Badan tenis dunia Wimbledon akhirnya mencabut larangan bagi petenis asal Rusia dan Belarusia untuk mengikuti pertandingan. Namun pencabutan larangan itu bukannya tanpa syarat. Pemain dari kedua negara itu diminta untuk menandatangi 'perjanjian netralitas' untuk bermain di turnamen Grand Slam.
Apa isinya? Pemain kedua negara itu dilarang menyatakan dukungan kepada aksi militer yang dilakukan kedua negara tersebut kepada Ukraina. Pemain juga tidak boleh menerima dukungan keuangan dari negara mereka. "Tetapi mereka tidak diwajibkan mengkritik aksi militer yang dilakukan negara mereka," kata Ketua All England Lawn Tennis & Croquet Club (AELTC) Ian Hewitt, Jumat.
Dengan keputusan ini maka pemain Rusia Daniil Medvedev (peringkat kelima dunia) dan Aryna Sabalenka (Belarusia, peringkat kedua wanita) akan bisa kembali berlaga di Wimbledon. "Mereka berhak ikut berpartisipasi dalam Grand Slam dengan kewajiban tunduk pada aturan kompetisi dan berstatus sebagai atlet netral," kata AELTC seperti dikutip dari Russia Today.
"Ini merupakan keputusan yang sangat sulit," Â kata Ian Hewitt.
Tahun 2022 lalu, AELTC memutuskan untuk menuda partisipasi atlet tenis Rusia dan Belarusia dengan alasan perang Ukraina. Pihak Inggris menggunakan dalih politik (invasi Rusia ke Ukraina) untuk melarang atlet Rusia dan Belarusia untuk bertanding.
Keputusan Wimbeldon ini bertentangan dengan sikap sejumlah asosiasi tenis dunia yang memisahkan olahraga dengan politik. Tiga asosiasi mengizinkan atlet kedua negara tersebut untuk bertanding sebagai pemain netral. Ketiga asosiasi tersebut adalah Asosiasi Tenis Profesional (ATP), Asoosiasi Tenis Wanita (WTA), dan Federasi Tenis Internasional (ITF). Adapun asosiasi tenis yang berkedudukan di Inggris Lawn Tennis Association (LTA) sempat melarang namun kemudian merivisi aturannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H