Mohon tunggu...
diego fawzi
diego fawzi Mohon Tunggu... -

its all good

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Hentikan Proyek Reklamasi, Sebuah Kontra Rencana Anies Tanpa Solusi

26 Februari 2018   11:12 Diperbarui: 26 Februari 2018   11:24 1433
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Reklamasi teluk Jakarta . Kalimat tersebut akhir-akhir ini terdengar dan terbaca oleh saya lewat berbagai media. Baik media elektronik maupun media sosial. Menjadi sebuah pemikiran dan tanda tanya bagi saya, sebenarnya bagaimana awal mula peristiwa reklamasi yang menjadi pokok pembicaraan banyak orang ini?

Reklamasi teluk Jakarta adalah mega proyek yang bermula dari rencana proyek tanggul kolosal bernama National Capital Integrated Coastal Development (NCICD). Wah, apa lagi tuh NCICD? Jadi, Jakarta ini masalahnya apa sih? Kalo ga macet, ya banjir. Banjir terjadi setiap tahun, dan ini terjadi di ibukota, Capital City of Indonesia. DKI Jakarta.

Berbagai ahli sepakat bahwa penyebab banjir Jakarta adalah meningkatnya jumlah penduduk dan penggunaan air tanah baik untuk konsumsi pribadi maupun digunakan untuk industri. Hal ini menyebabkan kontur tanah di Jakarta semakin tenggelam. Ga percaya? Selama 40 tahun, permukaan tanah di bagian utara Jakarta telah tenggelam sedalam 4 meter.

Bahkan, ahli dari Jepang mengatakan bahwa beberapa titik tenggelam sedalam 20 cm tiap tahunnya (reuters.com). Sekarang dah pada tahu kan kenapa Jakarta kebanjiran terus? Lalu bagaimana mengatasinya? Di sinilah NCICD digagaskan. NCICD ini adalah proyek kerjasama dengan Belanda yang terkenal dengan kelihaian mereka membuat kota yang permukaannya berada di bawah permukaan laut. NCICD ini nantinya berbentuk tembok laut yang menyerupai burung Garuda.

Lah, ya sudah bangun aja. Cuma tembok kok. Ups tidak segampang itu. Jadi ada dua pilihan, pertama pembangunan tembok biasa, kedua adalah pembangunan tanggul yang menyerupai pulau reklamasi. Pembangunan tanggul yang menyerupai pulau reklamasi dipilih karena akan jauh lebih menarik bagi investor untuk berinvestasi. Bayangkan ekonomi yang hidup dari sana. Bayangkan berapa juta orang yang mendapatkan hidup dan pekerjaan dari sana. Tetapi paling utama, bayangkan Jakarta tanpa banjir.

Nah, sudah bisa dibayangkan toh. Reklamasi pulau di pesisir utara Jakarta adalah bagian yang terintegritas dari proyek NCICD. Pendiri Pusat Data Bisnis Indonesia (PDBI) Christianto Wibisono mengatakan bahwa untuk membangun jalur sutra pulau Jawa, maka seluruh pulau di sana harus di reklamasi.

Dia memberi contoh Jepang yang telah sukses dalam proyek yang serupa dengan menambah pertumbuhan ekonomi dan menambah aset pemerintah. Indonesia, khususnya Jakarta harus terus berupaya menjadi kota yang maju toh (mediaindonesia.com).

Akan tetapi, proyek ini tersendat karena janji kampanye. Tersendat janji politik. Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mencabut HGB dari pulau reklamasi dan menentang adanya reklamasi teluk Jakarta yang telah disetujui pemerintah pusat dan gubernur DKI terdahulu (Kompas.com). Beliau memilih cara naturalisasi untuk menangani banjir. Berhasilkah? Mana hasilnya?

Awal Februari banjir besar di Jakarta. Jadi, kita lihat secara garis besar. Ini proyek NCICD bukan hanya untuk menangani banjir, tapi juga sekaligus untuk menangani kemacetan. Dua juta rakyat Jakarta bisa dialihkan ke daerah proyek apabila selesai. Pertumbuhan ekonomi juga meningkat dengan berbagai lapangan pekerjaan di sana. Ini visi ke depan. Visi untuk menjadi kota yang maju.

Ini adalah proyek jangka panjang yang tidak disadari dan dipahami oleh Anies sebagai Gubernur Jakarta sekarang. Atau Anies sebenarnya memahami tapi terikat oleh janji kampanye manisnya demi merebut hati pemilih di Jakarta pada saat Pilkada dulu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun