Mohon tunggu...
DIFIA ADDINI
DIFIA ADDINI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

seorang mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Status Gizi Anak

16 Januari 2024   00:11 Diperbarui: 16 Januari 2024   00:15 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Picky eating pada anak mempengaruhi keadaan status gizi anak. Picky eating  pada anak membuat anak cenderung terlalu pemilih pada saat mengonsumsi makanan dan anak yang menderita picky eating  akan cenderung memilih mengonsumi makanan yang tidak sehat dan tidak bergizi. Anak yang menderita picky eating terpengaruhi status gizinya karena makanan yang dikonsumsi cenderung kurang bervariasi dan biasanya makanan yang dikonsumsi rendah kandungan zat gizi terutama kandungan protein. Makanan yang dikonsumsi oleh anak penderita picky eater cenderung terbatas pada makanan-makanan tertentu, dan sering kali, anak penderita picky eater enggan untuk mencoba makanan baru yang belum pernah mereka coba. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hardianti dkk (2018) yang dilakukan di KB/TK Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang menyatakan bahwa penderita picky eating  terpengaruhi status gizinya.  Dalam penelitian lain yang dilakukan oleh Shintya dkk (2023) mengungkapkan bahwa 40 dari 52 anak memiliki status gizi yang tidak normal/kurang bahkan lebih karena masalah pola makan yaitu picky eating. Kejadian picky eating pada anak jika tidak segera ditangakan akan berdampak pada keadaan status gizi anak yang kurang bahkan bisa sampai dengan status gizi buruk yang akan memperngaruhi pertumbuhannya.  

Pola konsumsi keluarga memengaruhi status gizi pada anak. Pola konsumsi keluarga sangat berhubungan erat dengan status gizi anak. Pola konsumsi keluarga yang cenderung tidak seimbang akan mempengaruhi status gizi pada anak yang akan menciptakan status gizi kurang sebaliknya jika pola konsumsi keluarga seimbang akan menciptakan status gizi pada anak baik. Pola konsumsi yang tidak seimbang seperti kurangnya variasi bahan makanan dan cara pengolahan sangat berpengaruh terhadap status gizi yang dimiliki oleh anak. Pola konsumsi seimbang seperti mengonsumsi makan makanan yang bergizi dan dengan berbagai macam olahan. Berdasarkan penelitian Candrasari dkk (2020) mengungkapkan bahwa 91,5% anak yang memiliki status gizi kurang dikarenakan pola konsumsi yang dimiliki oleh keluarga tidak seimbang. Pada penelitian lain yang dilakukan oleh Petralina (2020) di  Puskesmas Jatinegara dengan subjek penelitian pada 58 keluarga yang memiliki anak, hasil yang didaptkan dari penelitian tersebut adalah 44 balita (75,9%) memiliki status gizi baik dan 14 balita (24,1%) memiliki status gizi kurang. Status gizi anak dipengaruhi oleh  pola konsumsi yang dimiliki oleh keluarga. Keluarga dengan pola konsumsi tidak seimbang akan menyebabkan anak dalam keluarga tersebut memiliki status gizi yang kurang.

Pengetahuan ibu tentang gizi mempengaruhi keadaan status gizi pada anak. Keterbatasan pengetahuan ibu tentang gizi pada akhirnya akan menurunkan kemampuan ibu dalam menentukan jenis makanan yang akan diberikan kepada anak. Ibu yang memiliki pengetahuan gizi yang baik akan memberikan makanan yang bergizi dan sehat untuk anak. Sebaliknya, ibu yang memiliki anak dengan gizi kurang cenderung memberikan makanan yang tidak bergizi untuk anak. Penelitian yang dilakukan oleh Afrinis dkk (2021) yang dilakukan di TK Pertiwi Kabupaten Kuantan Singingi menyebutkan bahwa dari 29 ibu dengan pengetahuan gizi kurang hanya 7 orang anak (24,1%) yang memiliki status gizi normal sedangkan dari 21 ibu dengan pengetahuan tentang gizi baik hanya 4 orang anak (19%) yang memiliki status gizi kurang dan 5 anak (23,8%) memiliki status gizi lebih. Pada penelitian lain yang dilakukan oleh Yuwansyah dkk (2021) melakukan penelitian pada 90 orang ibu di posyandu Blok Cipeucang Desa Talagawetan didapatkan hasil ibu dengan pengetahuan kurang memiliki anak dengan status gizi kurang sebesar 40%, ibu dengan pengetahuan yang cukup baik memiliki anak dengan status gizi kurang sebesar 10,8% dan ibu dengan pengetahuan baik memiliki anak dengan status gizi baik sebesar 13%.  Terdapat hubungan yang signifikan antara status gizi anak dan pengetahuan gizi yang dimiliki ibu.

Asupan energi mempengaruhi keadaan status gizi pada anak. Anak dengan asupan energi yang adekuat akan memiliki status gizi yang baik sebaliknya jika anak dengan asupan energi inadekuat akan cenderung memiliki status gizi yang kurang. Energi diperoleh dari zat gizi makro yang berasal dari makanan yang dikonsumsi. Asupan energi yang memadai dapat diperoleh dari konsumsi makan makanan yang bergizi dan sebaliknya, jika asupan energi yang dikonsumsi tidak memadai ditandai dengan makanan yang dikonsumsi kurang bergizi. Pernyataan tersebut dikuatkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Afifah (2019) di Kecamatan Lenteng Kabupaten Sumenep yang pada penelitiannya disebutkan bahwa anak dengan asupan energi inadekuat memiliki status gizi kurang (kurus) (15,2%) sedangkan  anak dengan asupan energi yang adekuat memiliki tingkat status gizi normal 91,6% dan berstatus gizi lebih (gemuk) (4,2%). Penelitian yang dilakukan oleh Septiawati dkk (2021) di TK Bintang Ceria Kecamatan Jati Agung Lampung Selatan menyebutkan terdapat hubungan antar asupan energi dengan status gizi anak dengan hasil yang didapatkan, 14 responden (17,3%) defisit konsumsi energi, asupan energi kurang 17 responden (21%), asupan energi sedang 16 responden (19,8%), asupan energi baik 34 responden (42%) dengan status gizi sangat kurus 4 responden (4,9%), status gizi kurus 15 responden (18,5%), status gizi normal 56 responden (69,1%) dan status gizi gemuk 6 responden (7,4%).  Tingkat asupan energi memiliki hubungan signifikan dengan status gizi. Tingkat asupan energi yang adekuat akan meningkatkan status gizi anak begitu pun sebaliknya tingkat konsumsi energi yang inadekuat akan menurunkan status gizi anak.

Pola asuh orang tua mempengaruhi status gizi anak. Pola asuh menjadi dasar dari keadaan anak dalam segala aspek pertumbuhan anak. Penerapan pola asuh orang tua yang kurang baik akan menciptakan status gizi anak yang kurang baik hingga sampai dengan buruk. Keadaan status gizi anak yang baik berhubungam dengan penerapan pola asuh orang tua yang baik. Pernyataan di atas diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh Diyah dkk (2020) di Posyandu Mennur Kelurahan Bujel Kota Kediri, dimana dari 47 responden yang memiliki pola asuh baik atau sangat baik, sebanyak 5 (100%) balita memiliki status gizi baik atau sangat baik, dan dari 47 responden yang memiliki pola asuh baik atau sangat baik, sebanyak 32 (97%) balita memiliki status gizi baik atau sangat baik, dan 1 (3%) balita memiliki status gizi kurang. Dari pola asuh yang kurang baik, 5 (56%) memiliki status gizi baik dan 4 (44%) memiliki status gizi kurang. Penelitian lain yang dilakukan oleh Casando dkk (2022) di Puskesmas Paal Merah II Kota Jambi mengungkapkan bahwa 66 (73,3%) anak memiliki status gizi baik dan 62 (68,9%) orang tua memiliki pola asuh yang baik.

Status gizi pada anak memiliki hubungan yang erat dengan pola asuh orang tua. Pola asuh yang baik akan menciptakan status gizi anak yang baik begitupun sebaliknya pola asuh yang kurang baik akan cenderung menciptakan status gizi anak yang kurang baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun