[caption id="attachment_215239" align="aligncenter" width="586" caption="The Dragon. Courtesy Photo : Riefka Dachlan"][/caption]
Impian bertatap muka dengan sang Naga di habitat aslinya ini akhirnya terkabul juga. Meski sudah pernah bertemu Komodo (Varanus Komodoensis) di kebun-kebun binatang, tapi pengalamannya tidak sama. Karena kebun binatang adalah kebun binatang, bukan habitat asli para binatang penghuninya.
Dalam perjalanan menengok sang Naga ini saya memilih Pulau Rinca. Hal ini akibat pertimbangan kantong dan waktu. Pulau Rinca yang terletak di gugusan kepulauan Komodo ini dapat ditempuh dengan kapal selama 2 jam dari Labuan Bajo. Kapal menuju Rinca pun berbagai macam ukurannya. Sewanya berkisar antara Rp 600,000 sampai yang paling mahal pun ada, tergantung ukuran kapal, negosiasi dan belas kasihan si pemilik kapal kepada wajah memelas Anda.
Berangkat dari Labuan Bajo sekitar jam 7 pagi, tiba di Loh Buaya sekitar jam 9 pagi. Di dermaga, seorang ranger muda, Ridwan, sudah menanti. Rupanya giliran Ranger ini pun diatur dengan tertib.
Setelah mendaftar di kantor Taman Nasional dan membayar sekitar Rp 77,500untuk biaya masuk, guide dan kamera non-profesional, juga melihat peta gugusan kepulauan Komodo.
Informasi awal yang menarik perhatian saya ketika melihat peta Kepulauan Komodo ini adalah cerita Ridwan bahwa para komodo nakal yang punya kecenderungan agresif dan menyerang akan diasingkan ke pulau Gili Motang. Entah mengapa, informasi ini mengingatkan saya pada pulau pengasingan Nusa Kambangan.
Dari data Taman Nasional Komodo, populasi Komodo di Pulau Rinca lumayan banyak, yaitu diperkirakan sekitar 1,100 ekor. Berbeda 100 ekor lebih sedikit dengan populasinya di Pulau Komodo, yaitu 1,200 ekor. Pulau Rinca sendiri luasnya 19,627 hektar.
Ada dua kampung berpenghuni di Pulau Rinca ini, yaitu Kampung Rinca (sekitar 900 jiwa) dan Kampung Kerora (sekitar 500 jiwa). Ridwan yang asli dari Kampung Rinca punya pengalaman unik dengan Komodo, tapi itu nanti.
Pukul 10 pagi.
Sekitar 8 ekor Komodo pertama yang kami temui sedang tidur-tiduran di bawah rumah panggung para ranger. Dilarang keras memberi makan para Komodo ini, karena dikhawatirkan mereka akan malas berburu dan kehilangan sifat ke-komodo-annya. Perkecualian bagi satu ekor Komodo yang menderita patah kaki depan ketika berkelahi. Si Patah Kaki Depan ini secara teratur diberi makan, karena sejak 4 tahun lalu, kaki patahnya tidak pernah pulih.
Ini si Patah Kaki, Komodo yang kaki kirinya patah karena berkelahi 4 tahun yang lalu
Alasan rombongan Komodo tidur-tiduran disini karena faktor aroma masakan dari dapur rumah ranger ini. Penciuman Komodo amat tajam, konon bisa mencium aroma sampai jarak 5 kilometer. Jadi rombongan ini setiap harinya menikmati aroma masakan dan akan kembali ke hutan jika lapar dan perlu berburu.
Sekitar 500 meter dari rombongan Komodo penghirup aroma dapur ini, ada seekor Komodo yang sedang berdiam diri di dekat sarang. Menurut Ridwan, Komodo yang sedang menggali sarang untuk meletakkan telurnya sangat protektif terhadap sarangnya, dan tak segan-segan menyerang mahluk yang dianggap memasuki garis batas wilayah teritorinya.
Musim kawin Komodo adalah pada bulan Juli-Agustus. Satu kali bertelur biasanya berkisar antara 15-30 butir. Tapi yang menetas hanya 3-5 butir. Masa pengeramannya bisa sekitar 8-9 bulan sebelum menetas.
Induk Komodo biasanya mengambil sarang yang awalnya dimiliki oleh Burung Gosong. Bahkan ketika masih berbentuk telur pun, Komodo ini tidak aman hidupnya. Telur Komodo diincar oleh Komodo lainnya, juga babi hutan. Babi hutan ini salah satu mangsa Komodo yang juga tak segan merusak sarang Komodo.
Untuk melindungi sarangnya, induk Komodo menunggui sarangnya selama 3 bulan. Setelah itu sang induk akan membuat kamuflase sarang dengan cara press sarang tersebut, agar predator lain sulit menemukan telurnya. Dan setelah itu sang induk akan meninggalkan sarangnya.
Sekali menetas, bayi Komodo sudah memiliki insting bahwa pada umur hitungan jam pun, dirinya adalah cemilan bagi para predator lain. Bayi Komodo akan lari dan memanjat pohon dan berdiam diri hingga 2-3 tahun. Kata Ridwan, jarang sekali kita bisa menemukan bayi hingga remaja kencur Komodo di pohon, karena keahliannya menyembunyikan diri.
Pukul 11-13 di Sarang Komodo
Saya meminta Ridwan dan Om Donatus, supir yang menemani perjalanan ini untuk menjaga jarak dengan rombongan turis asing di depan kami. (saya memanggilnya Om karena di Flores ini rata-rata panggilan Om lebih akrab daripada “Bapak”)
Alasannya sederhana. Saya begitu terpesona dengan sang Naga dan ingin berlama-lama memperhatikan perilakunya. Dan hal ini akan lebih mudah dilakukan tanpa desakan beberapa turis yang sama terpesonanya dengan saya, tapi akhirnya berulangkali menginjak kaki atau menyenggol saya dengan lensa tele kameranya.
Trek sudah sangat sepi ketika kami berjalan perlahan-lahan sambil melihat adanya Komodo. Dan tiba-tiba muncul lah adegan yang tidak saya duga itu. Komodo menggali sarang!
Komodo itu menurut taksiran Ridwan umurnya sekitar 3-4 tahun dan betina. Panjangnya sekitar 1,5 meter. Komodo ini nyusruk di sarang yang separuh tergali. Bergantian antara kaki kanan dan tangan kirinya menggali pasir. Sesekali lontaran batu dan pasir ikut berhamburan di udara membuat kepulan asap.
Lantas, saking terpesonanya, saya mulai menghitung gerakannya. Dan ijinkan untuk berbagi catatan keisengan ini.
25 menit : waktu Komodo Betina ini mulai bekerja. 11 menit: waktu istirahat 1 menit: 34 kali bernafas (dalam masa istirahat) 1 menit: 46 kali menggali Setiap ayunan kaki untuk menggali yaitu antara 4 hingga 8 kali ayunan, lalu Komodo berganti kaki untuk lanjut menggali.
Ketika beristirahat, Komodo betina itu pindah dari sarang tempatnya bekerja ke bawah pohon tempat kami mengamati, membuat kami bertiga kabur menyebar, sebelum mengambil posisi untuk kembali mengamati.
Setelah itu rombongan turis datang ke spot ini, dan tanpa bisa ditahan seruan excited dan klik klik kamera dan aneka bahasa meramaikan lokasi penggalian sarang. Berkali-kali para ranger mengingatkan agar para turis menjaga jarak dengan Komodo, karena jarak dari balik lensa dan jarak sesungguhnya bisa sangat berbeda.
Saya, Ridwan dan Om Donatus menyingkir, masih tetap menghitung. Memberikan ruang bagi para fans Komodo. Lalu seorang ranger berteriak.
“Ini bukan sarang punya dia, itu yang punya sarang sebenarnya datang!” teriaknya.
Dan dari arah berlawanan, datanglah seekor Komodo yang lebih besar mendekati sarang, yang diyakini sang ranger adalah milik si Komodo yang baru datang itu. Pasalnya sang ranger sudah berkali-kali melihat pemilik sarang aslinya mengali sarang sebelum si Komodo yang kami lihat itu bekerja.
Lalu timbullah pertanyaan, apakah si Komodo pertama yang kami lihat ini sedang meneruskan penggalian sarang atau malah mencuri sarang atau mungkin mencari telur?
Sebelum kami menemukan jawabannya, tiba-tiba….
“Menyingkiiir!!!” jerit para ranger sambil menghalau para turis mundur.
Dalam hitungan detik, si Komodo yang diyakini sebagai pemilik sarang sah, maju dan menyerang Komodo pertama. Perkelahian tidak terhindarkan.
Meski lebih kecil, si Komodo pertama dengan gigih menyerang. Saling mengibaskan ekor menggebuk lawannya, berdiri dan saling cakar. Lalu berkejaran dan menggigit. Lalu ada momen jeda, ketika kedua Komodo dalam posisi memiting dengan nafas terengah-engah, ada sekitar 3 menit, lalu melanjutkan perkelahian.
Yang seru ketika dalam duel tersebut, Komodo lari tanpa arah. Kadang membuat para turis menjerit karena kedua Komodo lari ke arah mereka.
Ini bukan sedang kawin lho, si pemilik sarang asli yang berada di atas
Yang membuat saya terpesona, ketika perkelahian sudah berjalan tepat 11 menit. Si Komodo pertama itu meninggalkan Komodo pemilik sarang untuk kembali ke sarang dan melanjutkan penggaliannya. Waktu 11 menit itu tepat seperti waktu istirahat awal ketika saya menghitungnya. Komodo pemilik sarang pun dengan tertib diam dan minggir.
Setelah Komodo tampak tidak berkelahi lagi, para turis meninggalkan lokasi. Kami bertiga masih di sana, dan 25 menit kemudian, sang Komodo rajin itu berhenti menggali sarang dan kembali ke tempatnya berteduh di bawah pohon semula.
Hitungan ayunan kaki dan waktunya bekerja masih sama dengan hitungan awal saya. Dua putaran dan sangat konsisten.
Komodo Ikut Sekolah
Ridwan yang baru setahun bekerja sebagai Ranger, tapi besar bersama Komodo yang sering datang ke kampungnya ikut terpesona. Dulu ketika masih bersekolah di kampung Rinca, beberapa kali Komodo datang lebih awal daripada murid-murid. Jadi ketika guru dan murid-murid datang, sudah ada Komodo di kelas. Hal ini memotivasi sang guru untuk menyelipkan nasihat.
“Lihatlah anak-anak, Komodo saja datang pagi-pagi ke sekolah, bagaimana dengan kita?” Kata pak guru waktu itu.
“Tapi guru saya belum pernah mencatat apa yang Komodo lakukan seperti apa yang kita lakukan hari ini, padahal kita bukan peneliti” Kata Ridwan dengan bangga.
[caption id="attachment_215240" align="aligncenter" width="516" caption="Jalur Long Trek di Rinca"]
Long Trek
Saya bersyukur bahwa baik Om Donatus dan Ridwan tidak komplain untuk ikut memperhatikan Komodo atau dalam bahasa lokalnya disebut “Ora”. Ridwan menawarkan saya untuk ambil long-trek. Dari hitungan jam Garmin, jarak tempuh Long Trek ini sekitar 5 kilometer.
Bagi yang enggan untuk ambil rute Long Trek, ada pilihan short trek sekitar 2 kilometer dan medium trek sekitar 3 kilometer. Short trek saja pun sudah bisa bertemu Komodo. Namun bagi saya, jalur Long Trek ini sangat menarik, meski matahari seperti ada 12 bersinar di atas kepala.
Trek-nya sangat menarik, karena melewati pohon tempat tengkorak hasil santapan Komodo digantung-gantung, lalu melewati kawanan kerbau, melihat monyet, Burung Gosong yang berkeliaran, pohon lontar jantan dan betina, lalu mendaki bukit menikmati pemandangan. Tak terasa kami sudah sampai dan tibalah saat berpisah.
“Lain kali datang dan menginap saja disini, kita hitung kegiatan Komodo lagi” begitu ucap Ridwan sebelum berpisah.Pukul 15.15 Kapal meninggalkan Pulau Rinca.
Rekap Biaya
Ini hanya ilustrasi biaya untuk mempersiapkan anggaran perjalanan, jika Anda tertarik ke Pulau Rinca atau Pulau Komodo. Ilustrasi ini berdasarkan waktu September 2012.
Biaya sewa kapal pp berkisar antara Rp 600,000 – Rp 2 juta tergantung ukuran kapal. Jangan lupa di cek apakah makan dan minum termasuk dalam harga tersebut. Untuk menginap di kapal atau paket 2 hari 1 malam, biasanya mulai dari harga Rp 1,7 juta. Di kapal untuk menginap tersedia kabin berisi tempat tidur. Kapal 15 meter yang saya tumpangi memiliki kabin dengan 3 tempat tidur dan ada WC yang cukup bersih.
Jangan lupa perhitungkan biaya masuk ke Taman Nasional. Sekitar Rp 20,000 untuk karcis masuk doemstik + Rp 2,500 (karcis masuk pengunjung domestik), kamera non-profesional Rp 5,000 dan Rp 50,000 untuk guide.
Biaya total yang saya keluarkan hari itu sekitar Rp 1,2 juta termasuk kapal, snorkeling, tiket masuk dan tips.
Untuk informasi biaya dan the dos and the donts ketika berkunjung ke Pulau Komodo, bisa dilihat di tautan berikut:
http://komodo-park.com/detail.php?id=24
http://www.komodonationalpark.org/
http://www.dephut.go.id/index.php?q=id/node/3936
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H