[caption id="attachment_304152" align="aligncenter" width="300" caption="Ilustrasi (sumber foto : http://chirpstory.com/hot )"] [/caption] Bismillah, Buat para pengguna media sosial twitter, tak asing dengan nama Farhat Abbas yang berambisi menjadi calon presiden RI meski belum memiliki kendaraan politik seperti partai politik. Juga tak asing dengan Ridwan Kamil, The Rising Star dari kota kembang Bandung, salah satu dari jajaran kepala daerah termuda di Indonesia juga kemenangannya dalam pilwalkot Bandung yang lalu mengantarkannya menjadi walikota Bandung. Mungkin beberapa bulan terakhir ini dan entah sampai kapan, kicauan Farhat Abbas terhadap kang Emil, sapaan akrab Ridwan Kamil, akan terus berlanjut. Sebagai walikota baru dan muda, sangat cerdas langkah yang dilakukan kang Emil dalam berkomunikasi kepada warganya, salah satu caranya, hingga ada warga non-kota Bandung yang nyasar juga. Bawaan SERSAN kang Emil di twitter alias SERius tapi SANtai, membawa kesan tersendiri dari seorang arsitek yang menjadi walikota ini. Banyak balasan (reply) kang Emil menanggapi pertanyaan, masukan, bahkan bobodoran (keusilan jenaka) dari warganya. Hal unik beberapa terakhir ini ada dua, yaitu isu versus dengan Farhat Abbas dan isu pencitraan yang disandingkan dengan Jokowi di Jakarta (terhadap program dan prestasinya). Simple-nya, masalah Jakarta dan Bandung itu sama tapi beda tipis. Sama, sama-sama kota besar dimanapun permasalahannya hampir sama bahkan sama. Tapi bedanya, tiap daerah punya karakter, pembawaan, dan solusi masing-masing yang berbeda. Jadi ga perlu deh disama-samain, ngurus daerah ya masing-masing, tapi urus negara dan bangsa ya harus sama-sama. Farhat Abbas, beberapa waktu lalu melempar isu yang cukup menggelikan dan mengada-ngada, bukan maksud menghinakan tetapi data yang dia dapat ternyata dan memang faktanya tidak valid, sungguh disayangkan, tapi bukan tanpa alasan kang Emil dengan legowo menjawabnya, tentunya gaya SERSAN dan santunnya yang dikedepankan (salut!). Dari program senin naik DAMRI gratis bagi pelajar Bandung (harusnya Bus DAMRI bukan angkutan kota/angkot), wifi gratis di masjid-masjid (aslinya dana CSR Telkom bukan APBD dan bukan dibagi cuma-cuma tetapi ada pengajuan dari masing-masi DKM dan mekanismenya) , permasalahan ucapan natal dengan basa sunda (merujuk pada perda yang mengharuskan rabu untuk berbahasa sunda), penduduk kota Bandung (seperti sensus penduduk kota), bus wisata,  taman jomblo (yang aslinya taman untuk memanfaatkan ruang bawah jembatan Pasupati dan tempat skatepark, jomblo hanya bobodoran semata), entah nanti apalagi. Yang jelas kang Emil membalasnya dengan #tetot hingga muncullah fenomena mesin tetot khusus untuk menjawab kicauan Farhat Abbas. Kang Emil pun meminta kepada warganya agar tetap mengedepankan kesantunan, hebatnya kang Emil memberi contoh yang mengagumkan, jadi teringat akan contoh dari seorang Rasulullah Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam dalam membalas perbuatan negatif orang lain. Melihat timeline Farhat Abbas pun seperti orang yang kesal sendiri, maklumlah apa yang dia harapkan seperti tidak kesampaian. Bahkan dalam timeline Farhat Abbas tanggal 5 Januari 2014 memuat kicauan tentang kang Emil dan programnya, termasuk warga Bandung dan jombloers Bandung. Mengkritik dan menjelek-jelekkan para jombloers? Bukan karena saya jomblo, tapi tidak habis pikir, orang non-Bandung "sebegitu cintanya" dengan Bandung hingga mencibir seperti itu. Memang pada awalnya kang Emil diragukan bahkan tak dikenal (maklum bukan politisi sebelumnya hanya arsitek, arsitek internasional), mungkin karena modal pemilih mayoritas dari pemuda dan perempuan, hingga akhirnya terpilih. Masa awal sang walikotapun banyak cibiran dan kritikan (maklum banyak 'warisan' bermasalah dan memang kinerja pemerintahan baru akan efektif pada awal tahun bukan akhir tutup buku, correct it?) Meski ada juga warga Bandung yang tidak menggunakan twitter untuk mengeluh kesahkan kepada walikota. Salut buat Farhat Abbas yang bukan orang Bandung tapi bersemangat sekali dalam mengkritiknya. Mungkin sedikit saran buat Farhat Abbas (tapi yakin ga akan dibaca, da gue mah apah atuh! hhe) juga buat saya pribadi dan umumnya buat semua user twitter, jikalau ingin mengkritik, sah-sah saja, hanya dengan santun, apa adanya, juga dengan memuat data yang tepat dan akurat, data yang sebenarnya. Agar saran, kritik, pertanyaan, bisa lebih efektif ditanggapi. Sebagai warga asli Bandung, lahir di Bandung, besar di Bandung pula, malu lah ada orang asing mengkritik dan menghina Bandung (termasuk dengan kicau hinaan tentang jombloers), aktif pula frekuensi kritikannya. Malu karena sebagai wargi Bandung tidak pernah aktif mengkritik kebijakan walikota dan jajarannya, karena bukan tak peduli melainkan kami menunggu, percaya dan optimis, program populer maupun tak populer, insya Allah pasti tak ada hambatan yang berarti selama masih ada dukungan warga Bandung. Akhir kata, andaikan Farhat Abbas mengkritik dengan data yang benar dan tidak ada unsur SARA yang memojokkan sesama manusia, pasti lebih seru dan Bandung makin baik dan juara! Sayang beribu sayang, mesin tetot itu sampe kapan harus di tetot-tetot ya, haduh! Semoga walikota Bandung amanah dan rakyat makin sejahtera, dalam perubahan harus ada pengorbanan, lebih baik prioritaskan warganya daripada warga asing yang memperkeruh suasana, ga ngeeppeek woi! Note: Angkot itu bukan BUS (DAMRI)! Bolos itu bukan karena gratisan, tapi karena pribadinya! Penduduk Bandung sekitar 2,6juta, lebih dari itu PENGUNJUNG! Wifi gratis di Mesjid itu diatur DKM, bisa dijadiin usaha nirlaba juga buat ngurus bayaran telepon+listrik, Sholat ya Sholat, online di-pause dulu! Taman Pasupati itu sejatinya TAMAN dan SKATEPARK, taman jomblo hanya hiburan verbal semata! Jangan hina dan hardik jomblo, karena mereka juga rakyat Indonesia juga, hanya karena title jadi gampang aja dihina begitu? Taman Banci itu kagak ada, tapi kalo banci ngumpul ada di beberapa Hotspot, kota lain juga gitu! Tempat lokalisasi mau diaktifin lagi? Emang mau kayak Singapura?! Tau APBD kota Bandung? Sok tau! Kalo tau jawabnya kenapa lama?! Orang Bandung optimis dengan program walikotanya,  nih orang asing? Makasih kritikan ngawurnya! Meski pasti ada beberapa yang pesimistis dan diam saja, seiring waktu berubah yakin berubah optimis! *semoga ga nambah lagi ngawurnya! kang Emil, makasih taman jomblonya alias skateparknya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H