Engkau sarjana muda..
Resah mencari kerja..
Mengandalkan ijazahmu..
Itu adalah kutipan lagu lama yang dinyanyikan Virgiawan Listanto alias Iwan Fals. Lagu yang tercipta pada tahun 1981 tersebut mengisahkan tentang lulusan sarjana yang kesulitan mencari kerja. Sekarang, 2018, 37 tahun setelah lagu itu didendangkan, masalah pekerjaan masih menjadi polemik. Pengangguran masih menjamur di bumi nusantara. Terlebih lagi, pengangguran yang terjadi banyak terjadi pada usia produktif. Ya itu, usia-usia muda setelah lulus menimba ilmu. Pernahkah anda ketika lulus kuliah atau selesai bersekolah kebingungan mencari pekerjaan? Pernahkah anda merasa lamaran yang dikirimkan lewat media daring maupun mengikuti jobfair tak kunjung ada jawaban? Tak kunjung ada kepastian setelah berbulan-bulan tanpa pekerjaan. Kepala stres dengan cap pengangguran.
Menurut BPS (Badan Pusat Statistik), TPT (Tingkat Pengangguran Terbuka) di Indonesia meningkat sebesar 0.17 % selama bulan Februari -- Agustus 2017 menjadi 5.50 % dari sebelumnya 5.33 %. TPT sendiri merupakan persentase jumlah pengangguran terhadap jumlah angkatan kerja. Bagaimana dengan 2018? Tentu saja pemerintah harus menekan angka TPT ini. Target TPT pemerintah untuk tahun 2018 adalah 5 -- 5.3 %. Akan tetapi, Wakil Direktur Institute For Development of Economics and Finance (INDEF) memperkirakan TPT 2018 sebesar 5.5 % atau sama saja dengan tahun 2017 (merdeka.com).
Lalu bagaimana dengan TPT di ibukota Jakarta? Ternyata hasilnya lebih parah. TPT Jakarta pada Agustus 2017 lebih tinggi daripada TPT nasional, yaitu sebesar 7.14 %. Oleh karena itu, Pemprov DKI lewat Gubernur Anies dan Wagub Sandi mencanangkan program OK OCE (One Kecamatan, One Centre of Entrepreneurship), yaitu gerakan melahirkan 200.000 wirausahawan baru. Akan tetapi, fraksi Partai Gerindra DPRD DKI Jakarta menilai program ini tidak bisa mengatasi angka pengangguran usia produktif. Pernyataan tersebut dengan alasan bahwa ada ribuan siswa yang lulus SMA dan perguruan tinggi tiap tahun, sementara itu PHK terus terjadi (Kompas.com). Kekhawatiran tersebut masuk akal dengan argumen prediksi TPT 2018 Indonesia yang stagnan di angka 5.5 %, menandakan tidak ada penurunan TPT. Apalagi dengan TPT Jakarta yang lebih tinggi menandakan program OK OCE masih belum mampu menekan angka pengangguran usia produktif.
Program OK OCE yang ditawarkan Gubernur Anies dan Wagub Sandi juga dinilai belum mampu dalam mencapai targetnya menciptakan 200.000 wirausahawan baru atau lapangan kerja. Hal tersebut diungkapkan dalam rapat paripurna mengenai raperda tentang rencana pembangunan jangka menengah daerah (RPJMD) tahun 2017-2022 oleh Ketua Fraksi Partai NasDem DPRD DKI Jakarta Bestari Barus. Menurut Bestari, program OK OCE hanya berupa pelatihan-pelatihan dan penyuluhan. Program tersebut perlu adanya pembiayaan lewat modal sebesar Rp. 5 M tiap kecamatan (total 44 pos OK OCE yang tersebar). Jawaban dari Pemprov DKI adalah institusi keuangan atau lembaga pembiayaan lebih mumpuni untuk memberikan pinjaman modal ketimbang Pemprov DKI. Ironisnya, APBD DKI 2018 baru terserap 8 % di Kuartal I ini (Kompas.com).
Tentu saja, kita tidak bisa menyalahkan pemerintah dalam kenaikan TPT ini. Lulusan sekolah maupun perguruan tinggi sebaiknya memiliki kreatifitas atau kecakapan, entah itu sebagai wirausahawan atau karyawan. Akan tetapi, sebuah pemerintah yang memimpin dan peduli pada rakyat, seyogyanya melakukan pelbagai upaya demi kemakmuran masyarakat, termasuk usia produktif yang belum mendapat pekerjaan. Namun, program OK OCE yang menjadi salah satu program unggulan Anies dan Sandi tidak ada bedanya dengan kegiatan yang dilakukan oleh Dinas UMKM dan Perdagangan apabila program tersebut hanya berupa pelatihan dan penyuluhan. Penulis memiliki idealisme, apabila golongan pemuda usia produktif ini diberi arahan dan dukungan, maka dia akan menjadi kekuatan yang dahsyat, seperti ucapan Presiden RI pertama kita di bawah ini
"Beri aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H