Mohon tunggu...
Difa Rahma Melati
Difa Rahma Melati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Darussalam Gontor

Saya percaya bahwa melalui penyuntingan, saya dapat memperlihatkan kecantikan serta kompleksitas dari kehidupan di Dunia ini. Setiap suntingan yang saya buat adalah upaya untuk menyampaikan pesan-pesan yang kuat, mendalam, dan penuh empati kepada penonton. Meskipun masih belajar, saya selalu berusaha untuk mengembangkan keterampilan saya dalam seni penyuntingan. Setiap proyek yang saya kerjakan menjadi kesempatan untuk mengeksplorasi teknik-teknik baru, memperluas cakrawala kreatif, dan memperdalam pemahaman saya tentang bagaimana menyampaikan narasi melalui gambar-gambar yang berbicara. Apa yang telah saya buat bukan hanya sekadar kumpulan editan visual, tetapi juga sebuah perjalanan pribadi yang penuh dengan dedikasi, semangat, dan keinginan untuk memberikan suara kepada mereka yang mungkin tidak terdengar. Melalui seni penyuntingan, saya berharap dapat menginspirasi, mengedukasi, dan membangun penghubung dengan orang-orang di seluruh dunia, sambil terus tumbuh dan berkembang sebagai seorang seniman.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Terbang Menggapai Mimpi: Syukur di Tanah Gontor

9 Oktober 2024   16:42 Diperbarui: 9 Oktober 2024   17:26 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Metode pembelajaran lebih penting dari materi pembelajaran

Guru lebih penting daripada metode pembelajaran

Dan ruh (jiwa) guru lebih penting dari pada guru itu sendiri

Di sanalah, rasa juangku lahir. Aku berjanji untuk membersamai mereka, meskipun langkah kami mungkin lambat, namun aku yakin bahwa proses inilah yang akan membentuk mereka menjadi pribadi yang kuat dan tangguh. Dari Gontor, aku belajar bahwa dalam pendidikan, metode lebih penting daripada materi, guru lebih penting daripada metode, dan ruh seorang guru lebih penting daripada gurunya sendiri.  

Dua bulan telah berlalu sejak aku memulai perjalanan ini bersama mereka, dan setiap hari aku melihat juang asa mereka yang tak pernah padam. Meskipun kegagalan mungkin sering menghampiri, namun semangat "man jadda wajada" akan selalu terpatri dalam hati mereka. Mereka adalah masa depan, dan aku akan selalu ada untuk mereka, menyaksikan mereka tumbuh dan berkembang, meskipun dalam proses yang lambat namun pasti. Dalam hati aku selalu berkata " Saat waktu itu tiba aku ingin mendatangi mereka satu persatu akan kurangkul dan peluk mereka seraya berkata " Ini sulit, namun kalian hebat, Ustadzah bangga terhadap kalian" ," Itulah yakin ku saat ini, hingga nanti. Aku yakin Indonesia akan lebih cerah saat mereka menjadi alumni gontor. Yakin ku tanpa ragu. Bismillah. Lillah. Kaffah.  

Bagi diriku, Gontor bukanlah sekadar tempat belajar. Gontor adalah ibu kandungku, yang dengan penuh kasih sayang mendidikku hingga aku bisa berdiri tegak dengan kedua kakiku sendiri. Kini, aku masih berjuang bersama para bidadari kecilku, menunggu hari di mana salah satu mimpiku mengenakan toga kebesaran Gontor terwujud. Ketika saat itu tiba, aku akan mempersembahkan semua ini kepada kedua orang tuaku, yang telah berjuang tanpa kenal lelah. "Pak, Buk, kini aku telah menjadi Sarjana Lulusan Universitas Darussalam Gontor," kataku dalam hati yang penuh rasa syukur dan haru.

Terima kasih, Gontor. Engkau adalah ibu kandungku yang sejati, yang telah mengajarkanku arti perjuangan, kesabaran, dan cinta sejati. Setiap detik yang kulalui di sini adalah anugerah, dan untuk itu, aku akan selalu bersyukur. Engkau telah memberikan sayap kepadaku, dan kini, saatnya aku terbang menuju impian yang lebih tinggi, membawa setiap pelajaran dan kenangan yang telah engkau tanamkan di dalam hatiku.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun