Perkembangan zaman selalu bergerak dengan cepat, hampir tidak ukuran yang tepat yang mampu mendeteksi perubahan yang terjadinya. Hanyalah jejak-jejak sejarah yang mampu merekam setiap alur perubahan yang terjadi. Setiap realita apapun dan dimananpun hampir tak memiliki imunitas atas tuntutan perubahan tersebut. Alur perubahan tersebut dapat termanifestasikan dalam sebuah infarstruktur dan suprastruktur. Jika kita coba mengambil hubungan relevansi antara alur perubahan secara infrastruktur dan suprastruktur dengan arus modernitas maka hal yang membedakannya adalah tingkat rekayasa perubahannya, tingkat rekayasa perubahan tersebut memiliki tiga kriteria :
a.Tingkat rekayasa perubahan rendah,
Hal ini lebih bersifat kurangnya penyadaran atas tuntutan perubahan di dalam realita yang dimilikinya sehingga alur perubahannya hanya disandarkan atas perkembangan zaman sehingga dampak yang ditimbulkan pula hanyalah mengikuti arus perubahan yang ada tanpa mengetahui tujuan dan maksud atas perubahan tersebut.
b.Tingkat rekayasa perubahan menengah,
Dalam tingkatan ini adanya penyadaran atas realita yang terus menyesuaikan dengan arus perubahan sehingga stigma penyesuaian terhadap realita eksternal terjadi dan hanya bertujuan untuk mempertahankan diri secara aktual dalam alur perubahan dari aspek kompetitif.
c.Tingkat rekayasa perubahan tinggi,
Dalam tingkatan terakhir ini berisikan tingkat penyadaran realita yang begitu mendalam sehingga mampu memformulasikan langkah-langkah perubahan yang termanifesatsikan secara aktual dalam aspek suprastruktur dan infrastruktur, alur perubahan yang dimiliki pada tingkatan ini tidak disandarkan atas realita eksternal akan tetapi hanya basis nilai yang dimilikah yang menjadi sandaran utama sehingga mampu memberikan dampak terhadap dirinya sendiri dan realita eksternalnya.
Dari ketiga kriteria yang menjadi landasan utama rekayasa ini adalah unsur penyadaran atas realita internal dan eksternal, unsur mainstream suprastruktur (landasan pemikiran) yang berfungsi sebagai sistem filterisasi, serta yang terakhir dan juga terpenting adalah unsur basis nilai yang dimiliki. Maka basis awal yang harus dimiliki dalam memenuhi unsur-unsur rekayasa perubahan tersebut adalah penguatan basis nilai yang berfungsi sebagai pedoman menjadi realita, kemudian terjadinya proses pembentukan konstruksi berpikir sehingga mampu menjadi karakter internal utama yang mampu memberikan sikap yang jelas atas karakter eksternal yang ada. Selain itu ekspektasi yang muncul atas penguatan karakter internal adalah penyebaran karakter melalui pribadi-pribadi yang mampu berinteraksi dengan bahasa kaum yang dimengerti hal ini kemudian akan mewujudkan sebuah karakter komunal yang mampu memberikan perubahan signifikan terhadap keadaan secara komprehensif.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H