Mohon tunggu...
diyah
diyah Mohon Tunggu... Freelancer - Dee

lulusan antropologi

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Wisata Sejarah ke Blitar

30 Agustus 2017   10:00 Diperbarui: 31 Agustus 2017   05:25 3177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Blitar, sebuah kota kecil yang termasuk ramai dikunjungi wisatawan. Baik wisatawan dalam maupun luar negeri. Hal yang tidak mengherankan, karena di sinilah presiden pertama Republik Indonesia sekaligus pahlawan proklamator, Soekarno, dibesarkan dan kemudian dimakamkan.

Rumah kediaman keluarga Soekarno, yang disebut dengan Istana Gebang, dan makam Soekarno terbuka untuk umum. Karena itu, ketika saya mengunjungi Blitar tidak ketinggalan untuk mengunjunginya.

Istana Gebang merupakan tempat Soekarno dibesarkan. Berlokasi di Jl.Sultan agung No.29, di sini kita bisa melihat bangunan lama yang masih sama seperti Soekarno tinggal, dan barang-barang khas yang dimiliki keluarga orangtua Soekarno, seperti kursi, dan meja berbahan rotan dan kayu. Di rumah ini, kita juga bisa melihat mobil Soekarno yang digunakan ketika menjabat sebagai presiden RI.

Untuk memasuki rumah ini tidak dikenakan biaya apapun, biaya sukarela saja. Dulu, rumah ini sempat akan dijual oleh keluarga Soekarno dikarenakan ketidakmampuan untuk mengurusnya, namun kemudian rumah ini dibeli oleh pemerintah setempat dan difungsikan sebagai museum.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Kemudian saya pun mengunjungi makam dan museum Soekarno, yang berlokasi tidak jauh dari Istana Gebang. Sayangnya ketika saya datang, museum sedang tutup, padahal saya ingin melihat dan membaca buku-buku tentang Soekarno di dalam museum tersebut. Saya pun langsung menuju makam Soekarno.

Makam Soekarno berdampingan dengan makam orangtuanya, Raden Soekemi Sosrodihardjo dan Ida Ayu Nyoman Rai. Makam tersebut berada di bangunan berbentuk joglo, atau bangunan khas Jawa. Saya dan teman saya pun berdoa sebentar di makam tersebut.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Ketika berada di kompleks makam dan museum, jangan lupa untuk membeli cendera mata dari warung-warung kecil yang berada di luar kompleks makam dan museum, seperti kaus, bingkai foto, dll. Saya pun membeli kaos bergambar Soekarno dan Blitar.
Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Dari situs sejarah Soekarno, saya dan teman pun mengunjungi sebuah candi yang terkenal di Blitar. Candi Panataran disebutnya. Candi ini sebetulnya bernama Candi Palah. Berlokasi di Desa Penataran Kecamatan Nglegok Blitar, candi agama Hindu ini, merupakan candi termegah dan terluas di Jawa Timur.

Bangunan Candi terdiri dari tiga bagian, yaitu kawasan pertama berupa balai agung , tiga miniatur Candi dan Pendopo, bagian ke dua terdapat candi naga dan di bagian ketiga terdapat Candi Induk Penataran. Kita bisa menaiki Candi sampai ke bagian atas, yang diperkirakan sebagai tempat upacara pemujaan. Dari bagian atas candi ini kita bisa melihat pemandangan keseluruhan kompleks percandian.

Di bagian belakang kompleks Candi, kita bisa menemukan kolam dengan air yang tidak habis karena merupakan sumber mata air, didalamnya terdapat ikan-ikan kecil.

Candi ini dibangun pada tahun 1194 oleh Raja Crnga, dan digunakan sebagai tempat pemujaan untuk menghindari malapetaka Gunung Kelud. Memang lokasi candi berada di lereng barat daya Gunung Kelud, tepatnya pada ketinggian 450 meter di atas permukaan laut.

Puas berkeliling situs bersejarah Blitar, saya pun menginjak alun-alun Blitar, yang kebetulan tengah ada pasar malam di sana. Saya dan teman saya pun memutuskan untuk menaiki becak hias yang ada di sekitar pasar malam untuk berkeliling sekitar alun-alun, yang konon sudah ada sejak masa lampau. Kemudian kami berjalan menyusuri jalan di sekitar alun-alun dan mampir ke sebuah toko kue dan roti yang sudah dijalankan selama tiga generasi, bernama Orion. 

Awalnya toko roti ini berada di Solo, dirikan pada tahun 1923, dan ketika sang menantu pemilik toko roti berasal dari Blitar, toko roti pun dibuka di sini. Sungguh enak rasanya roti-roti disini, tidak banyak menggunakan pengawet, jadi akan selalu segar dan hangat roti yang tersaji disini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun