Mohon tunggu...
Aditya Dewi
Aditya Dewi Mohon Tunggu... -

saya Bekerja sebagai Financial Advisor di Prudential yang bertugas membantu masyarakat indonesia dalam menghitung dan merencanakan kebutuhan dana jangka panjang khususnya dana pensiun dan pendidikan anak dan membantu mereka dalam menentukan pilihan jenis investasi yang tepat. saya hobi menulis dan mendengarkan musik sejenis jazz, swing dan classic.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Waspadai Bahaya INFLASHIT By Dieta Aditya Dewi as a Financial Advisor

2 Juni 2011   00:32 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:58 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namanya juga wanita, kenaikan harga akan menjadi sensitifitas tersendiri yang mengisi hampir keseluruhan pikiran dan perasaan kita karena tentu saja akan sangat mempengaruhi kualitas dan gaya hidup keluarga. Mulai dari biaya kebutuhan pokok, harga kewajiban hidup hingga harga sebuah hobi. Kita bisa merasakan jika kocek yang harus dibayar terasa semakin brutal dan biaya kehidupan terasa semakin anarkis. Tapi rasanya hal ini harus dimaklumi mengingat wanita memiliki berbagai macam kodrat yang begitu istimewa, selain melahirkan, menyusui dan menstruasi, sadar atau tidak selama ini wanita masih memiliki kodrat lainnya yakni mengatur segala kebutuhan rumah tangga dan menjadi menejer keuangan keluarga.

Sialnya justru harga-harga yang memuncak ini bukan hanya sekedar hobi biasa atau barang tak berguna saja namun justru semua kebutuhan pokok dan biaya kewajibanlah yang terasa semakin tinggi bak menaiki lift bertenaga pesawat jethingga ke lantai puncak. Apalagi jika ditambah hobi belanja dan hura-hura yang menjadi salah satu daftar hobi yang paling konsisten dilakukan. Harga tas, baju, sepatu, make-up dan nongkrong sudah tidak bisa kita hitung secara sadar. Tiba-tiba kita merasa kehilangan uang sekian juta demi sebuah hobi. Padahal tanpa melakukan hobi tadipun, tetap saja rasanya uang sekian juta tak cukup untuk memenuhi perjalanan rutinitas sehari-hari. Gajian tanggal satu eh sebelum tanggal sepuluh sudah kejang-kejang, padahal tak seperak pun kita hamburkan untuk hal yang sia-sia, semua pengeluaran sudah ada pos-pos tersendiri dan semua pos adalah sesuatu yang sangat penting. sialnya satu harga saja naik maka harga yang lainnya pun ikutan naik, tapi giliran ada harga yang turun, harga yang lainnya enggan turun padahal tingkat penurunan harga tersebutpun tak sebanding dengan presentase kenaikannya.

Saya yakin, semua manusia yang hidup di era ini menyadari bahwa kenaikan harga yang semakin brutal membawa dampak yang luar biasa meresahkan karena pada kenyataannya income yang didapat masih tetap sama, kalaupun berubah ya paling kenaikannya berkisar 10-20% pertahun, padahal setiap harga kebutuhan dan kewajiban juga naik rata-rata 10% pertahunnya. Bagaimana bisa income kita mampu mencukupi kebutuhan pokok kehidupan. Sementara tak satupun kewajiban bisa dikesampingkan. Mana bisa dapur tidak ngebul? atau pendidikan anak diabaikan? Mana bisa listrik, air dan telepon tidak dibayar? Hari gini Mana bisa pulsa HP kosong? Mana bisa ongkos operasional dan transportasi dikurangi? Kalaupun ada yang dipilih untuk dikesampingkan dahulu sementara waktu, pasti stabilitas keluargapun akan sedikit goyah.

Bagaimana caranya agar keseimbangan hidup keluarga dikemudian hari tetap bisa terjaga? Bukankah hari ini adalah hari yang menentukan masa depan kita? karena hari ini terbentuk dari masa lalu bukan? Salah satu cara untuk mengantisipasi kesuraman di masa depan akibat “bahaya Inflasi” yang terjadi di negara ini adalah dengan cara meningkatkan Kesadaran kita dalam hal menyusun perencanaan keuangan masa depan secara apik dan mulailah mempersiapkan langkah-langkah kecil itu hari ini dan sekarang juga. sehingga kita bisa dengan cepat menemukan dan menjalankan sebuah solusi. Karena dengan perencanaan keuangan yang matang kita akan menemukan “Bagaimana caranya agar pendapatan bulanan dan perencanaan keuangan kita mampu mengimbangi kecepatan lonjakan harga tersebut” satu hal yang penting untuk disadari oleh kita adalah Jika kita terlalu lambat mengantisipasi hal tersebut, waktu tidak pernah memberikan kita toleransi. Bukankah Saat kita berhenti, Waktu tetap berlari? Saat kita terdiam dan terlelap, waktu terus melangkah pasti? Maka sudah menjadi keharusan buat para wanita untuk menjadi cerdas dan cerdik dalam mengatur dan merencanakan keuangan saat ini dan masa depan bagi keluarga. Meskipun status saya belum menjadi seorang istri (apalagi ibu) tapi saya memperhatikan dan mempelajari cara kerja hebat ibu saya dalam melakukan pengaturan keuangan. Itulah yang membuat saya tertarik untuk menekuni dan memperdalam ilmu tentang perencanaan keuangan dan investasi. Berkarir sebagai konsultan perencanaan keuangan (Financial Consultant / Financial Advisor) adalah bukan hanya sekedar teori dan nasehat tapi praktek secara langsung, berjumpa para klien, mendengar dan bertukar cerita lalu memecahkan masalah bersama berdasarkan realita yang ada. Dan sadar atau tidak,ternyata sesungguhnya hampir semua manusia yang ada di jaman sekarang sangat membutuhkan seorang financial advisor demi menstabilkan anggaran keuangannya.

Misalnya merancang kebutuhan pendidikan anak. Biaya sekolah semakin mahal. TK, SD, SMP, SMA, apalagi Universitas, semua terasa begitu mencekam padahal anak-anak jaman sekarang dituntut memiliki perndidikan setinggi-tingginya. Jika dahulu entah beberapa puluh tahun yang lalu cukup dengan ijazah SMP maka beberapa tahun setelah itu harus minimal Ijazah SMA. Tapi dengan seiring dengan perkembangan jaman, teknologi, informasi, tuntutan, tantangan dan persaingan di era globalisasi ini, terkadang ijazah D3 pun tak cukup mejawab tantangan. “Minimal S1 dengan IPK sekian” begitu kata iklan lowongan pekerjaan di koran, maka tak heran jika banyak teman seangkatan saya langsung bergerak melanjutkan kuliah hingga S2 tanpa kenal lelah. Mereka mengantisipasi kebutuhan pasar “Lapangan kerja” jaman modern ini, Lalu berapa harga yang harus dibayar ya?

Mari kita cek bareng-bareng ya. Jaman ayah saya kuliah dulu (Ayah saya sempat bercerita), biaya persemesternya hanya 10.000 rupiah untuk mendapatkan gelar S1, namun beberapa puluh tahun kemudian ketika saya memasuki gerbang kuliah harga persemesternya sudah mencapai titik 700rb rupiah,kemudian beberapa tahun kemudian adik perempuan saya memasuki gerbang kuliah (di kampus dan jurusan yang sama), namun harganya sudah 1,2jt persemester, nah sekarang giliran adik lelakiku yang mulai kuliah harga persemesternya sudah di angka 4 juta rupiah. Padahal kami (Aku, Adik perempuanku dan Adik lelakiku) sama-sama di universitas negeri yang relatif lebih murah dari pada swasta. Biaya persemster dari tahun ke tahun mengalami kenaikan yang sangat jelas. Eits tunggu dulu, yang saya sebutkan Itu baru biaya per semester lho, Nah kira-kira uang pangkal dan sumbangannya berapa ya? Trus biaya total yang harus dikeluarkan kalau sampai lulus berapa yah? Satu catatan penting dari saya, jaman sekarang setiap Universitas berlomba-lomba menaikkan harga uang pangkal dan sumbangan lho ga perduli itu universitas negeri atau swasta. Hadoh tepok-tepok jidat sebentar yuk.

Mau bukti lagi bahwa betapa kejamnya Inflasi di negeri ini? boleh, dan bisa dicek bareng-bareng kalau mau silahkan hubungi saya. Aku sempat iseng-iseng menghitung jika rata-rata biaya kuliah S1 terbaik saat ini (dari mulai awal masuk (sumbangan, uang pangkal, ospek dll) hingga wisuda termasuk operasional kuliah, biaya hidup saat kuliah, dll ) adalah sekitar 280 juta-an maka 15 tahun kemudian harga 280 juta tersebut secara mengagumkan akan menjadi 1 milyar 10 juta an. Nah,jika saat ini ibu-ibu mempunyai buah hati yang berusia 3 tahun dan akan kuliah 15 tahun lagi, maka mau tak mau 15 tahun kemudian itu ibu-ibu harus memiliki jumlah uang minimal 1 milyar 10 juta jika ibu-ibu menginginkan sang buah hati mendapatkan gelar S1 terbaik. Padahal kita tidak tahu saat 15 tahun lagi, apakah ijazah S1 masih laku or tidak untuk mencari pekerjaan saat itu?atau jangan-jangan pendidikan minimal saat itu harus S1 dengan gelar profesi atau jangan-jangan malah minimal S2?

Itulah bahayanya inflashit, sayangnya disaat semua orang telah sangat menyadari bahaya inflasi yang terus menjajah dan mencekik namun hanya segelitir orang saja yang berusaha mencari senjata untuk mengatasi penjajahan ini. Mayoritas dari Mereka hanya disibukkan dan memikirkan kebutuhan hidup saat ini sementara mereka pikir, harga yang harus dikeluarkan nanti ya gimana nanti. Hai, Hidup kan bukan Cuma buat hari ini, justru kita ada di hari ini buat kehidupan nantikan? Padahal kalau harga saat ini saja membuat kita mati, apalagi nanti. Jadi persiapan dan perencanaan keuangan itu sebenarnya salah satu kebutuhan karena itu merupakan senjata paling ampuh untuk meminimalisir, mengatasi bahkan menghilangkan dampak buruk inflashit.

Lalu Bagaimana caranya? Sebuah langkah mudah mulai bisa kita terapkan, yaitu :

a.Kita perlu mulai menghitung secara spesifik dan detile, apa dan berapa harga kebutuhan yang terjadi saat ini. kemudian tambahkan dengan inflasi (kenaikan harga yaitu 10%/tahun) setiap tahunnya, hitung tahun demi tahun berdasarkan angka yang telah dihitung hingga tahun yang dimaksud. Misalnya : jika tahun ini (2011) harganya 10rb maka tahun depan (2012) harganya menjadi 10 rb + (10% x 10rb) = 11rb lalu thun berikutnya (2013) adalah menjadi 11rb + (10% x 11rb) = 12.100 dst hingga tahun yang dimaksud.

b.Lalu dari langkah “a” kita bisa mulai menghitung Berapa penghasilan yang harus kita sisihkan untuk ditabungkan/diinvestasikan untuk mendapatkan angka (jumlah) tersebut di tahun yang dituju. Disesuaikan dengan keutungan investasi yang biasa kita dapatkan, Mudah kan?

