengisap ASI. Ada kondisi dimana bayi mengalami kesulitan dalam menghisap putting payudara ibu pada saat menyusu. Hal ini bisa dipengaruhi oleh perlekatan yang kurang baik dan sempurna atau struktur mulut dan rahang yang kurang baik. Kemampuan menghisap ASI yang baik oleh bayi dapat mengoptimalkan rangsangan ke otak, yang kemudian otak akan memerintahkan produksi hormon prolactin dan hormon oksitosin.
- Pengaruh obat-obatan. Pada ibu yang mengkonsumsi obat-obatan yang memiliki kandungan hormon akan mempengaruhi produksi hormon prolaktin dan hormon oksitosin. Apabila kedua hormon yang berperan dalam produksi ASI terganggu, maka secara otomatis produksi ASI akan mengalami penurunan.
- Penggunaan Alat Kontrasepsi (KB). Penggunaan alat kontrasepsi yang kurang tepat pada ibu menyusui dapat berpengaruh pada jumlah prosuksi ASI. Pada masa menyusui, sebaiknya melakukan konsultasi kepada tenaga medis terkait alat kontrasepsi yang tepat selama masa menyusui agar tidak berpengaruh pada produksi ASI.
 Sangat pentingnya pemberian ASI kepada bayi usia 0-6 bulan secara ekslusif dapat meningkatkan imunitas tubuh, mencegah terserang penyakit, dan membantu perkembangan otak dan fisik bayi. Pada era saat ini, tidak sedikit ibu yang mengalami kendala dalam menyusui bayinya. Hal ini bisa disebabkan karena produksi ASI yang terbatas atau bahkan ASI yang tidak keluar. Solusi yang diambil agar bayinya tetap mendapatkan asupan gizi yang baik, diantaranya adalah dengan mencari ibu susu (donor susu) ataupun memberikan susu formula. Pertimbangan pemberian sufor kepada bayi harus diperhatikan dengan baik dan dapat diberikan dalam keadaan-keadaan tertentu sesuai kondisi medis yang dialami oleh bayi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H