Sesuai dengan filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka yang memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin yang dikenal yang dengan Semboyannya "Ing Ngarso Sung Tulodho, Ing Madya Mangunkarsa, Tut Wuri handayani", yang diartikan bahwa seorang pemimpin harus memiliki sikap bahwa di depan bisa memberikan tauladan, di tengah harus bisa memberikan semangat, dan di belakang, seorang pemimpin harus memberikan dukungan atau motivasi.
Nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita akan berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam suatu pengambilan keputusan dapat memberikan dampak yang luar biasa pada lingkungan sekitar kita, dimana keputusan yang akan kita ambil sesuai dengan kaidah-kaidah yang harus dilaksanakan dalam pengambilan dan pengujian keputusan. Keputusan harus dapat dipertanggungjawabkan dan mengakomodasi sebagian besar keinginan dari orang-orang di sekitar kita. Sebagai seorang pemimpin kita tidak boleh egois dengan memaksakan keputusan kita pada orang lain, tetapi dalam mengambil keputusan harus berdasarkan pada 4 paradigma, 3 prinsip, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan.
Materi pengambilan keputusan berkaitan erat dengan kegiatan coaching karena seorang coach dapat membantu coachee untuk memahami dan memperbaiki kemampuan mereka dalam mengambil keputusan yang efektif. Proses coaching dapat membantu coachee untuk mengidentifikasi tujuan, mengumpulkan informasi, mengevaluasi pilihan, dan memilih keputusan yang paling tepat dalam situasi yang diberikan. Dalam proses coaching, seorang coach dapat membantu coachee untuk mengevaluasi keputusan yang telah diambil dan mengeksplorasi apakah keputusan tersebut telah efektif. Jika masih ada pertanyaan-pertanyaan atau keraguan dalam diri Coachee tentang keputusan yang telah diambil, seorang coach dapat membantu untuk mengidentifikasi masalah atau kekhawatiran yang mungkin terjadi dan memberikan saran atau bimbingan untuk memperbaiki situasi tersebut. Â
Selain itu, seorang coach juga dapat membantu coachee untuk mengembangkan kemampuan dalam pengambilan keputusan dengan memberikan latihan atau permainan peran yang dapat membantu meningkatkan kemampuan mereka dalam memilih alternatif yang paling tepat. Dalam proses coaching, seorang coach juga dapat membantu coachee untuk mempertimbangkan faktor-faktor yang memengaruhi pengambilan keputusan, seperti nilai-nilai, norma-norma, atau tekanan sosial, sehingga dapat meminimalkan risiko dalam mengambil keputusan.
Kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh besar terhadap pengambilan keputusan, terutama dalam situasi yang kompleks seperti masalah dilema etika. Seorang guru yang mampu mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan mampu mempertimbangkan dengan baik faktor-faktor yang terkait dengan keputusan tersebut, seperti nilai-nilai, norma-norma, serta tekanan sosial yang ada dalam situasi tersebut.
Pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika seorang pendidik perlu kembali kepada nilai-nilai yang dianut oleh pendidik tersebut. Nilai-nilai moral dan etika yang dianut oleh seorang pendidik harus selaras dengan tindakan dan keputusan yang diambil dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik. Selain itu perlu dilakukan refleksi diri dan evaluasi terhadap nilai-nilai moral dan etika yang dianut. Jika nilai-nilai tersebut tidak selaras dengan tindakan dan keputusan yang diambil, maka perlu dilakukan upaya untuk memperbaiki atau meningkatkan nilai-nilai tersebut agar dapat lebih tepat dalam mengambil keputusan.
Pengambilan keputusan yang tepat oleh seorang pendidik akan berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman bagi murid, orang tua, guru, staf, dan kepala sekolah di institusi pendidikan. Hal ini dikarenakan keputusan yang tepat akan menghasilkan tindakan yang tepat pula, yang pada akhirnya akan mempengaruhi kualitas pendidikan dan hubungan antara siswa dan pendidik. Dalam konteks lingkungan belajar yang positif, keputusan yang tepat juga dapat membantu mengatasi masalah disiplin siswa dan meningkatkan kedisiplinan siswa. Ketika pendidik mampu mengambil keputusan yang tepat terkait dengan masalah disiplin, siswa akan merasa dihargai dan memahami konsekuensi dari tindakan mereka, sehingga dapat membantu meningkatkan kedisiplinan siswa secara keseluruhan. Keputusan yang tepat juga akan membantu meningkatkan kualitas pendidikan dan membawa manfaat jangka panjang bagi siswa dan lembaga pendidikan secara keseluruhan.
Tantangan yang mungkin dihadapi dalam pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika di sekolah adalah kompleksitas kasus yang dihadapi. Setiap kasus etika di sekolah memiliki konteks yang unik dan nilai-nilai yang beragam, sehingga memerlukan pemikiran yang matang dan penilaian yang cermat untuk menemukan solusi yang tepat. Oleh karena itu penting bagi guru dan kepala sekolah untuk terus mengasah kemampuan dalam mengatasi dilema etika dan beradaptasi dengan perubahan paradigma di sekolah, sehingga dapat menjaga integritas dan mengambil keputusan yang tepat dan etis dalam situasi yang kompleks dan dinamis.
Pengambilan keputusan yang tepat dapat memiliki pengaruh yang positif terhadap pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita. Ketika kita mengambil keputusan yang tepat, kita dapat memberikan pengajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan potensi masing-masing murid, sehingga mereka dapat tumbuh dan berkembang secara maksimal. Pembelajaran yang tepat dapat dilakukan dengan menggunakan pembelajaran berdiferensiasi (materi, proses dan produk) dengan memperhatikan gaya belajar, minat, bakat, dan kebutuhan khusus yang dimiliki oleh setiap murid.
Seorang pemimpin pembelajaran memiliki peran yang sangat penting dalam membantu murid-muridnya menghadapi masa depan mereka. Dalam mengambil keputusan yang tepat, seorang pemimpin pembelajaran dapat mempengaruhi kehidupan dan masa depan murid-muridnya dalam beberapa cara, antara lain:
1. Memberikan arah yang jelas dalam pengambilan keputusan: Dalam menghadapi dilema etika atau masalah lainnya, seorang pemimpin pembelajaran dapat membantu murid-muridnya dengan memberikan arah yang jelas dan tepat terkait pengambilan keputusan yang mereka hadapi. Hal ini dapat membantu murid-murid untuk membuat keputusan yang tepat dan berdampak positif pada masa depan mereka.
2. Meningkatkan keterampilan sosial dan emosional: Melalui pembelajaran dan pengalaman, seorang pemimpin pembelajaran dapat membantu murid-murid untuk meningkatkan keterampilan sosial dan emosional mereka. Hal ini akan membantu mereka untuk menghadapi situasi yang kompleks dan membuat keputusan yang tepat dalam kehidupan mereka di masa depan.
3. Meningkatkan keterampilan akademik dan keterampilan hidup: Seorang pemimpin pembelajaran dapat membantu murid-muridnya untuk meningkatkan keterampilan akademik dan keterampilan hidup yang akan membantu mereka menghadapi tantangan di masa depan. Dengan memberikan pengajaran yang memerdekakan, pemimpin pembelajaran dapat membantu murid-muridnya menemukan minat dan bakat mereka serta membantu mereka mengembangkan potensi mereka secara maksimal.
Koneksi antar materi antar modul dari 1.1 hingga modul 3.1
Pendidik harus memahami pemikiran Ki Hadjar Dewantara yakni, ing ngarso sung tulodo, ing madya mangun karso, tut wuri handayani dalam mengambil keputusan sebagai pemimpin.
Dalam kegiatan pembelajaran, pendidik harus memahami 5 kebutuhan dasar manusia Kebutuhan Bertahan Hidup, Kasih sayang dan Rasa Diterima (Kebutuhan untuk Diterima), . Kekuasaan dan Penguasaan (Kebutuhan Pengakuan atas Kemampuan), Â Kebebasan (Kebutuhan Akan Pilihan), dan Kesenangan (Kebutuhan untuk merasa senang).
Salah satu model manajemen perubahan di lingkungan pembelajaran, baik itu di kelas maupun sekolah. Kita dapat mencoba menerapkannya melalui tahapan BAGJA (Buat Pertanyaan, Ambil Pelajaran, Gali Mimpi, Jabarkan Rencana, Atur Eksekusi).
Budaya positif merupakan perwujudan dari nilai-nilai atau keyakinan universal yang diterapkan di sekolah. Budaya positif menimbulkan rasa aman dan nyaman pada murid dalam proses pembelajaran. Budaya positif juga mendorong murid untuk mampu berpikir, bertindak dan mencipta dengan merdeka, mandiri dan bertanggung jawab.
Segitiga restitusi adalah proses menciptakan kondisi bagi murid untuk memperbaiki kesalahannya sehingga karakter mereka lebih kuat ketika kembali pada kelompoknya.
Langkah-langkah Segitiga Restitusi :
1. Menstabilkan Identitas (Stabilize the Identity)
2. Validasi Tindakan yang Salah (Validate the Misbehaviour)
3. Menanyakan Keyakinan (Seek the Belief).
Pembelajaran berdiferensiasi adalah serangkaian keputusan masuk akal (common sense) yang dibuat oleh guru yang berorientasi kepada kebutuhan murid. Kebutuhan belajar murid ada 3 aspek :
1. Kesiapan belajar murid (readiness)
2. Minat murid
3. Profil belajar murid
Pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif oleh seluruh komunitas sekolah. Proses kolaborasi ini memungkinkan anak dan pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah memperoleh dan menerapkan pengetahuan, keterampilan dan sikap positif mengenai aspek sosial dan emosional agar dapat:
1. memahami, menghayati dan mengelola emosi  (kesadaran diri)
2. menetapkan dan mencapai tujuan positif (manajemen diri)
3. merasakan dan menunjukkan empati kepada orang lain (kesadaran sosial)
4. membangun dan mempertahankan hubungan yang positif (keterampilan membangun relasi)
5. membuat keputusan yang bertanggung jawab. (pengambilan keputusan yang bertanggung jawab)
Prinsip coaching dikembangkan dari tiga kata/frasa kunci pada definisi coaching, yaitu "kemitraan, proses kreatif, dan memaksimalkan potensi".
Sebelum mempelajari modul ini, pernah mengambil keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema. Bedanya kalau sebelumnya saya tidak menggunakan 4 paradigma dilema etika, 3 prinsip pengambilan keputusan dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan.
Dampak setelah mempelajari modul 3.1 tentang Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin membuat saya belajar memahami langkah-langkah yang harus diambil sebelum mengambil keputusan dengan menggunakan 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah dan pengujian keputusan.
Sangat penting mempelajari modul 3.1 ini karena mengajarkan kepada kita hal penting dalam pengambilan keputusan yaitu sikap yang bertanggung jawab dan mendasarkan keputusan pada nilai-nilai kebajikan universal.
Konsep-konsep yang telah dipelajari dalam modul 3.1 tentang Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-nilai Kebajikan sebagai Pemimpin adalah sebagai berikut :
Ada 4 Paradigma Dilema Etika yaitu :
1. Individu lawan kelompok (individual vs community)
2. Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)
3. Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)
4. Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term).
Individu lawan kelompok (individual vs community)
Dalam paradigma ini ada pertentangan antara individu lawan sebuah kelompok yang lebih besar di mana individu ini juga menjadi bagiannya. Paradigma ini, bisa juga berhubungan dengan konflik antara kepentingan pribadi lawan kepentingan orang lain, atau kelompok kecil lawan kelompok besar.
Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)
Dalam paradigma ini, pilihannya adalah antara mengikuti aturan tertulis atau tidak mengikuti aturan sepenuhnya. Kita bisa memilih untuk berlaku adil dengan memperlakukan hal yang sama bagi semua orang, atau membuat pengecualian dengan alasan kemurahan hati dan kasih sayang.
Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)
Kejujuran dan kesetiaan seringkali menjadi nilai-nilai yang bertentangan dalam situasi dilema etika. Kadang kita harus memilih antara jujur atau setia (atau bertanggung jawab) kepada orang lain. Apakah kita akan jujur menyampaikan informasi berdasarkan fakta atau kita akan menjunjung nilai kesetiaan pada profesi, kelompok tertentu, atau komitmen yang telah dibuat sebelumnya.
Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)
Paradigma ini paling sering terjadi dan mudah diamati. Seringkali kita harus memilih keputusan yang kelihatannya terbaik untuk saat ini atau yang terbaik untuk masa yang akan datang. Paradigma ini bisa terjadi pada hal-hal yang setiap harinya terjadi pada kita, atau pada lingkup yang lebih luas misalnya pada isu-isu dunia secara global, misalnya lingkungan hidup dan lain lain.
Ada 3 Prinsip Pengambilan Keputusan :
1. Berpikir Berbasis Hasil Akhir (End-Based Thinking)
2. Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)
3. Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)
9 Langkah Pengambilan dan Pengujian Keputusan
Untuk memandu kita dalam mengambil keputusan dan menguji keputusan yang akan diambil dalam situasi dilema etika ataupun bujukan moral yang membingungkan, ada 9 langkah yang dapat Anda lakukan. Anda dapat memilih salah satu dari kasus-kasus yang telah dibahas sebelumnya di modul ini untuk Anda gunakan sebagai contoh.
1. Mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan
2. Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini.
3. Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini.
4. Pengujian benar atau salah
- a. Uji legal (apakah ada aspek pelanggaran hukum atau tidak)
- b. Uji Regulasi/Standar Profesional (apakah ada pelanggaran peraturan atau kode etik atau tidak)Â
- c. Uji Intuisi (apakah tindakannya sejalan atau berlawanan dengan nilai yang Anda yakini)
- d. Uji Publikasi (apa yang akan anda rasakan bila keputusannya dipublikasi di media cetak atau elektronik dan menjadi viral di media sosial)
- e. Uji Panutan/Idola (apa yang akan dilakukan oleh seseorang yang merupakan panutan Anda)
5. Pengujian Paradigma Benar lawan Benar.
6. Melakukan Prinsip Resolusi
7. Investigasi Opsi Trilema (mencari opsi di luar dari 2 pilihan yang sudah ada)
8. Buat Keputusan
9. Lihat lagi Keputusan dan Refleksikan
Pendidik harus memahami pemikiran Ki Hadjar Dewantara yakni, ing ngarso sung tulodo, ing madya mangun karso, tut wuri handayani dalam mengambil keputusan sebagai pemimpin.
Dalam kegiatan pembelajaran, pendidik harus memahami 5 kebutuhan dasar manusia Kebutuhan Bertahan Hidup, Kasih sayang dan Rasa Diterima (Kebutuhan untuk Diterima), . Kekuasaan dan Penguasaan (Kebutuhan Pengakuan atas Kemampuan), Â Kebebasan (Kebutuhan Akan Pilihan), dan Kesenangan (Kebutuhan untuk merasa senang).
Sebelum mempelajari modul ini, pernah mengambil keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema. Bedanya kalau sebelumnya saya tidak menggunakan 4 paradigma dilema etika, 3 prinsip pengambilan keputusan dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan.
Dampak setelah mempelajari modul 3.1 tentang Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin membuat saya belajar memahami langkah-langkah yang harus diambil sebelum mengambil keputusan dengan menggunakan 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah dan pengujian keputusan.
Sangat penting mempelajari modul 3.1 ini karena mengajarkan kepada kita hal penting dalam pengambilan keputusan yaitu sikap yang bertanggung jawab dan mendasarkan keputusan pada nilai-nilai kebajikan universal.
Artikel ini untuk memenuhi tugas Koneksi Antarmateri - Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin. Semoga bermanfaat untuk kita semua.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H