Mohon tunggu...
Didno
Didno Mohon Tunggu... Guru - Guru Blogger Youtuber

Guru yang suka ngeblog, jejaring sosial, nonton bola, jalan-jalan, hobi dengan gadget dan teknologi. Info lengkap didno76@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pendidikan Harus Berlandaskan Imtak dan Menguasai Iptek

26 Mei 2016   00:44 Diperbarui: 8 Juni 2016   14:31 299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Guru sedang di kelas | Foto dari Facebook Pribadi

Sebagai seorang pendidik tentu sedikitnya harus memahami pengertian pendidikan. Karena sejak kuliah hingga saat mendidik di kelas banyak bergelut dengan istilah pendidikan. Banyak pakar dan para ahli yang sudah mendefinisikan arti pendidikan. Tapi pada kesempatan ini saya tidak akan membahas pengertian pendidikan secara keseluruhan tetapi saya hanya akan mengutip beberapa pengertian Pendidikan dari Bapak Pendidikan Nasional dan berdasarkan Undang-undang SISDIKNAS (Sistem Pendidikan Nasional) No.20 Tahun 2003.

Pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara (Bapak Pendidikan Nasional Indonesia) yaitu tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya.

Sedangkan Pendidikan berdasarkan UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003 adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.

Tapi kenyataannya sekarang pendidikan sudah semakin melenceng dari  harapan yakni menjadi seseorang yang cerdas, berakhlak mulia dan memiliki ketrampilan untuk keselamatan dan kebahagian hidupnya.  Ada beberapa faktor penyebabnya :

Pertama, Karena KKM yang terlalu tinggi. Sekarang banyak guru yang merasa terkekang dengan ketentuan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang harus dilaksanakan oleh guru. Padahal KKM harusnya ditentukan oleh guru pada satuan pendidikan masing-masing bukan ditentukan dari Kepala Dinas atau Kepala Sekolah. Sehingga sekarang yang ada nilai siswa terlihat lebih tinggi dibandingkan dengan kemampuan siswanya.

Tingginya nilai para pelajar sekarang tidak lepas dari keinginan Kepala Dinas Pendidikan yang ingin dianggap sebagai kemajuan karena para pelajarnya memiliki nilai yang tinggi. Begitu juga dengan Kepala Sekolah yang menetapkan KKM lebih tinggi karena akan merasa malu jika anak-anaknya tidak diterima di sekolah yang bagus kualitasnya karena nilainya rendah.

Maka tidak heran sekarang banyak anak yang tidak bisa membaca, menulis, dan berhitung pun nilainya akan sama dengan anak yang memiliki kelebihan di atasnya. Kalau pun berbeda jarak nilai antara anak yang memiliki kemampuan dengan anak yang pas-pasan tidak jauh berbeda.

Kedua, Pendidikan Agama dan Pendidikan Karakter sangat sedikit. Pendidikan Agama dan karakter di tingkat SD, SMP dan SMA sangat sedikit maka tidak heran banyak anak yang memiliki kemampuan tentang agamaanya sendiri sangat minim dan karakternya tidak sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia.

Bahkan beberapa pelajar tidak mengetahui peralatan yang digunakan untuk beribadah, tidak mengetahui tata cara beribadah. Selain itu sopan santun terhadap orang yang lebih tua baik di lingkungan sekolah maupun di lingkungan rumahnya semakin hari semakin berkurang.

Sekarang sudah mulai jarang terlihat, pelajar yang mencium tangan gurunya saat bersalaman. Semakin jarang pelajar membungkukkan badannya ketika lewat dihadapan guru. Semakin jarang pelajar yang memberikan salam dan menyapa kepada gurunya.

Sedikitnya pelajaran Agama pun berdampak maraknya penggunaan obat-obatan terlarang dan minuman keras di kalangan pelajar. Bahkan penyalahgunaan obat-obatan yang dijual di warung pun kini semakin marak di kalangan pelajar yang tinggal di desa.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun