Penjualan awal saham KS kabarnya diwarnai dengan antrean panjang dan penjatahan saham. Boom..saat pembukaan IPO harga saham KS langsung melejit fantastis. Terlepas dari segala pertimbangan pembeli, tak ada salahnya kalau kita juga bisa membaca arah gerak “spekulasi” saham KS ini.
Secara umum karakter pembeli saham KS dapat dibedakan investor dalam dan luar negeri. Pembeli saham dalam negeri terbagi lagi atas pembeli retail bebas, jurangan peliharaan underwriter, dan terakhir institusi keuangan. Dari 20% saham yang dilepas tadi, menurut perhitungan kasar, hanya 2% dari 65% saham yang sebenarnya teralokasi untuk pembeli retail bebas. Karakter pembeli retail bebas adalah mereka yang berpikir cekak dengan harapan capital gain “hebat”hasil gorengan issue pasca IPO.
Meski minoritas, merekalah spekulan sejati yang rela antri demi niat spekulasi. Tak lupa umpatan kecil sana-sini manaka jatah saham yang bisa mereka beli teramat sedikit. Disisi lain, meski kantong tipis kekuatan berita mulut ke mulut mereka luar biasa. Baru mampu beli 10 lot saja sudah berasa bisa bermimpi beli mobil baru saat lepas saham di pasar sekunder nanti. Di manapun tempatnya, selalu saja terucap “eh elo sudah beli saham KS belum ?” Meski tak dibayar pihak emiten atau underwriter, mereka rela menjadi ujung tombak pemasaran saham KS.
Pihak underwriter tentulah tidak bodoh. Melepas seluruh saham secara retail ke spekulan kroco seperti itu jelas teramat beresiko. Untung sedikit saja dari harga beli mereka pasti tergopoh-gopoh lepas sahamnya. Reskonya saham KS bisa terjun bebas pasca IPO. So, pantas alokasi saham untuk mereka tak lebih dari 1,3% saja. Tapi kembali lagi, walau jatahnya kecil, riuh rendahnya rebutan jatah saham KS bisa bikin heboh seantero negeri. Lantas bagaimana kelanjutan nasib spekulasi mereka nanti ?
Setelah saham KS sold out, pastilah nanti akan ada aksi “gorengan” pasca IPO. Tak perlu heran andai nanti harga saham KS melonjak berkali lipat dari harga perdananya. Wajar, akibat permintaan meningkat, harga jadi terkatrol. Tapi tunggu dulu, siapa kelompok pembeli yang mampu mengatrol harga saham KS ? Sudah pasti bukan golongan retailer yang 1,3% tadi.
Underwriter sekaligus brooker-lah yang nanti memainkan jurus “gorengan” saham di pasar sekunder. Mereka berharap dari brokerage fee dari setiap aksi jual dan beli saham KS milik juragannya. Siapa juragan mereka ? Tentu saja, dari kelompok yang disinyalir Amein Rais bakal menangguk untung dari aksi spekulasi saham KS.Aksi spekulasi lanjutan, praktis, dikendalikan oleh kelompok pemain pasar modal yang dikomandoi underwriter saham KS. Permainan antar broker saham ini yang kemudian mendorong masuknya kelompol pembeli baru di luar kelompok retail yang 1,3% tadi.
Aksi gorengan turus menerus digerakkan underwriter sambil lepas pelan-pelan saham juragannya. Lama sebentarnya gorengan tergantung nafas modal dan kemarukan si juragan. Broker hanya sekedar melaksanakan instruksi jual dan beli.
Jangan dipikir kelompok 1,3% akan bisa ikut-ikutan ambil untung gorengan. Mereka hanya akan “melongo” dengan hiruk pikuk transaksi. Tak mungkin lah broker sudi beli saham KS selain dari sesama broker. Misi mereka utamanya adalah menambah pembeli retail bebas baru. Lambat tapi pasti, kelompok retail bebas akan makin membesar lebih dari 1,3%. Sedangkan saham kelompok juragan kategori spekulan peliharaan underwriter/broker, jumlahnya akan makin menurun. Tentu saja disertai capital gain yang lebih dari cukup untuk biaya kampanye sebagai Anggota Dewan.
Pungkasannya, pasar saham KS akan “digoyang” dengan aksi jual kagetan hingga bikin panik kelompok retail bebas. Akibatnya, mereka lepas saham. Dan seperti sengaja, diatur sedikit demi sedikit lepasnya. Tergantung daya tahan serta nyali kelompok retail pegang saham. Saham yang terlepas dari kelompok retail inilah yang akhirnya ditangkap kelompok bisnis dan institusional yang punya kepentingan jangka panjang dengan bisnis KS. Tapi tunggu dulu, mereka juga perlu wait n see nunggu kegaduhan IPO KS mereda.
Pada akhirnya, para pemain saham komplotan underwriter-nya KS dan investor jangka panjang akan membuat titik kesetimbangan. DI level inilah nanti pembelian tidak dilakukan secara eceran melainkan secara partai besar. Yang diperjualbelikan bukan lagi nominal saham, melainkan “nilai pengaruh” kepemilikan. Mau tidak mau, pembeli retail, yang notabene investor kecil, tidak dihargai sahamnya bila jumlah lot-nya tidak signifikan. Terpaksa kalau ingin jual, mereka harus menjual melalui broker, yang tentu saja tidak berpatokan pada harga bursa.
Kalau sampai hari ini saham KS masih bertengger di atas, tak lain dan tak bukan, itu karena intervensi Pemerintah. Tak cuma di politik di pasar modal-pun perlu pencitraan. BAPEPAM bak bumper peredam gejolak serta rumor negatif. Sementara BUMN Lembaga Keuangan macam JAMSOSTEK jadi bodiguard pasang barikade penyertaan yang tak bakal dilepas dalam sekejap. Semuanya siap berjaga menahan luncuran harga saham KS akibat belum matang betul untuk dijual. Tapi kembali lagi, itu semua untuk kepentingan siapa ? Rakyat, Politisi Parpol , atau investor asing peliharaan penguasa ?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H