Mohon tunggu...
Didno
Didno Mohon Tunggu... Guru - Guru Blogger Youtuber

Guru yang suka ngeblog, jejaring sosial, nonton bola, jalan-jalan, hobi dengan gadget dan teknologi. Info lengkap didno76@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

7 Penyebab Bus Umum di Jalur Pantura Mulai Sepi Penumpang

2 April 2018   22:14 Diperbarui: 3 April 2018   08:01 4002
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bus umum di jalur pantura (Dok. Didno)

Sudah hampir setengah tahun saya tidak pernah naik bus umum baik dari Jalan Pantura Indramayu ke Jakarta atau dari Indramayu ke Cirebon. Tetapi hari Sabtu kemarin saya kembali naik bus umum dari Jalur Pantura dari Karangsinom, Kandanghaur ke Cirebon.

Biasanya bus umum di jalur pantura dari arah Jakarta ke Cirebon atau sebaliknya hampir setiap 15 menit sekali ada bus yang datang tetapi kemarin saya harus menunggu hampir 30 menit. Selain itu bus yang saya tumpang hanya berisi kurang dari setengah kapasitas bus tersebut.

Saya pun mencari tahu dari beberapa calo dan penumpang yang ada di bus penyebab sepinya penumpang bus umum di jalur pantura. Berikut kesimpulan jarangnya penumpang yang naik bus umum di jalur pantura:

Pertama, beralih ke kereta api. Banyak pengguna bus umum di jalur pantura yang beralih ke moda transportasi lain yang dianggap tepat waktu sampai di tempat tujuan yakni dengan menggunakan moda transportasi kereta api. Apalagi banyak pilihan jadwal keberangkatannya sehingga penumpang bisa menyesuaikan dengan jadwal acaranya masing-masing.

Kedua, banyak mobil travel. Sekarang banyak mobil travel dari Indramayu, Cirebon dengan tujuan ke Jakarta, Bekasi dan kota lainnya atau sebaliknya. Bagi sebagian penumpang yang menginginkan kenyamanan selama perjalanan tentu lebih memilih mobil travel dibandingkan dengan bus umum.

Ketiga, banyak pengamen. Pengamen di bus umum sebenarnya sudah menjadi hal yang biasa, tetapi di jalur pantura dari Indramayu ke Cirebon saja bisa lebih dari 5 pengamen dengan berbagai jenis musik dan cara mengamennya masing-masing. Tetapi ada beberapa oknum pengamen yang menggunakan bahasa dan nada memaksa sehingga membuat penumpang malas naik bus umum lagi.

Keempat, sering dioper. Naik bus umum di jalur pantura harus siap dioper atau dipindahkan dari bus yang satu ke bus yang lainnya. Bahkan saya sendiri pernah dioper sebanyak tiga kali dari Jakarta ke Indramayu. Anda bisa merasakan bagaimana kesalnya saat harus dipindah ke bus yang lain bahkan sebanyak tiga kali naik bus yang berbeda apalagi bus yang pertama ada AC-nya dan berganti ke bus yang biasa yang tidak dilengkapi dengan AC (Air Conditioner).

Kelima, kurang nyaman. Banyak penumpang yang merasa kurang nyaman saat naik bus umum karena ada penumpang yang tidak mengerti penumpang lain seperti merokok di dalam bus padahal di dalamnya ada anak kecil, dan orang tua. Ada juga beberapa bus yang kondisinya kotor dan menurut saya tidak layak jalan seperti terdengar bunyi dari atap bus dan bawah bus. 

Selain itu ada oknum pedagang asongan yang sedikit memaksa kepada penumpang dan terkadang mengganggu penumpang yang sedang beristirahat. Bahkan beberapa kali bus yang saya tumpangi terdapat copet, mereka naik bus seperti penumpang biasa dan sering mengintai penumpang yang terlelap dan mengambil barang berharga seperti dompet dan handphone.    

Keenam, harga tidak tetap. Jika Anda pernah naik bus umum di jalur pantura jangan heran tarifnya berubah-ubah. Banyak penumpang melakukan tawar menawar sebelum naik bus atau Anda akan dikenakan tarif yang mahal terutama bagi Anda yang terlihat baru pertama kali naik bus umum di jalur pantura.

Ketujuh, Supir sering ugal-ugalan. Jika naik bus di jalur pantura, siapkan adrenalin Anda. Apalagi bus yang ditumpangi ada saingan di depan atau di belakangnya. Jangan harap Anda bisa tidur pulas di bus karena Anda akan merasakan bak balap mobil dan jantung Anda siap berdetak dengan cepat.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun