Mohon tunggu...
Diffians Rana Candrianatha
Diffians Rana Candrianatha Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Penggunaan Teknik Komunikasi Teraupetik untuk Mengatasi Dental Anxiety pada Pasien Anak di Praktik Kedokteran Gigi

6 Januari 2025   01:07 Diperbarui: 6 Januari 2025   01:06 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Dental anxiety atau kecemasan terkait perawatan gigi adalah masalah yang umum, terutama di kalangan pasien anak-anak. Ketakutan terhadap perawatan gigi sering kali disebabkan oleh pengalaman traumatis sebelumnya, suara alat kedokteran gigi, atau bahkan ketidakpastian mengenai apa yang akan terjadi selama prosedur. Artikel ini akan membahas teknik komunikasi terapeutik yang digunakan oleh dokter gigi untuk mengurangi kecemasan pada pasien anak, dengan fokus pada pendekatan verbal dan non-verbal yang efektif untuk menciptakan pengalaman yang lebih positif selama perawatan.

Pasien anak yang mengalami dental anxiety memerlukan pendekatan komunikasi yang berbeda dibandingkan dengan pasien dewasa. Anak-anak lebih sensitif terhadap nada suara, ekspresi wajah, dan bahkan bahasa tubuh dokter gigi. Kecemasan yang tidak ditangani dengan baik dapat menyebabkan anak merasa takut atau enggan untuk kembali ke dokter gigi, yang pada akhirnya bisa memperburuk kondisi kesehatan gigi mereka.

Komunikasi terapeutik yang baik dapat membantu menenangkan anak-anak, mengurangi ketegangan, dan membangun kepercayaan antara dokter gigi dan pasien muda. Oleh karena itu, penting bagi dokter gigi untuk menguasai teknik komunikasi yang dapat meredakan ketakutan anak dan membuat perawatan lebih menyenangkan.

Teknik Verbal dalam Mengatasi Dental Anxiety pada Anak

1. Menggunakan Bahasa yang Ramah Anak
   Salah satu kunci utama dalam komunikasi dengan anak-anak adalah penggunaan bahasa yang mudah dipahami. Istilah medis atau teknis seperti "injeksi" atau "scaler" bisa menakutkan bagi anak-anak. Sebaliknya, dokter gigi dapat menggunakan frasa yang lebih ramah, seperti "obat bius yang akan membuat gigi Anda tidur sebentar" atau "alat pembersih yang membuat gigi Anda bersih dan sehat".

2. Menerapkan Teknik Cerita (Storytelling)
   Menggunakan cerita atau analogi yang menyenangkan bisa sangat efektif dalam mengalihkan perhatian anak dan mengurangi kecemasan mereka. Misalnya, dokter gigi bisa menceritakan kisah imajinatif tentang "monster gigi" yang bisa diatasi dengan sikat gigi atau alat pembersih yang digunakan dalam perawatan. Pendekatan ini memberikan anak perasaan kendali dan memahami bahwa prosedur yang dilakukan adalah untuk tujuan positif.

3. Memberikan Pilihan Sederhana
   Anak-anak merasa lebih nyaman ketika mereka diberi pilihan dalam perawatan mereka, meskipun pilihan tersebut sederhana.

4. Pujian dan Penguatan Positif  
   Memberikan pujian selama atau setelah prosedur untuk setiap langkah kecil yang berhasil dilalui sangat penting. Misalnya, “Kamu sangat hebat dengan duduk tenang selama pemeriksaan gigi!” Ini dapat meningkatkan rasa percaya diri anak dan memotivasi mereka untuk terus berperilaku baik selama kunjungan berikutnya.

Teknik Non-Verbal dalam Mengatasi Dental Anxiety pada Anak

1. Senyum dan Ekspresi Wajah yang Menenangkan
   Ekspresi wajah sangat berpengaruh dalam menciptakan lingkungan yang ramah. Senyum tulus dari dokter gigi dapat membuat anak merasa lebih nyaman dan mengurangi ketegangan. Sebaliknya, ekspresi wajah yang cemas atau tegang dapat memperburuk kecemasan pada anak-anak yang sudah merasa takut.

2. Bahasa Tubuh yang Terbuka dan Bersahabat
   Postur tubuh yang rileks dan terbuka, seperti tidak menyilangkan lengan dan menjaga jarak yang nyaman dengan anak, dapat mengurangi rasa takut. Dokter gigi harus menghindari gerakan yang tiba-tiba atau yang bisa terkesan mengancam. Gerakan yang lembut dan tenang memberikan pesan bahwa tidak ada yang perlu dikhawatirkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun