Mohon tunggu...
DIfka AmeliaRamadhani
DIfka AmeliaRamadhani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya seorang mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kecemasan dalam Perspektif Islam

24 Desember 2023   18:02 Diperbarui: 24 Desember 2023   18:03 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kecemasan adalah salah satu penyakit yang banyak tersebar diantara manusia. Dalam Bahasa Arab dikatakan bahwa bila sesuatu cemas, maka ia akan bergerak dari tempatnya. Hingga bisa dikatakan bahwa bentuk kecemasan adalah adanya perubahan atau goncangan yang berseberangan dengan ketenangan yang Allah gambarkan dalam firman-Nya, surah al-Fajr ayat 27-30, “Hai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas dagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jamaah hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku.”

            Datangnya kecemasan terlahir dari adanya ketakutan akan masa depan atau akan terjadinya sesuatu yang tidak diharapkan ataupun adanya pertentangan dalam diri. Bisa dibilang kecemasan dapat lebih parah dari ketakutan biasa. Umumnya, ketakutan akan hilang dengan hilangnya penyebab yang memunculkannya. Namun, kecemasan yang sudah muncul seolah akan etap menjadi lingkaran setan dalam dirinya. Apabila salah satu penyebab kemudian hilang, maka akan timbul sebab lainnya yang dating dari bisikan setan.

            Kekhawatiran ini pada awalnya hanya berupa kekhawatiran yang dibisikkan. Kemudian seseorang mendengar dan fokus pada bisikan tersebut tanpa meyakini Allah SWT. Maka, lama kelamaan, rasa cemas semakin menyelimuti jiwa seseorang hingga menjadi terganggu dan patologis.

            Hal yang sama juga terjadi pada situasi traumatik seseorang ketika mereka mengalami ketakutan yang ekstrem, teror, atau perasaan tidak berdaya. Biasanya terjadi setelah seseorang mengalami kejadian besar yang menyebabkan mereka ketakutan, sehingga ketika kejadian tersebut berlalu, perasaan dan bayangan akan ketakutan dan kejadian traumatik tersebut masih muncul, baik melalui mimpi, maupun melalui perasaan cemas, sehingga menimbulkan perilaku maladaptif pada orang tersebut, yang dalam dunia gangguan psikologis, disebut dengan gangguan stres pasca trauma (post traumatic stress disorder/PTSD). Gejala/karakteristik dari ASD dan PTSD adalah:

  • Mengalami kembali peristiwa traumatis, sering mengingatnya dan mengalami mimpi buruk
  • Menghindari rangsangan yang berhubungan dengan peristiwa yang berhubungan atau mati rasa terhadap mati rasa adalah menurunnya minat terhadap orang lain, perasaan terlepas, dan ketidakmampuan untuk mengalami emosi positif.
  • Gejala peningkatan stres termasuk kesulitan tidur, kesulitan berkonsentrasi, penurunan kewaspadaan, dan respons terkejut yang berlebihan. Jika kita melihat akar

Penyebab dari gejala-gejala tersebut adalah kurangnya kepasrahan kepada Sang Pemilik Takdir dan kurangnya niat baik kepada-Nya. Karena dengan keimanan yang kuat, seseorang akan menerima setiap ketentuan, baik musibah maupun anugerah yang datang, sesuai dengan kehendak-Nya dan tidak akan pernah mengecewakan hamba-Nya. Seperti yang telah dijelaskan pada mekanisme gangguan jiwa, gangguan dapat muncul jika seseorang mengeluh dan tidak mengikhlaskan segala sesuatu yang menimpanya. Setan dapat dengan mudah mendorong orang ke lembah keputusasaan, menyebabkan orang selalu berada dalam ketakutan dan kecemasan yang luar biasa, hingga pada akhirnya orang tersebut sulit untuk beradaptasi dengan lingkungan dan dirinya sendiri karena masih terjebak dalam ketakutan. Inilah yang kita sebut sebagai sindrom stres pasca trauma.

“… (Tidak demikian) bahkan barangsiapa yang berserah diri kepada Allah, sedang ia adalah orang yang bertakwa, niscaya ia akan menerima pahala dari Allah, dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. " (Al-Baqarah: 112)

M. Quraish Shihab dalam tafsir al-Misbah menjelaskan makna ayat tersebut. Lihatlah redaksi aslinya "yang telah memberikan wajahnya kepadaku..." Wajah adalah bagian tubuh manusia yang paling mulia. Di wajah terdapat mata, hidung, mulut atau lidah. Kebahagiaan, kesedihan, kemarahan, ketakutan dan kesedihan, bahkan semua emosi Anda setiap orang dapat dilihat pada wajah. Wajah adalah cerminan identitas manusia, sekaligus menjadi simbol keseluruhan. Ayat ini jelas mengandung unsur psikologis tentang bagaimana manusia mengirimkan semua "perasaannya" kepada Allah SWT.

Wajah adalah bagian tubuh manusia yang paling mulia. Jika orang yang paling mulia tunduk, maka yang lain juga harus segera tunduk. Barangsiapa yang dengan tulus menyerahkan diri kepada Allah, dalam arti tulus beramal dan beramal saleh, maka Allah akan memberikan pahala kepada orang tersebut. Amal di sini bukan hanya sekedar amal, tetapi amal yang membuat seseorang layak disebut sebagai orang yang baik, menurut ukuran Tuhan, orang yang baik, dengan lebih banyak kebaikannya daripada keburukannya. Ganjarannya adalah masuk surga, bahkan mungkin lebih dari surga, yaitu kegembiraannya dan kegembiraan memandang wajahnya. Hal ini disebutkan dalam Al-Quran sebagai "tidak ada rasa takut yang akan menimpa mereka, dan tidak akan bersedih hati." Dengan demikian, seseorang akan merasa tenang dan tidak takut dengan apa yang akan terjadi di masa depan. Tidak ada alasan untuk khawatir atau takut, karena percaya pada perintah Allah dan tawakal kepada-Nya.

"Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang Yahudi, Shabiin dan orang-orang Nasrani, siapa saja di antara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah. Pada hari kemudian, mereka beramal saleh, niscaya mereka tidak lagi merasa gelisah dan khawatir. "

Kecemasan adalah salah satu gejala gangguan mental yang paling umum, seringkali kecemasan hidup berdampingan dengan depresi, sering ditandai dengan kata-kata klasik yang menunjukkan ketidakpastian; jika, jika, jika, jika, saya takut sesuatu yang buruk akan terjadi lagi, saya takut penyakit jantung, saya takut kanker. Berikutnya adalah mimpi bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi pada Anda.

Kekhawatiran tentu saja diperlukan untuk kehidupan manusia karena fungsinya adalah untuk menandakan bahwa orang memiliki masalah. Anda boleh saja berhati-hati dan bersiap-siap, namun jika kecemasan itu melebihi batas dan mengganggu adaptasi internal maupun eksternal pada diri seseorang, kecemasan merupakan bagian dari gangguan jiwa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun