Mohon tunggu...
Diekdock
Diekdock Mohon Tunggu... -

Karyawan swasta pemilik blog ruangkita.co

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cinta Tak Sendiri, Cinta Saling Menjaga Hati

7 Januari 2016   18:15 Diperbarui: 7 Januari 2016   18:15 448
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

SIANG itu, cuaca panas. Di depan lorong ruang-ruangan kampus, tampak seorang mahasiswi berjalan sendiri membawa tumpukan buku. Namanya Livi. Mahasiswi kedokteran semester 5 di kampus itu, sebuah universitas swasta di Surabaya.

Wajahnya yang oriental dengan kulit putih melengkapi kecantikannya. Kulitnya nampak merah saat dia jalan ke parkir mobil dengan cuaca panas. Tak heran jika dia menjadi bunga kampus. Tak sedikit pula banyak yang naksir gadis dengan penampilan modis tapi bersikap kalem itu.

Namun, meskipun banyak yang mencoba mendekati, dia tak menjatuhkan pilihan hatinya kepada salah satunya. Dia justru dekat dengan cowok beda kampus.

Di tempat lain, di parkiran mobil salah satu kampus, tampak mahasiswa menuju arah mobil sedan warna biru. Dia adalah Elangbiru. Mahasiswa Teknik Mesin di Universitas Negeri di kota yang sama. Elangbiru yang biasa dipanggil Elang perawakannya tinggi besar dan wajah mirip Nicholas Saputra. Namun gayanya cuek, penampilan pakaiannya pun apa adanya, tidak serapi mahasiswa lain. Kaos oblong, celana jenas dan ransel adalah pakaian ‘kebesarannya’.

Teman dekat Livi itu adalah Elangbiru. Mereka kenal sejak SMA. Namun, meskipun dekat, keduanya tidak menjalin hubungan pacaran. Keduanya hanya menganggap sebagai sahabat. Kemana-mana mereka sering jalan berdua.

Selain mereka berdua, ada satu lagi cowok bernama Ardian. Cowok ini teman sekampus Elang yang paling akrab. Ardian juga akrab dengan Livi. Jadi mereka bertiga menjadi sahabat dekat.

“Pingin rasanya nanti pas aku ulang tahun kita rayakan di pantai sini saja. Menikmati ombak yang menghantam karang. Kita duduk berdua menunggu senja, menyaksikan matahari tenggelam, menandai berakhirnya hari,” kata Livi kepada Elang. Sore itu, rupanya sepulang dari kampus masing-masing, mereka ke pantai menikmati es kelapa muda.

Elang yang asyik main gadgetnya tampak cuek. Dia sebenarnya mendengarkan tapi tidak menganggap serius omongan Livi. Mereka berdua saat itu duduk di atas kap mobil sedan milik Elang yang parkir tak jauh dari warung penjual es kepala muda. Livi tampak menikmati es kelapa mudanya.

Merasa tak diperhatikan, Livi pun kesal. “Ihhhhhhh hape mulu. Denger ndak sih Livi tadi ngomong apa,” ujarnya sambil mendorong Elang hingga hampir jatuh.

“Eh eh eh, iya..iya aku denger. Bagus itu. Sip pokoknya. Nanti kukasih tau Ardian juga,” jawab Elang sambil turun dari mobil. Livi terlanjur kesal. Dia pun menjewer telinga Elang. Mereka kejar-kejaran berputar di mobil yang sore itu parkir di dekat pantai. Keduanya pun pulang.

Pantai itu memang pantai karang, bukan pantai pasir. Jarak dari jalan raya hanya sekitar 10 meter. Di pinggiran pantai banyak penjual makanan, bahkan hasil kerajinan. Para pedagang kaki lima itu diatur rapi berderet tak jauh dari jalan raya dan pantai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun