Belakangan ini banyak sekali berita tentang nasib seorang guru yang harus mendekam di jeruji besi karena hal-hal kecil yang dulu sering dilakukan oleh guru. Seperti Ibu Nurmayani Salam Guru SMP N 1 Bantaeng yang harus mendekam di penjara gara-gara mencubit muridnya yang siram-siraman air bekas pelan dengan temannya dan mengenai dirinya. Orang tuanya tidak terima dan memperkarakannya ke ranah hukum sehingga dia harus merasakan dinginnya sel tahanan.
Bapak Rahman guru SD yang mengajar di Banyuwangi menghukum siswanya dengan memukul kakinya dengan penggaris gara-gara siswanya memukul dan menendang 4 orang temannya. Sepulang sekolah siswa tersebut melapor kepada ibunya dan kemudian dibawa ke ranah hukum.
Begitu juga yang dialami oleh Bapak Aop Saopudin Guru SDN Panjalin Kidul V Majalengka harus mendekam di tahanan karena mencukur rambut muridnya yang gondrong. Tidak terima dengan perlakuan anaknya yang rambutnya digunting, Iwan orang tua murid tersebut mendatangi sekolahan tempat di mana Bapak Aop bekerja. Belum puas memarahi guru tersebut, Iwan juga malahan mengunting balik rambut guru tersebut.
Sebenarnya masih banyak cerita dari guru lain yang ingin mendisiplinkan muridnya harus berurusan dengan aparat hukum bahkan harus mendekam di penjara. Sungguh ironi nasib guru di Indonesia saat ini. Disisi lain tugas guru harus mendidik siswa agar menjadi manusia cerdas, beriman, dan bertakwa tetapi dalam menjalankan tugasnya halangan dan rintangan sangat besar. Bahkan harus berhadapan dengan orang tua, masyarakat dan aparat hukum.
Tetapi sekarang berbeda beberapa orang tua tidak terima dengan perlakuan guru dalam mendisiplinkan muridnya dengan cara-cara kekerasan sehingga langsung melaporkan kepada pihak kepolisian karena dianggap melakukan tindak kekerasan kepada anak.
Kenyataan yang sering dialami oleh saya saat mendisiplinkan siswa sebagai contoh ada siswa yang rambutnya di-mohawk, gondrong atau tidak sesuai aturan. Pertama hanya diberi peringatan lisan agar besok rambutnya dicukur tetapi biasanya siswa tidak langsung menurut perintah gurunya. Besoknya siswa masih tetap membandel tidak mencukur rambutnya. Akhirnya saya mengambil gunting dan merapikan rambut siswa yang tidak teratur tersebut di hadapan teman-temannya.
Cara ini dianggap efektif karena dia merasa malu dilihat oleh teman-temannya, dan temannya yang mempunyai rambut gondrong atau tidak sesuai aturan akan segera mencukur dengan keinginan sendiri bukan karena terpaksa. Cara mencukur rambutnya pun tidak asal-asalan yang membuat mereka malu tetapi menjadi rapi sehingga jika tidak dicukur lagi di salon pun terlihat bagus.
Selain rambut, hampir setiap hari ada saja siswa yang datang terlambat. Memang di daerah kami sarana transportasi tidak seperti di kota besar tetapi siswa yang disiplin biasanya akan berangkat ke sekolah lebih awal agar tidak terlambat.
Mereka yang terlambat akan dicatat di buku kendali siswa dan dihukum dengan cara membersihkan teras sekolah dengan menyapu dan mengepel. Selain itu mereka juga disuruh membersihkan sampah yang belum dibuang oleh petugas piket hari itu.
Kenakalan remaja sekarang tidak hanya di perkotaan tetapi juga di pedesaan pun sama. Beberapa siswa sudah mulai merokok, minum-minuman keras dan mengonsumsi obat-obatan terlarang walaupun jenisnya masih dikategorikan obat biasa tetapi karena mengkonsumsinya banyak sehingga mereka menjadi seperti orang mabuk. Â