Mohon tunggu...
Bernadus Dian Adi Prasetyo
Bernadus Dian Adi Prasetyo Mohon Tunggu... -

Seorang pekerja yang bekerja dari rumah, dulu bekerja untuk LSM Lingkungan. Sekarang hanya tukang makan yang berharap bisa jalan-jalan lebih banyak. Untuk keseharian saya bisa ditemui di blog.didut.net - didut.wordpress.com atau blog.tukangmakan.com.

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Artikel Utama

Rendezvous with Fung Permadi

3 Agustus 2010   01:40 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:21 323
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kalau tidak sebagai blogger kapan lagi punya kesempatan untuk bertemu dengan bintang bulutangkis Indonesia saat ini ataupun dimasa lalu. Salah satu mantan bintang bulutangkis Indonesia yang sempat saya temui sewaktu berkunjung ke PB Djarum adalah Fung Permadi. Sayangnya karir beliau tidak bersinar sewaktu membela Indonesia tetapi malah bersinar sewaktu membela Taiwan sehingga sempat menjadi juara II di Kejuaraan Dunia. Saya pikir itulah pencapaian tertingginya selain juara ke kejuaraan-kejuaraan tingkat asia dan eropa lainnya. Fung Permadi merupakan alumnus PB Djarum dan saat ini memegang posisi Manager Tim PB Djarum. Sangat beruntung saya karena Fung Permadi menyempatkan ngobrol dengan saya, Titiw dan Widya. Obrolan yang berjalan santai dari soal atlet PB Djarum sampai soal perkembangan bulutangkis di Indonesia yang kita anggap stagnan saat ini. Nikmati percakapannya dibawah ini ya. Bloggers (B): Untuk atlet-atlet yang berusia remaja berapa kali mereka bertanding dalam setahun? Fung Permadi (FP): Untuk pemain U16 (13-15 tahun), PB Djarum mengirimkan mengirimkan mereka berdasarkan perkembangan yang mereka alami dalam latihan. Termasuk motivasi. Setelah lolos dalam pemantauan barulah diseleksi untuk mengikuti sebuah turnamen. Untuk pemain U16 ini PB Djarum tidak mentargetkan jumlah kompetisi untuk pemain. Sedangkan untuk pemain tingkat yunior U19 (16 - 18 tahun) setidaknya mereka bertanding 6 kali dalam setahun termasuk kompetisi diluar negri. Tetapi memang kompetisi diluar Indonesia untuk tingkat yunior masih kurang dibandingkan yang dalam negri. Untuk Sirkuit Nasional saja (yang kebetulan didukung oleh Djarum juga), Indonesia mempunyai 10 kali penyelenggaraan dalam 1 tahun untuk tingkat yunior ini. B: Diusia berapakah seorang pemain bisa keluar dari PB Djarum atau misalnya pindah ke pelatnas? FP: Untuk pemain di PB Djarum setiap tahun pasti ada evaluasi terhadap perkembangan mereka. Karena setiap tahunnya ada yang masuk dari audisi beasiswa PB Djarum pasti ada yang terkena degradasi juga. B: Latihan seperti apa sih yang mereka dapatkan di PB ini? FP: Selain mendapatkan pelatihan dari segi fisik, teknis dan mental, para pemain ini juga mendapatkan pengetahuan umum. Pelatihan untuk menciptakan kreativitas bagi seorang pemain juga sangat penting. Sisi kreatif ini diperlukan jika atlet dalam posisi mental terpojok (misal dalam sebuah pertandingan) atau terkena masalah, mereka mampu mencari solusi atas kebuntuannya tersebut. B: Kalau dari segi fisik dan teknis sebetulnya pemain Indonesia tidak kalah dari pemain dunia lainnya. Tetapi jika didalam sebuah pertandingan mengapa hal tersebut tidak muncul ya? Contoh Ana Rovita yang kalah setelah unggul dari pemain jepang dalam Indonesia Open Super Series 2010 kemarin. Apakah ini karena persoalan mental bertanding? FP: Untuk melatih mental dan psikologi seorang pemain memang sudah dirangkap oleh seorang pelatih. Karena pelatih yang paling tahu kondisi dan perkembangan seorang pemain dari hari ke hari termasuk cara berpikir sang pemain. [caption id="" align="alignnone" width="400" caption="Ana Rovita "]

[/caption] Khusus untuk kasus Ana Rovita. Ana memang tidak ditargetkan untuk mengikuti Indonesia Open Super Series karena masih masuk daftar tunggu karena peringkat/rangking yang belum cukup. Untuk pencapaian Ana yang bisa masuk semifinal Indonesia Open Super Series kemarin itu sudah sangat luar biasa. B: Kembali soal Sirkuit Nasional (SIRNAS), ada dari jenjang usia berapa saja? FP: ada dari dewasa (18 tahun keatas) - taruna (16 - 18 tahun) - remaja (13 - 15 tahun) - pemula (11 - 12 tahun) dan terkadang ada kompetisi untuk veteran. B: Apa sih yang membedakan PB Djarum dengan PB yang lain sehingga bisa membuat banyak bintang bulutangkis untuk Indonesia? FP: Yang membedakan mungkin hanya komitmen. Karena PB Djarum sendiri terus mempertahankan komitmen untuk mengembangkan bulutangkis sejak tahun 1969 (Liem Swie King merupakan atlet pertama yang berprestasi dari PB Djarum). Oleh karena itu segala sesuatu mengenai bulutangkis pasti kita usahakan secara sungguh-sungguh. B: Kembali soal PB Djarum nih, untuk 1 orang pelatih mereka melatih berapa pemain disini? FP: 1 orang pelatih saat ini melatih 12 pemain dengan 1 orang asisten untuk tingkat yunior. Tetapi untuk tingkat dewasa 1 pelatih hanya melatih 6 pemain (komposisi ideal). B: Faktor apa yang membuat pelatnas mengambil atlet dari sebuah PB seperti PB DJarum? FP: Biasanya tergantung usia pemain juga. Walau sangat berprestasi tetapi sudah 24 atau 25 tahun pelatnas juga tidak akan mengambil. Normalnya seorang pemain bisa menjadi pemain pelatnas melalui seleksi nasional yang diadakan setiap tahunnya. B: Kenapa audisi PB Djarum sampai saat ini masih diadakan di Kudus, tidak melakukan jemput bola untuk menseleksi calon-calon atlet yang berprestasi diluar Kudus? FP: Selain karena fasilitas yang belum memadai untuk melakukan audisi diluar Kudus juga kita berusaha untuk memelihara nilai sejarah dari PB Djarum. Karena PB Djarum dimulai dari Kota Kudus. B: Pertanyaan yang cukup klasik dari kami, kenapa sih prestasi bulutangkis Indonesia saat ini menurun drastis? FP: Sebetulnya semua negara yang kuat dalam bulutangkis seperti China pun mengalami penurunan prestasi tetapi memang China mengalami penurunan yang lebih lambat dibandingkan dengan yang lain. Karena untuk sistem point saat ini yang penting kuat dan cepat mendapatkan point. Nilai artistik dan teknis dari sebuah permainan bulutangkis sudah tidak terlalu dianggap lagi (sedangkan atlet Indonesia kuat dalam teknis bermain). Sistem point yang saat ini berlaku juga sudah dianggap ideal untuk kepentingan sponsor dan mengembangkan bulutangkis ke seluruh dunia. B: Pertanyaan terakhir pak, ada gak sih atlet PB Djarum yang menonjol atau siap-siap untuk melesat prestasinya? FP: Untuk putra kita persiapkan Riyanto Subagja (17 tahun), untuk putri kita sebenarnya sudah bersiap untuk kosong tahun ini tetapi tiba-tiba Ana Rovita melesat melalui Indonesia Open Super Series kemarin. Fung Permadi menurut saya  sungguh merupakan sebuah pribadi yang ramah. Ditengah obrolan kami beliau masih  sempat bercanda mengenai istilah pemain setengah dewa (yang saat ini disematkan pada Lin Dan - pemain no 1 di China saat ini). Well, inilah postingan terakhir saya mengenai PB Djarum. Sungguh merupakan pengalaman yang berharga melihat perjuangan atlet-atlet bulutangkis muda disana. Setidaknya saya belajar untuk menghargai seorang atlet karena perjalanan mereka sungguh tidak mudah untuk mencapai posisi yang terbaik didunia. Picture Cortesy:

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun