Mohon tunggu...
DIEN PUSPITAWARTI
DIEN PUSPITAWARTI Mohon Tunggu... -

MAHASISWA S1 FKIP UNS kampus VI.... aku tumbuh dengan diri ini sendiri ...ketika aku mencoba bisa,,akupun semakin yakin bhawa tuhan menyayangiku....

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Preparing the Brain to Studying (KD 4)

29 Desember 2010   08:51 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:15 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Otak sebagai pusat belajar yang harus dijaga keseimbangannya. Otak manusia meliputi kumpulan massa protoplasma yang paling kompleks yang ada di alam semesta. Otak sebagai satu-satunya organ yang dapat mempelajari dirinya sendiri dan jika dirawat dengan baik dalam lingkungan yang menimbulkan rangsangan yang memadai, sehingga otak dapat berfungsi secara aktif dan reaktif selama lebih dari seratus tahun.

Pada dasarnya otak anak berbakat adalah hipersensitif, dan akan bertambah dengan latihan.  Hal ini bukan hanya terjadi saat pemahaman awal, tapi juga saat melakukan pengumpulan kembali (rekoleksi). Karena impresi pemahaman awal berhubungan dengan proses pengumpulan impresi berikutnya, maka otak akan ditandai dengan adanya peningkatan efisiensi dan kapasitas memori. Kunci untuk dapat berpikir secara optimal adalah dengan mempertahankan komunikasi yang produktif dan kerjasama antara kedua otak.

Menjadikan anak cerdas juga membutuhkan kemampuan seorang pendidik dalam meninhkatkan dan menyeimbangkan kinerja otak yang kritis. Dan membutuhkan adanya dorongan karena tanpa dibentukpun mereka telah memiliki kemauan untuk mencapai kepemahaman ilmu pengetahuan. Kalaupun nantinya ada hasil diantara mereka yang cerdas yang tidak optimal, maka kita harus pandai-pandai mengenali apa penyebabnya. Penanganannya harus sejak dini bahkan bila perlu menggunakan penanganan medis. Dan yang utama yang dilakukan pendidik adalah menyesuaikan cara belajar dengan minat dan learning style mereka.

Hal itu perlu dipehatikan karena proses belajar dapat mempengaruhi perubahan otak. Ketika otak menerima stimulus dalam bentuk yang beraneka ragam maka proses komunikasi dari sel ke sel akan diaktifkan. Pebelajar umumnya datang untuk belajar bukan dengan otak yang kosong, tetapi didalam otaknya terdapat pengalaman otak yang sangat disesuaikan. Yang perlu diingat bahwa penyajian ilmu pengetahuan atau pembelajaran tidak harus selalu serius dan menegangkan, tetapi dibuat sedemikian menariknya agar anak mau memasuki suasana belajar tersebut.

Menumbuh kembangkan motifasi sangat diperlukan. Karena keyakinan diri seseorang sangat mempengaruhi pebelajar. Tidak hanya itu, pembangunan sikap yang positih juga perlu ditanamkan pada pebelajar. Manusia memiliki lebih dari tiga puluh pusat interkoneksi otak. Semua itu memiliki ukuran dan berat otakyang bervariasi di antara semua manusia. Genetika dan juga pengalaman hidup akan membentuk otak kita menjadi organ-organ yang unik. Yang nantinya Otak kita akan mengubah dirinya dalam beberapa cara. Yang pertama, dorongan dari dalam. Yang kedua, proses "pengharapan pengalaman". Yang ketiga, otak merespons pada proses "ketergantungan pengalaman" yang dipicu oleh stimuli lingkungan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun