Sebab hadirmu, sajak ini ada
.
Padamu teman,
Pada laraku tak bertuan,
.
Kau sebut aku perempuan batu
Yang menggeru laksa macan kalap tak kenal lelap
Tegak membisu meski mereka mengumpatku seluruh
Sebab hujatan tak lagi membuatku gegap meratap
.
.
Kau bilang aku bukan lagi perempuan mawar
Yang merahnya darah,
Mengingatkanmu pada rona tembaga
Meski sungguh duriku meliar sangar
Menghujam kulit menoreh perih yang membuncah
Meranggas raga hingga nyaris binasa
….
Lalu lusa,
.
Kau ingin aku jadi perempuan suci
Yang putihnya murni,
Meretas khayalmu akan pigmen susu dari air surga
Dan, adakah yang lebih berarti?
Dari segala peri,
Tentang semua kisah, yang berakhir di ujung dermaga
.
Dan padamu teman,
Pada gundahku di sudut penantian…
.
(Merajut kelamnya malam Malang, March 6th 2009)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H