Mohon tunggu...
diyah
diyah Mohon Tunggu... Freelancer - Dee

lulusan antropologi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Berdoa di Mesjid Lama Banyumas

12 Juli 2018   22:16 Diperbarui: 12 Juli 2018   22:36 785
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Samar-samar suara adzan terdengar di alun-alun Banyumas, Jawa Tengah. Suara merdu azan setelah sebelumnya suara bedug terdengar memanggil masyarakat di sekitar tempat tersebut untuk beribadah berasal dari sebuah bangunan masjid lama. Masjid Agung Nur Sulaiman namanya.

Bangunan masjid ini tercatat didirikan pada tahun 1939, dari sumbangan berbagai pihak di Banyumas. Nama nya semula Masjid Jami Kabupaten. Dan pada tahun 1992 dirubah namanya menjadi Masjid Agung Nur Sulaiman berasal dari nama Nur Daiman, arsitek masjid, dan Sulaiman, penghulu masjid pertama.

Masjid ini sudah menjadi bangunan cagar budaya dikarenakan usianya lebih dari 50 tahun, dan salah satu agung yang masih memiliki arsitektur Islam Jawa, dipadukan dengan arsitektur Eropa. Sementara di Pulau Jawa, arsitektur masjid agung seperti ini sudah jarang sekali ditemukan.

Bukti keberadaan masjid ini dapat dilihat pada gantungan bedug yang berangka 1312H/1890 M, yang kemungkinan berkaitan dengan angka tahun pembuatan bedug atau pemugaran masjid. Dari penanggalan tersebut, kemungkinan masjid juga sudah dibangun sebelum tahun 1939, melainkan pada tahun 1899. Dari cerita yang beredar di masyarakat, ketika peristiwa bencana banjir terjadi pada tahun 1861, masjid ini dijadikan salah satu tempat mengungsi, karena lokasinya yang berada di perbukitan.

dokpri
dokpri
Masjid yang berdiri di tanah seluas 4950 m2 ini, terdiri dari serambi, ruang utama yang digunakan sebagai tempat beribadat, dan mihrab (tempat imam dalam sholat berdiri dan duduk). Benda-benda yang sudah ada sejak masjid ini berdiri yaitu mimbar (untuk tempat menyampaikan ceramah), maksura (tempat shalat khusus bagi penguasa), bedug, dan kentongan.

Pada awal berdiri, konon lantai masjid merupakan plesteran saja, namun pada tahun 1929 terjadi pergantian sehingga sekarang lantai masjid dari bahan tegel warna-warni yang cantik, motif yang berbeda-beda di antara ruang yang ada, tebal, dan kuat,, serta sudah tidak diproduksi secara besar-besaran pada saat ini.

Bangunan masjid ditopang oleh tiang-tiang kayu dari jati yang diukir onamen khas Jawa, demikian juga kusen jendela, dan pintu. Hampir 50% kusen dan kisi-kisi jendela dan pintu, masih asli dari kayu jati, dan 50% sisanya sudah berganti dengan kayu Kalimantan karena keropos. Atap bangunan masjid ini juga masih memakai gaya Jawa, seperti yang ditemukan di keraton atau rumah khas jawa, Joglo.

dokpri
dokpri
Masjid Agung Nur Sulaiman ini terbuka untuk umum, dan berlokasi tepat di samping alun-alun Kabupaten Banyumas. Tempat wudhu laki-laki dan perempuan dipisahkan di samping kiri, dan kanan masjid, sedangkan tempat sholat tetap berada di ruangan utama, hanya dipisahkan dengan kain untuk pembatas tempat sholat laki-laki dan perempuan. Jadi apabila berkunjung ke Banyumas, dan ingin menjalankan ibadah sholat di masjid tua, masjid ini dapat menjadi pilihan utama.

dokpri
dokpri

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun