Mohon tunggu...
Didno
Didno Mohon Tunggu... Guru - Guru Blogger Youtuber

Guru yang suka ngeblog, jejaring sosial, nonton bola, jalan-jalan, hobi dengan gadget dan teknologi. Info lengkap didno76@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Saling Bermaafan dengan Orang Beda Agama Saat Lebaran

22 Mei 2020   18:46 Diperbarui: 22 Mei 2020   18:48 1175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kumpul bersama keluarga saat lebaran (Dok. Pribadi)

Sudah lebih dari 15 tahun, saya merayakan lebaran atau Hari Raya Idul Fitri tidak di kampung halaman sendiri melainkan di tempat kelahiran isteri di Sindanglaya Cipanas Puncak. Ada pengalaman menarik selama tinggal disini.

Kalau di kampung sendiri, orang yang beda agama bisa dihitung dengan jari karena mayoritas penduduknya beragama Islam. Sehingga pada saat shalat Ied masjid penuh bahkan hingga ke jalan raya di tutup sebagian.

Kebiasaan menarik di kampung sendiri setelah selesai shalat Ied, yakni para jemaah langsung berdiri di atas shofnya masing-masing, kemudian Sang Imam menyalami satu persatu jamaah disusul dengan jamaah lainnya. Antrian orang bersalaman pun mengular hingga ke pintu keluar masjid.

Tetapi pemandangan berbeda saat berada di Sindanglaya Cipanas Puncak. Walaupun di tempat ini mayoritas muslim, tetapi banyak pendatang yang bekerja di Yayasan Santo Yusuf yang notabenenya berbeda agama yakni agama Katolik.

Kalau disini,  setelah shalat Ied lanjut bersalaman biasanya makmum langsung menuju ke tempat Imam. Jamaah bersalaman hingga mengelilingi bagian dalam masjid. Setelah bersalaman dilanjutkan dengan kegiatan khaul atau membacakan doa untuk keluarga yang sudah meninggal dunia.

Setelah itu dilanjutkan dengan saling bersalaman dan memaafkan dengan anggota keluarga di rumah masing-masing. Kemudian kumpul dan makan bersama keluarga dengan sajian menu khas lebaran yakni opor dan ketupat.  

Selepas makan, semua keluarga bersiap untuk berziarah ke makam nenek, buyut dari isteri. Menariknya sepanjang jalan tidak hanya orang Islam yang saling bersalaman tetapi yang beda agama pun biasanya berdiri di depan rumah menyambut warga yang akan ke makam dan saling bermaafan.

Hal ini tentu pengalaman yang berbeda dengan kampung sendiri. Mereka yang non muslim menyambut perayaan Hari Raya Idul Fitri dengan berpakaian baru dan bersalaman dengan orang Islam yang akan berziarah ke kuburan atau saling bermaafan dengan tetangganya.

Keberagaman dan toleransi di tempat ini menjadi contoh yang baik sejak lama. Masyarakat yang ada di tempat ini bisa hidup berdamping. Bahkan pekerja yayasan tidak hanya yang beragama Katolik tetapi juga beragama Islam.

Sebelum terjadi pandemi Covid-19, yayasan tersebut sering mengadakan bazar pasar murah untuk masyarakat sekitar. Selain itu sering memberikan paket sembako ke masyarakat yang tidak mampu di desa tersebut.

Pengalaman ini membuat saya terkesan dimana kita diajarkan untuk hidup saling menghargai dan menghormati orang lain. Tidak peduli agamanya apa karena yang nanti akan saling membantu itu tetangga terdekat dahulu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun