Mohon tunggu...
Dieny Rahmi
Dieny Rahmi Mohon Tunggu... Freelancer - Creativepreneur

Sky Admirer | Penulis Diary http://dienyrahmi.blogspot.co.id/ dienyrahmi02@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menjadi "Penggemar Korea" Tidak Melulu Beri Dampak Negatif, Ini Pengalamanku!

4 Januari 2018   16:54 Diperbarui: 4 Januari 2018   23:01 1147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
New Journey To The West - https://www.instagram.com/shingong/

Awalnya...

Saat itu libur semester dan saya benar-benar menghabiskan waktu liburan dirumah. Berbekal hasil download-an menggunakan wifi kosan, saya habiskan liburan dengan menonton acara Korea.

Dan pada akhirnya sepertinya Ayah saya menyadari jika saya sudah terkena "virus" Korea. Laluuu, kena marahlah saya. Bukan marah besar, hanya bertanya something like "what are u doing these days?!! Just watching and lying off  in your bed".

Wait, apa masalahnya? Dengan nada yang pelan saya berusaha menjelaskan, untungnya saya memiliki keluarga yang demokratis, saya menjawab pertanyaan Ayah.

"Ayah, aku udah nyuci baju tadi pagi, beres nyuci aku nyapu terus ngepel, kucing pagi siang malem aku kasih makan ga pernah kelewat, semua tugas udah aku kerjain, Solat 5 waktu aku jalan,abis maghrib aku masih ngaji sekarang aku lagi liburan, terus aku harus gimana?"

Ayah masih mendengarkan. Saya lanjutkan pembelaan "Tugas dirumahkan udah, tugas kuliah juga udah, harusnya Ayah bersyukur aku ga minta uang buat jalan jalan ke mall, Ayah ga usah pusing nyariin aku malem malem karena aku lagi asik nongkrong sama temen, Ayah harus bersyukur anak gadisnya diem dirumah, Coba deh tanya ke orang tua diluar sana, ga sedikit dari mereka yang lagi pusing nyari anak gadisnya belum pulang sampe larut malem"

Ayah diam, tersenyum lalu pergi meninggalkan saya yang sudah selesai menyampaikan pembelaan. Sejak saat itu, Ayah tidak pernah protes jika saya serius dan sibuk dengan laptop dikamar. Toh tugasku sebagai anak selalu kukerjakan. Termasuk akademik, semuanya baik-baik saja.

Kedua orang tua saya bekerja dirumah sakit. Keduanya bekerja dari pagi hingga Ashar, Libur semester saat itu saya habiskan seorang diri dengan kucing-kucing dirumah, kecuali hari Minggu. So, I have no one to talk and to go out with.

Usia saya bukanlah usia dimana saya bisa pergi bermain dengan teman bebas dan seenaknya. Karena teman-teman pun memiliki kesibukan lain diluar sana, ada yang kuliah diluar kota, sibuk bekerja dan macam macam alasan lain yang pada akhirnya membuat saya berdiam diri dirumah, sendirian.

Sendiri dalam waktu yang lama bukanlah hal yang menyenangkan. Akhirnya saya menyadari, mencari hobi baru adalah sebuah solusi. Hingga menonton Korea ternyata sangat ampuh mengusir rasa sendiri itu. Ketika kecil, saya punya pengasuh yang siap siaga menemani walau tidak ada Ayah dan Ibu.

Tapi diusia sekarang, sendiri adalah hal yang tak bisa dihindari. Apa yang bisa dilakukan ketika sendiri? Rasanya saya bukan orang yang pandai bermain sendiri. Saya butuh teman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun