Mohon tunggu...
Didno
Didno Mohon Tunggu... Guru - Guru Blogger Youtuber

Guru yang suka ngeblog, jejaring sosial, nonton bola, jalan-jalan, hobi dengan gadget dan teknologi. Info lengkap didno76@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Ponsel Boleh Bermasalah tetapi Semangat Tidak Boleh Menyerah

1 November 2021   22:30 Diperbarui: 1 November 2021   22:34 366
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat ini, sekolah masih menerapkan PTM Terbatas (Pembelajaran Tatap Muka Terbatas). Karena kabupaten tempat kami mengajar masih level 3. Sehingga pelajar hanya diperbolehkan masuk sekolah maksimal 50% dari jumlah siswa.

Dampaknya tentu ada pembagian siswa yang masuk menjadi sesi 1 dan sesi 2. Untuk sesi satu masuk ke sekolah pada hari Senin, Rabu dan Jumat, sedangkan untuk sesi 2 masuk ke sekolahnya pada hari Selasa, Kamis dan Sabtu.

Selama kegiatan PTM Terbatas, pembelajaran menjadi hybrid, dimana bapak dan ibu guru mengajar secara langsung di sekolah karena jam terbatas, sedangkan tugas-tugasnya dikirim ke whatsapp kelas dan siswa mengerjakan tugas di rumahnya masing-masing.  

Ada banyak kendala pembelajaran secara daring, diantaranya siswa yang tidak memiliki gadget atau smartphone, tidak ada kuota atau akses internet, smartphonenya rusak, siswa malas mengerjakan dan lain-lain.

Oleh karena itu, guru harus mengetahui permasalahan yang dihadapi oleh siswa saat mereka tidak mengerjakan tugas daring. Guru tidak boleh menghakimi anak tersebut sebagai siswa yang "malas" apalagi mengecap sebagai siswa yang "bodoh".

Karena baru-baru ini saya mendapatkan pengalaman baru.  Ada salah satu siswa yang mengirim pesan Whatsapp :

Assalamualaikum pak ...
Boleh gak pak soal yang bapak kirim link-nya itu di tulis di buku,  nanti saya kirim ke bapak karena hpnya gak bisa ditarik atau diseret pa....

Setelah membaca pesan tersebut, jari jemari ini langsung reflek membalas "boleh"

Kemudian dia menjawab "terima kasih pa... telah mengizinkan saya mengerjakan tugas di buku"

Lalu saya jawab "iya sama-sama.."


Sekedar informasi saja, tugas yang dikirimkan kepada peserta didik berisi rangkuman dan soal drag and drop. Secara teori soal tersebut seperti game atau permainan dengan cara menjodohkan antara gambar dengan jawabannya saja. Jawabnnya berada di bawah gambar, peserta didik hanya menarik dan menggeser saja sesuai dengan kolom jawabannya masing-masing.  
 

Tetapi karena hapenya bermasalah tidak bisa menarik dan menyeret tulisan tersebut maka dia berinisiatif menggambar tugas tersebut di bukunya. Tidak terbayang oleh saya, siswa tersebut melakukan hal tersebut.

Dalam hati saya merasakan kesedihan dengan kondisi ini, tetapi disisi lain saya merasa bangga memiliki murid yang tidak menyesali dengan keadaan dirinya, dia tetapi berusaha dengan apa yang dimilikinya termasuk dengan ponsel yang tidak bisa ditarik dan seret di layarnya.

"Saya bangga nak punya murid seperti kamu... yang tetap semangat belajar di tengah keterbatasan yang kamu miliki, semoga kamu menjadi orang yang sukses suatu saat nanti".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun