Sebuah bangunan lama berwarna putih namun dengan pintu dari kaca menyambut kami ketika saya dan teman-teman memasuki halaman dalam Keraton Kasepuhan Cirebon. Ternyata bangunan tersebut merupakan sebuah museum. Nama lengkapnya Museum Pustaka Keraton Kasepuhan.
Menempati bangunan lama yang merupakan bagian dari Keraton Kasepuhan, namun museum ini sudah dimodernisasi dengan pintu-pintu kaca tembus pandang, dan pintu elektronik untuk memasuki bagian dalam museum. Tiket masuk pun sudah berupa kartu elektronik, yang harus di letakkan di sensor mesin. Tidak hanya itu, museum ini sudah dilengkapi dengan CCTV dan ruang audio visual. Penataan benda koleksi museum juga terlihat rapi, dan pencahayaan juga cukup. Meskipun informasi yang dicantumkan pada benda dari koleksi masih jarang ditemukan.
Museum ini diresmikan oleh sultan sendiri, yaitu Sultan Sepuh XVI PRA Arief Natadiningrat, pada Juni 2017 lalu, dengan memakan waktu pengerjaan selama empat bulan. Pembuatan museum dikejar agar dapat dibuka pada Festival Keraton Nusantara yang rencananya diadakan pada bulan September 2017.
Pada masa Sunan Gunung Jati, berdasarkan catatan sejarah, beliau pernah menikahi seorang puteri Tiongkok, bernama puteri Ong Tien. Mereka tidak memiliki keturunan, dan makam sang putri dimakamkan tidak jauh dari makam suaminya. Bersama kedatangan sang puteri Tiongkok, turut dibawa serta benda-benda khas Tiongkok, seperti piring, tempat obat, dan lain-lain. Sejumlah piring keramik Tiongkok tersebut bisa dilihat pada dinding Keraton Kasepuhan, sedangkan sebagian lainnya disimpan oleh pihak keraton. Benda-benda peninggalan sang puteri dapat dilihat di museum ini.
Benda menarik lainnya yang dapat dinikmati di museum ini tentunya Kereta Singa Barong, kereta kencana khas Keraton Kasepuhan. Kereta ini dibuat pada abad ke-15 oleh cucu Sunan Gunung Jati, dan konon merupakan kereta tercantik di dunia. Berbadan burung, lengkap dengan sayapnya, namun berkepala naga dengan belalai seperti gajah, yang menggenggam trisula (senjata dengan tiga tusukan) melambangkan perpaduan budaya di Cirebon.
Sedangkan peninggalan budaya Eropa bisa dlihat pada koleksi kristal, piring tembaga bermotif timbul, dengan gambar kehidupan orang Eropa, dan masih banyak lagi.
Untuk memasuki museum ini kita perlu membayar tiket kembali seharga 25 ribu perorang, karena tidak termasuk dalam tiket masuk Keraton Kasepuhan, meskipun berada didalam Keraton Kasepuhan. Museum buka dari jam 08.00 sampai 18.00 sore setiap hari.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H