c.Jika penghasilan kita dirasa belum bisa disisihkan untuk ditabung maka mulailah sedari sekarang kita buat kolom-kolom pemisahan kebutuhan berdasarkan jangka waktunya. Apakah untuk jangka waktu pendek (1-3 thn), jk menengah (3-10 thn) dan jangka panjang (di atas 10 thn). Dengan cara seperti itu kita bisa juga mengecek kebocoran pengeluaran yang selama ini terjadi sekaligus menetukan pilihan investasi yang menguntungkan untuk masing-masing jangka waktu. sementara Kebocoran yang ditemukan bisa dialokasikan untuk kebutuhan hari nanti alias ditabungkan. Silahkan di coba, atau kalau masih bingung dan perlu bantuan silahkan hubungi saya. Konsultasi gratis kok.

d.Nah Kalau sudah benar-benar mepet, ya cari pekerjaan sambilan or bisnis sampingan. Biasanya justru akan membuat diri kita lebih kreatif.

Selain dana pendidikan buah hati, Hal penting lainnya yang harus mulai dipikirkan sedini mungkin adalah tentang kualitas pensiun yang ingin kita nikmati. Saat pensiun tiba, kebutuhan kita meningkat (bagaikan libur setiap saat) sementara raga kita tak lagi mampu bekerja seperti saat ini. Kita tidak boleh terus-terusan menganggap bahwa pensiun akan terjadi di waktu yang masih sangat lama (coba kita hitung, Berapa tahun lagi usia pensiun akan menghampiri? 10 thn? 20 thn? Atau 30 thn lagi? karena ingat sekali lagi, waktu berlari sangat cepat bahkan mungkin sama cepatnya dengan kecepatan cahaya sementara saat pensiun tiba, semua keadaan kita sudah sangat berubah dan menurun begitu drastis.

Coba kita ingat dan pikirkan kembali, apa yang kita rasakan selama ini (dari sejak kita dilahirkan hingga kita menginjak usia sekarang?) Apakah pergerakan waktu terasa sangat lama? Atau Biasa saja? Atau terasa cepat sekali? atau saking cepatnya semua tidak kerasa apa-apa? tiba-tiba sekarang kita sudah sebesar ini? Padahal baru saja kemarin kita dilahirkan lalu menjadi balita dan tiba-tiba dimasukkan TK trus SD lalu SMP kemudian SMA sehabis itu Kuliah eh tiba-tiba wisuda lalu mencari kerja atau membuat dan mengembangkan bisnis. Eh habis itu nikah deh trus punya anak deh, 1 anak, 2 anak eh 5 anak? Eh punya cucu, Cepat sekali bukan? Nah itulah perasaan yang akan kita rasakan saat pensiun itu datang. semuanya tidak akan terasa, tiba-tiba kita sudah menginjak masa pensiun. Ga percaya? Coba tanyakan saja kepada orang tua kita!!

Apakah pernah ada, orang tua yang berencana hendak menikmati pensiun dengan cara mengandalkan anak kita saja? Memang sih sudah kewajiban anak berbakti pada orang tua, tapi bukankan anak kita juga nantinya akan memiliki kebutuhan, kepentingan dan masalah sendiri seperti diri kita di hari ini? Sementara kita saat ini mengerti betul situasi sulit ini, apakah tega jika kita berencana menjadi beban anak kita kelak? Tentu tidak bukan, semua ibu PASTI akan memberikan yang terbaik bagi anaknya, TIDAK ada seorang ibupun yang berniat mengambil sesuatu dari anaknya atau memberi beban berat pada sang buah hati yang telah dijaga sedemikian rupa hingga dewasa.

Nah sekarang mumpungkita berada pada usia yang masih sangat produktif untuk menegakkan kehidupan, mari kita mulai merinci segala kebutuhan kita secara detile, dari mulai kebutuhan, kewajiban serta keinginan kita saat ini, setahun lagi, dua tahun lagi, 10 tahun lagi hingga nanti.

