Mahasiswa KKN-T Unira Malang telah melakukan perkenalan sekaligus observasi terkait potensi yang ada di Dusun Krajan, Desa Putat Lor, kecamatan Gondanglegi, tepat dua hari setelah mereka menempati desa tersebut, Pada sabtu 13 Januari 2024. Kelompok KKN yang dikomandoi langsung oleh Nanik Ulfa M.Pd sebagai dosen pembimbing lapangan, sudah jauh-jauh hari memberikan bekal kepada para mahasiswa sebelum bertugas di lapangan guna mengabdi kepada masyarakat.
Observasi difokuskan pada UMKM yang ada di RT 09 ditemani Pak Andre selaku Pamong desa di Dusun Krajan. Mula-mula mereka diarahkan pada kediaman Bapak Wahyu yang di depan rumahnya terdapat toko yang menyediakan bahan-bahan kebutuhan pertanian. Juga, di halaman rumahnya terdapat tanaman sawi yang siap panen.
Umi Habibah, selaku ketua kelompok menggiring teman-teman untuk masuk ke kediaman Bapak Wahyu guna bertanya banyak hal terkait dunia pertanduran (penanaman). Ternyata, yang unik dari usaha Pak Wahyu ini, beliau hanya menyediakan bibit tanaman siap tanam yang nantinya akan diolah kembali oleh para pembeli. Tentu dengan harga yang sangat terjangkau. Beliau juga menjual beberapa pupuk anorganik seperti Urea, SP-36, NPK dst.
Tepat disebelah rumah Pak Wahyu, terdapat usaha yang tak kalah menarik yakni Gazebo kayu yang penjualannya sudah lintas negara yakni Costa Rica. Pemilik dari usaha gazebo ini adalah Pak Imam yang dibantu oleh empat pagawainya. Usaha ini sudah berdiri sejak 2018 sampai sekarang. Meski demikian, pengerjaan Gazebo dapat diselesaikan dalam jangka waktu seminggu. "yo lek penggaweane seminggu mari, lek bahane sampun wonten ( iya kalau watu pengerjaannya cuman satu minggu selesai, kalau bahannya ada)," kata Pak Imam. Karena beliau sudah ahli di bidangnya dan juga berpengalaman. Beliau juga menjelaskan bahwa gazebo ini menggunakan sistem bongkar pasang guna mempermudah pengiriman, baik dalam maupun luar negeri. Peran Teknologi Informasi turut membantu pemasaran Gazebo Pak Imam ini. Pak Imam memasarkan usahanya melalui marketplace di Facebook.
Dari Gazebo Pak Imam, Mahasiswa KKN-T UNIRA menuju tempat usaha Rengginang milik Pak Sumariyono dan Bu Ani. Lokasinya hanya berjarak beberapa RT saja tak jauh dari tempat sebelumnya. "Niki nggen pemasaranipun ten pundi mawon, Pak? (ini pemasarannya kemana aja, Pak?)". Tanya Habibah. Kemudian dijawab langsung oleh Pak sumariyono bahwa untuk tempat penjualannya dilakukan secara langsung ke daerah Tumpang, Lawang, Singosari, Turen, dan Dampit.
 Meskipun penjualannya sudah banyak dibeberapa daerah, akan tetapi terdapat kendala dalam produksi Rengginang ini sendiri.
Mahalnya beras ketan turut mempersulit produksi rengginang ini, karena bahan yang digunakan adalah bahan lokal, juga pengaruh cuaca yang tidak menentu dapat mempengaruhi proses pengeringan. Sehingga yang awalnya Pak Sumariyono bisa memproduksi renggingang ini sebanyak 1 Ton harus memproduksi 600 kg bahkan bisa turun menjadi setengahnya. Kendala lainnya adalah pemasaran dari Rengginang ini menggunakan sistem grosir, sehingga untuk harganya sulit naik.
Sekedar informasi, Pak Sumariyono sendiri menamai produk rengginangnya ini dengan nama Gunung Kawi "alasane nggae jeneng Gunung Kawi nggeh niku, yo....Gunung Kawi luweh terkenal tinimbang Gunung Plumpumg hahaha... ( alasannya pakai nama Gunung Kawi yaitu Gunung Kawi lebih terkenal daripada Gunung Plumpung hahaha....)", sembari tertawa. Untuk varian rasa rengginang punya tiga macam, yakni bawang, terasi, dan ketan hitam.