Mohon tunggu...
diyah
diyah Mohon Tunggu... Freelancer - Dee

lulusan antropologi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pemberian Berkat dalam Selembar Ulos

30 Agustus 2017   17:06 Diperbarui: 30 Agustus 2017   17:19 1417
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setiap orang Batak pasti memiliki Ulos, kain khas suku Batak. Entah pemberian keluarga ataupun warisan keluarga. Ya, karena bagi orang Batak, pemberian Ulos merupakan pemberian berkat (Pasu-pasu) untuk menghangatkan jiwa si penerima, yang diberikan pada saat-saat istimewa.

Ulos yang dipakai sehari-hari kelihatan motifnya sederhana, namun proses pembuatannya tidak sesederhana yang kita lihat. Ada doa di dalam motif sederhana tersebut. Doa-doa yang sudah diucapkan sejak masa lalu untuk pemakai Ulos, doa-doa dalam kepercayaan leluhur yang sering disebut dengan Parmalin. Namun sejarah juga mencatat pada masa agama Kristen memasuki tanah Batak Toba, kepercayaan leluhur Batak dianggap menodai agama, dan berusaha dihilangkan, termasuk dalam Ulos. Cerdiknya orang Batak, doa-doa tersebut tetap dipakaikan di dalam Ulos, yang disamarkan dalam motif nya sehingga tidak terlalu kelihatan, begitu menurut bang Torang Sitorus dalam acara diskusi tentang Ulos di Museum Tekstil pada Agustus lalu.

Saya jadi teringat ketika menghadiri pernikahan teman yang bersuku Batak, pada saat pernikahan, maka lebih dari satu Ulos disematkan pada pengantin, sebagai pemberian berkat dari keluarga besar untuk keluarga yang sedang berbahagia.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Bang Torang juga menceritakan sejarah Ulos, bahwa Ulos sudah ada sejak abad ke-14, bersamaan dengan masuknya alat tenun India. Ulos pun menjadi pakaian sehari-hari suku Batak sampai orang Eropa masuk ke tanah Batak dan mengenalkan pakaian ala barat.

Ulos sendiri berarti selimut, pemberi kehangatan badan dari udara dingin. Dan Ulos yang ada saat ini sudah tidak sama dengan Ulos pada masa lalu, karena sudah semakin jarang orang yang menenun Ulos, apalagi menenun sendiri, bahan utama pembuat Ulos yaitu benang kapas sudha sulit ditemukan, karena sudah jarang ditanam oleh masyarakat Batak.

Pada diskusi Agustus lalu, bang Torang pun bercerita tentang Ulos peninggalan ibunda nya dan peran Ulos dalam siklus kehidupan. Bahwa disetiap siklus kehidupan seperti kelahiran, pernikahan, kematian, Ulos menjadi pemberian yang penting.

Ada Ulos Tondi, namanya, yaitu Ulos yang disematkan pada sang ibu yang mengandung tujuh bulan. Kemudian ketika sudah melahirkan, sang Opung (kakek dari anak yang dilahirkan) akan memberikan Ulos Parompa. Pada saat pernikahan terdapat Ulos Hela (Ulos yang diberikan mertua kepada menantu laki-laki) dan Ulos Pasamot (Ulos yang diberikan orangtua pengantin perempuan kepada orangtua pengantin laki-laki). Sedangkan pada saat kematian, ada yang namanya Ulos Saput.

Bukan hanya fungsi Ulos yang berbeda, motif Ulos pun berbeda-beda. Motif yang lebih sederhana biasanya digunakan untuk sehari-hari. Sedangkan motif yang lebih rumit, dipakai pada saat-saat istimewa.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Ulos, seperti kain khas nusantara di berbagai tempat, memiliki makna dan fungsi yang luar biasa, namun sayangnya sekarang generasi muda sudah banyak yang tidak mengetahuinya, dan membiarkan selembar Ulos menjadi sejarah keluarga belaka. Bang Torang Sitorus juga telah melakukan banyak pembinaan dan pemberdayaan terhadap penenun muda di Tanah Batak, sehingga pengetahuan menenun ini tidak lenyap.

Selain itu, kegiatan-kegiatan berbagi pengetahuan tentang kain nusantara, seperti yang dilakukan oleh Wastra Indonesia ini selama bulan Agustus, perlu dilakukan terus menerus, terutama pada generasi muda bangsa. Agar pengetahuan leluhur tidak punah dan tidak berada di tempat lain, yang jauh dari kampung halaman. (Diyah Wara)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun