Mohon tunggu...
Dienrapra
Dienrapra Mohon Tunggu... Penulis - writerpreneur

Man Jadda Wa Jadda

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cacing Tanah

21 April 2022   14:08 Diperbarui: 21 April 2022   14:13 377
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Matahari mulai menampakkan diri diantara awan putih di langit yang biru, terlihat makhluk hidup berlalu lalang menikmati angin yang semllir menerbangkan dedaunan kering. Batang pohon kecil melambai-lambai mengiringi hembusan angin yang menghampirinya seolah mengajak menari bersama. Namun ada salah satu makhluk hidup yang belum kelihatan diantara makhluk hidup lainnya, yaitu cacing tanah. 

Cacing tanah salah satu makhluk hidup yang hidup di dalam tanah, namun keberadaanya selalu dicari diantara ayam dan burung. Burung terbang kesana kemari demi mencari cacing untuk makan anaknya yang ditinggalkannya dalam sarang di atas pohon. Nampak burung terbang dan sedikit menukik untuk memangsa cacing tanah yang muncul diantara tumpukan tanah becek. Biasanya cacing tanah memang hidup di dalam tanah yang becek dan lumpur serta genangan air yang mengelilingi tumbuhan ilalang. 

hai.... lihatlah.... aku menemukannya

dimana?

itu diantara tumbuhan ilalang

Sekawanan burung itu pun segera menyambar cacing yang muncul dari dalam tanah. Seolah tanpa peduli burung itu sudah menerbangkan cacing tersebut membawanya ke sarang, dimana di sana anak burung sudah menunggu induk burungnya untuk mendapatkan makanan. Mereka tidak menghiraukan teriakan cacing tanah itu agar dilepaskan dan tidak dimakan. 

Tampak cacing tanah menggeliat mencoba melepaskan diri dari cengkeraman burung itu dari tubuhnya sambil teriak,

tidak..... jangan.... lepaskan

Namun malang nasib cacing tanah itu sudah masuk ke dalam paruh anak burung itu untuk dimakan. Alangkah senangnya anak burung itu mendapatkan makanan tanpa memperdulikan teriakan cacing tanah itu. Anak burung itu berebutan demi mendapatkan makan hingga tubuh cacing tanah ditarik kesana kesini sampai terpotong menjadi beberapa bagian. 

Cacing-cacing tanah yang lain begitu melihat burung itu menukik mencengkeram cacing itu dan membawanya terbang segera kembali bersembunyi di dalam tanah. Mereka tidak berani keluar dari dalam tanah sampai situasinya aman. Dibalik itu semua, mereka juga tidak mengetahui bahwa di belakang mereka sudah berdiri ayam yang akan memangsanya juga. Ayam itu langsung sigap memangsa cacing itu. Cacing itu belum sempat menyelamatkan diri dari ayam tersebut, dengan pasrah menjadi santapan ayam tersebut. 

Tiba-tiba datang rombongan manusia sambil membawa alat pancing, salah satunya langsung mengambil segenggam cacing tanah yang tampak menggerombol di atas tanah. Cacing-cacing tersebut hanya bisa pasrah dimasukkan ke dalam kaleng bekas dan membawanya ke danau untuk dijadikan umpan mereka dalam memancing ikan di danau.

Tumbuhan ilalang dan tumbuhan lainnya melihat cacing tanah yang berlarian tak tentu arah merasa kasihan, tapi tumbuhan itu pun juga membutuhkan cacing tanah itu agar bisa tumbuh subur. Tanpa cacing tanah, dedaunan dalam batang pohonnya tidak akan berkembang biak dengan baik. Namun juga bagi akar pohon kadang juga agak mengganggu gerak dalam mengumpulkan makanan.

Matahari yang berada di langit biru tampak tersenyum menyaksikan cacing tanah, ayam, burung dan tumbuhan, tersebit dalam pikiran matahari bahwa semua makhluk hidup memiliki fungsi masing-masing dalam menjalani hidupnya. Matahari juga berpikir betapa penting dirinya agar dapat menyinari kehidupan seluruh makhluk hidup.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun