Mohon tunggu...
Diella Dachlan
Diella Dachlan Mohon Tunggu... Konsultan - Karyawan

When the message gets across, it can change the world

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Suatu Masa di Depok Lama

10 Oktober 2016   14:58 Diperbarui: 11 Oktober 2016   02:50 1186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menelusuri jejak sebuah masa di Depok Lama (Foto: Diella Dachlan)

Depok Lama bagi saya adalah "jendela perlintasan". Hanya mengamatinya sekilas dari balik jendela kereta, mobil atau angkot. Tidak lebih dan tidak berkesan.

Menyimak penuturan Pak Yano Jonathans hari ini (9/10/16) tentang suatu masa di Depok Lama mengubah "lintasan jendela" itu.

Beliau adalah penulis buku "Potret Kehidupan Sosial dan Budaya Masyarakat Depok Tempoe Doeloe". Buku ini berawal dari hal sederhana yaitu penasaran untuk menggali kehidupan Depok di masa lalu diselesaikan dalam waktu sekitar 4 tahun.

Oleh Jan-Karel Kwisthout yang menulis kata pengantarnya, buku ini dipuji sebagai buku yang memuat sejarah Depok oleh warganya sendiri, setelah hampir 300 tahun!.

Yano Jonathans, sang penulis, masih keturunan salah satu dari 12 marga Depok yang dibentuk oleh Cornelis Chastelein sekitar awal 1700-an dan bukan sejarawan. Karenanya, buku ini meski sarat informasi, namun membacanya amat nyaman karena gaya bahasanya yang ringan dan memancing rasa penasaran.

(Catatan: 12 nama marga Depok yang diberikan oleh Chastelein: Bacas, Isakh, Jonathans, Jacob, Joseph, Loen, Laurens, Leander, Tholense, Soedira, Samuel dan Zadokh. Hal 40)

Siapa itu Cornelis Chastelein dan tentang sejarah Depok sendiri yang menurut Yano, di arsip nasional, menempati ruang yang cukup panjang, ada baiknya kau yang ingin tahu, memenuhi keinginantahuanmu dengan mencari tau sendiri.

Gereja GBIP Immanuel di Jalan Pemuda yang dibangun pada tahun 1700-an. (Foto: Diella Dachlan)
Gereja GBIP Immanuel di Jalan Pemuda yang dibangun pada tahun 1700-an. (Foto: Diella Dachlan)
Jembatan, Gereja, Makam: Jejak Waktu

Bersama 15 teman dari komunitas Ngopi Jakarta atau Ngojak (plus anggota termuda, Atta Rose yang tangguh tanpa mengeluh berjalan kaki berkilo-kilometer) hari itu kami mengunjungi bangunan-bangunan tua di jalan-jalan Kecamatan Pancoran Mas, Depok.

Penjelajahan kami hari itu bermula dari Stasiun Depok Lama lalu jalan kaki berkeliling tempat-tempat yang sudah disurvei dan dicarikan informasinya oleh Ali dan teman-teman Ngojak.

Rombongan Ngojak Vol 2 di Jembatan Panus, Depok (Foto: Diella Dachlan)
Rombongan Ngojak Vol 2 di Jembatan Panus, Depok (Foto: Diella Dachlan)
Jembatan Panus di bagian bawah (Foto: Ngojak)
Jembatan Panus di bagian bawah (Foto: Ngojak)
Bangunan yang ternyata cukup banyak adalah bangunan-bangunan gereja. Rata-rata adalah milik masyarakat Kristiani, seperti amanat dan harapan Chastelein tiga abad yang lalu, seorang Kristen taat yang berharap agar masyarakat Kristen yang sejahtera dapat tumbuh di Depok (hal 35).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun