Malang, Jawa Timur - Capunglam, sebuah bisnis inovatif yang dibentuk oleh mahasiswa Universitas Brawijaya, terus menunjukkan komitmennya dalam menciptakan dampak positif bagi masyarakat. Salah satu langkah yang diambil adalah melalui sosialisasi mengenai pengelolaan limbah organik dengan memanfaatkan cacing ANC di Desa Bunutwetan, Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang. Program ini dirancang untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pengelolaan limbah secara berkelanjutan serta menawarkan solusi konkret bagi masalah lingkungan.
Pada 22 September 2024, Tim Capunglam yang terdiri dari lima mahasiswa Universitas Brawijaya, Cahyo Ilham Firmansyah selaku Founder, bersama Adelia Sabrina Gunawan dan Maulidatul Reva Dini, melaksanakan kegiatan sosialisasi di Desa Bunutwetan. Mereka memperkenalkan teknik pengelolaan limbah organik menggunakan cacing ANC yang ramah lingkungan. Teknologi ini memiliki potensi besar dalam mengubah limbah organik menjadi kompos berkualitas tinggi yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.
“Kami ingin menghadirkan solusi sederhana yang dapat dengan mudah diterapkan oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Melalui penggunaan cacing ANC, limbah organik yang selama ini sering dibuang begitu saja dapat diolah menjadi kompos yang bermanfaat bagi pertanian dan perkebunan warga,” jelas Cahyo Ilham Firmansyah, Founder Capunglam. Ia juga menekankan bahwa inovasi ini sejalan dengan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan dan diharapkan dapat menjadi contoh pengelolaan limbah yang dapat diterapkan di desa lain.
Limbah organik seperti sisa makanan, dedaunan, dan limbah kebun, sering dianggap tidak bernilai dan langsung dibuang. Namun, dengan teknologi sederhana berbasis cacing ANC, masyarakat dapat mengolah limbah tersebut menjadi kompos yang meningkatkan kesuburan tanah, memberikan manfaat besar bagi para petani dan pekebun setempat.
Dalam kegiatan sosialisasi ini, tim Capunglam memberikan penjelasan rinci mengenai tahap-tahap pengelolaan limbah organik. Mulai dari pemilihan jenis limbah yang tepat, proses penguraian oleh cacing ANC, hingga cara memanen kompos yang dihasilkan. Selain itu, mereka juga memberikan pelatihan praktis mengenai cara merawat cacing ANC agar tetap produktif dalam mengolah limbah organik.
Kegiatan ini disambut dengan antusias oleh masyarakat Desa Bunutwetan. Banyak warga yang menunjukkan ketertarikan untuk belajar tentang cara-cara baru dalam mengelola limbah organik. Ibu Siti, salah satu warga setempat, mengungkapkan bahwa sebelumnya ia hanya membuang sisa makanan tanpa memikirkan manfaatnya. "Saya baru menyadari bahwa limbah sisa makanan yang selama ini terbuang ternyata bisa diubah menjadi sesuatu yang bermanfaat untuk tanaman kami," ujar Ibu Siti dengan antusias.
Dengan adanya kegiatan ini, Capunglam berharap dapat membangun kesadaran masyarakat tentang pentingnya pengelolaan limbah organik secara berkelanjutan. Desa Bunutwetan diharapkan dapat menjadi contoh desa yang menerapkan praktik-praktik ramah lingkungan dan menginspirasi desa-desa lainnya untuk mengikuti jejak yang sama. Komitmen ini juga merupakan bagian dari visi Capunglam untuk mendukung pembangunan berkelanjutan dan menciptakan lingkungan yang lebih baik bagi generasi mendatang.
Bagi yang ingin mengetahui lebih banyak tentang perjalanan dan kegiatan Capunglam, Anda dapat mengikuti Instagram resmi kami di @capunglam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H