1.Pensiun seperti apa yang kita impikan? Apakah kita ingin menikmati pensiun dengan ketenangan atau kepanikan? semua ditentukan sejak hari ini.

2.Namun apakah selama perjalanan hidup menuju pensiun datang, kita dijamin terbebas dari resiko kehidupan? Tidak kan, tidak ada yang menjamin kita bisa terbebas dari resiko hidup. Kita memang tidak bisa menghindarinya namun sebenarnya kita bisa mengantisipasinya. Bukankah semua kehidupan ada resikonya? Saat usia dan kehidupan kita Semakin matang, dewasa dan mapan, maka semakin besar pula tanggung jawab, ujian, cobaan dan tantangannya. Apakah kita sudah sedia payung sebelum Hujan? Apakah kita sudah mengingat 5 perkara sebelum 5 perkara?

3.Apakah kita ingin memiliki generasi penerus dengan kualitas tinggi? atau tidak? semuanya ya ditentukan dari hari ini. coba renungkan apa yang terjadi jika setiap dari kita menginginkan anak kita menjadi dokter, sang anak telah berusaha belajar dengan keras hingga menjadikan dia diterima difakultas kedokteran. Namun masalahnya saat waktu yang sama-sama dinanti tiba, saat sang anak harus segera mendaftarkan diri menjadi mahasiswa kedokteran tiba, kita tak punya dana atau dana kita kurang sehingga mengorbankan cita-cita dia dan kita. anak kita batal masuk gerbang kedokteran lalu apa yang kita rasakan? Sedihkah? Kecewakah? Menyesalkah? Atau biasa-biasa saja?

4.Mimpi apa yang ingin kita raih dalam tahun-tahun kehidupan kita selajutanya juga ditentukan dari usaha dan kesiapan kita sejak hari ini.

Aku suka sekali membayangkan hari nanti agar aku bisa mulai menyusun strategi, lalu mengolah strategi tersebut menjadi langkah-langkah pasti. Agar kelak semua mimpi bisa aku lihat secara nyata bersama para pendampingku dikemudian hari.

A.Gimana ya saat aku menikah kelak, menjadi seorang istri yang baik bagi suamiku. Berada di belakang suamiku untuk melajukan perahu rumah tangga.

B.Gimana ya saat aku dikarunia buah hati dan menjadikan jabatanku naik, dari yang tadinya menjabat sebagai seorang istri lalu naik menjadi seorang ibu. Berapa anakku kelak? lalu Apakah saat anak-anakku bertumbuh dan dewasa hingga mandiri,masih cukup produktifkah usia, tenaga dan pikiranku? atau sebaliknya, saat tubuhku mulai ringkih, jangan-jangan aku masih mempunyai buah hati yang belia sehingga masih membutuhkan banyak biaya dalam kehidupan? Semoga kesehatanku tetap terjaga, rezekiku semakin berlimpah. Dan aku tahu ALLAH suka jika umat-NYA penuh dengan strategi, perencanaan dan Usaha yang matang.

C.Yang terakhir adalah, Gimana ya diri ini pada saat usia pensiun tiba? saat tubuhku sudah tidak mampu bergerak seaktif ini, saat pikiranku tak lagi mampu berfikir cepat, dan saat perasaanku tak lagi dipenuhi impian akan hari nanti yang lebih baik? Apakah hasil usia mudaku yang akan ku tuai kelak? Apakah pensiunku nikmat dan penuh rahmat? atau sebaliknya, pensiunku dalam keadaan sekarat dan berkarat? Mati kebosanan, diam dalam kejenuhan? Tak sanggup bergerak dan tak mampu berbagi? Mudah-mudahan tidak dan jangan sam[ai kaya gitu, karena semuanya tergantung rencana, usaha dan doaku di hari ini. semoga saat pensiun nanti, semua mimpi sepenuhnya sudah mampu ku nikmati dan ku bagi.

Salam Sayang

-Dieta Aditya Dewi-

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun