Jogja Jogja tetap istimewa
Istimewa negerinya istimewa orangnya
Jogja Jogja tetap istimewa
Jogja istimewa untuk Indonesia
(Jogja Hip Hop Foundation)
Begitulah penggalan lagu yang di nyanyikan oleh grup rap yang bernamakan jogja hip hop foundation. Mereka adalah grup rap yang beranggotakan 5 orang yang berasal dari Yogyakarta. Mereka memperkenalkan kota mereka yang begitu istimewa dengan lagu rap yang mereka bawakan. Itu lah sekilas tentang grup yang berusaha memperjuangkan ke-Istimewaan kotanya. Kita tidak akan membahas lebih jauh tentang grup ini karena inti masalahnya bukanlah grup mereka. Ya, inti masalahnya kini adalah identitas Yogyakarta yang dari hari ke hari semakin terlupakan ke-Istimewaanya.
Kini kota yang sering di sebut sebagai kota pelajar sedang menghadapi sebuah masalah besar. Ya,identitas kota sebagai kota pelajar hanya di anggap angin lalu untuk saat ini. Pelajar sekarang yang rata-rata adalah pendatang dari kota lain berbeda dengan masyarakat asli Jogja. Mereka tidak bisa meresapi arti dari sebutan kota pelajar yang melekat bersamaan denga ke-Istimewaan Jogja. Sungguh ironis, para pelajar yang seharusnya bersikap begitu santun justru malah menjaddi luar kendali. Masyarakat yang berpindah dari kampung halamn ke kota ini pun kian bertambah. Kini macet yang terjadi sudah tidak bisa di hindari. Tengok saja di daerah Gejayan, Kaliurang, Malioboro, jl.Mataram, dan masih banyak lagi daerah di Yogyakarta yang sering mengalami kemacetan. Hal ini di pengaruhi juga oleh para pendatang yang terus berdatangan dari hari ke hari. Mereka membawa kendaraan mereka dari kampung halamannya. Panas yang mendera Yogyakarta kini benar-benar luar biasa, karena di tambah dengan asap kendaraan yang berjubel setiap harinya di jalan raya, kini panasnya hampir menandingi sang Ibukota Jakarta.
Bukan hanya masalah kemacetan dan panas saja yang ada di Jogja. Masyarakat yang ada saat ini pun seakan tidak peduli lagi dengan peraturan yang ada. Kini penghalang antara kaum kelas bawah dan atas terlihat begitu jelas. Para anak jalanan kini mulai bertambah. Pengemis yang setiap hari kerjaannya hanya meminta pun kini terlihat begitu banyak. Terlebih lagi kini para pengemis telah merevolusi cara mereka untuk mendapatkan uang. Ada yang unjuk kebolehan menari ketika lampu lalu lintas menyala merah. Ada juga yang menggunakan monyet sebagai sebuah pertunjukkan. Dan yang lebih aneh lagi adalah anak-remaja yang seharusnya mampu untuk bekerja pun ada disanan untuk mengemis. Ini sungguh ironis ketika kita melihat Yogyakarta di masa lampau. Yogyakarta yang dulu di isi oleh para anak muda yang begitu giat dalam belajar dan bekerja, para masyarakat yang begitu ramah, kini semua seakan-akan telah punah tergerus oleh zaman ini. Dulu,di Yogyakarta, para pejalan kaki dan para pesepeda merasa seperti raja karena mereka begitu nyaman untuk melewti jalanan. Kini para pejalan kaki dan para pesepeda seakan telah punah, di gantikan oleh para pengendara kendaraan bermotor.
Bukan tidak mungkin jika keadaan ini berlangsung terus menerus hingga 3-4 tahun mendatang, Yogyakarta akan benar-benar sama dengan sang Ibukota Jakarta. Sangat di sayangkan memang, Yogyakarta yang begitu indah kini tertutup oleh asap kendaraan dan bangunan yang semakin hari semakin bertambah. Keindahan Yogyakarta sekarang hanya bisa di nikmati oleh para kaum borjuis saja tanpa memperdulikan para kaum kelas menengah dan bawah yang hanya bisa menatap pilu keadaan tersebut. Kini sampah di jalanan pun kian menumpuk setiap harinya. Seakan-akan kini para masyarakat tidak peduli lagi dengan lingkungan sekitarnya. Mereka kini hanya mementingkan kepentingan mereka pribadi.
Kini semakin sedikit orang yang masih peduli dengan ke-Istimewaan Yogyakarta. Hanya segelintir orang saja yang masih bisa mempertahankan diri dari perkembangan zaman yang begitu gila. Mereka tetap memperjuangkan hak kotanya sebagai kota yang istimewa. Tetapi, suara mereka kini seakan-akan menjadi sebuah suara minoritas, yang sepertinya tidak mungkin akan di dengar oleh para pejabat. Bahkan kota seperti Yogyakarta pun bisa saja menyimpan pra pejabat yang hanya mementingkan perut mereka sendiri. Miris ketika kita melihat Yogyakarta yang sekarang telah berubah, dari yang dulunya adalah kota yang begitu ramah, kini menjadi kota yang hampir mirip kejamnya dengan Ibukota Jakarta.
Tetapi ada sebuah kebanggan tersendiri bagi Yogyakarta. Ya, masih banyak pemuda Yogyakarta yang masih peduli dengan masalah ke-Istimewaan Yogyakarta. Ambil lah contoh seperti yang telah di lakukan oleh para personil dari Jogja Hip Hop Foundation. Mereka bahkan samapi menggarap lagu yang bertemakan tentang Yogyakarta, tentang ke-Istimewaan itu. Ke-Istimewaan yang mungki hanya di miliki oleh rakyat Jogja. Istimewa dalam perlakuan mereka pada para pendatang. Keramahan yang mungkin sudah jarang terlihat di kota lainnya.
Selamanya, Yogyakarta adalah sebuah tempat yang istimewa. Entah dulu, kini, atau nanti, Yogyakarta tetaplah istimewa. Ke-Istimewaan itu akan terus melekat sebagai identitas Yogyakarta. Kini mungkin kita harus banyak berdoa agar para pejabat dan rakyat Yogyakarta segera menyadari ke-Istimewaan kota itu. Kota yang begitu banyak menyimpan cerita. Kota yang begitu menarik untuk di jadikan sebagai tempat wisata. Terlebih lagi kota ini juga menyandang gelar sebagai “KOTA PARA PELAJAR”. Tentunya kita juga berharap kepada para pelajar agar menjadi lebih baik kedepannya. Dan yang lebih penting lagi, mereka harus bisa menjaga identitas yang telah melekat pada kota ini.
Selamat datang di D.I.Yogyakarta. Kota yang begitu istimewa. Istimewa penduduk dan kotanya. Semua hal tentang Yogyakarta, selalu begitu istimewa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H