SEMUA KARENA KATA "KEMARIN"
bisa jadi lantaran saking rajinnya kita mengubah warna pula tatanan rambut, maka selalunya menyebut segala sesuatu kenangan dengan kata "kemarin". semisal kita merasa; baru kemarin ber-ijab-qobul; baru kemarin kusaksikan engkau mengeluh aduh yang berbuntut erang nikmat saat sepekan kita habiskan waktu di kamar losmen pinggiran kota, hanya demi kekhusukan berbulan madu; atau baru kemarin mengajari anak-anak kita alif-ba-ta dan ini-bapak-budi.
14 tahun. hey! ternyata itu sudah lama. warna seragam anak-anak kita saja sudah berubah, dari merah-putih menjadi biru-putih. semoga saja, kata "kemarin" bisa membawa kita pada senja yang benar-benar menua, masa di mana kita sudah merasa malu lagi untuk mengubah warna pula tatanan rambut, masa di mana kita bacakan dongeng untuk cucu-cucu yang lucu, atau masa di mana kita mengubah seluruh gerakan dansa-dansi menjadi gerakan sujud pada-Nya.
untuk yang kesekian kalinya, izinkan hari ini aku katakan lagi, "i love you"
ttd
Ayah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H