Sejak pergantian kepala sekolah yang baru, banyak sekali perubahan dalam berbagai hal di sekolah kami. Dari peraturan untuk siswa, karyawan dan staf tata usaha sampai peraturan untuk gurunya. Ada yang menarik bagi saya yang sudah bekerja dengan dua kepala sekolah yang berbeda. Gaya kepemimpinan dan cara mengaturnyapun berbeda. Â Peraturan baru yang diterapkan oleh kepala sekolah yang baru adalah mengaji Al Quran selama 10 menit sebelum pelajaran dimulai.
Seluruh siswa yang beragama Islam diwajibkan membawa Al Qur’an ke sekolahan. Tiap hari membaca Al Qur’an sebanyak 3 sampai 5 ayat. Siswa non muslim tidak harus keluar kelas, mereka tetap di dalam kelas dan mendengarkan teman-temannya membaca Al Qur’an. Begitu juga dengan siswi yang sedang halangan mereka tetap duduk di kursi sambil mendengarkan temannya mengaji.
Guru yang mengajar pada jam pertama ikut mengaji dengan siswanya. Secara tidak langsung kebiasaan ini sangat bermanfaat tidak hanya untuk siswa tetapi juga untuk gurunya. Untuk siswa dan siswi kebiasaan ini menuntut mereka agar bisa belajar mengaji Al Qur’an. Karena di zaman seperti sekarang ini, belum tentu mereka mengaji di rumah pada sore atau malam hari. Karena sudah banyak godaan untuk tidak mengaji seperti menonton televisi, bermain dengan teman, dan menikmati kecanggihan teknologi seperti smartphone, tablet dan internetan.
Selain itu dengan kebiasaan mengaji akan memberikan rasa tenang dan tentram tidak hanya untuk siswanya, tetapi juga untuk gurunya. Bagi mereka yang belum bisa mengaji di sekolah kami diadakan kegiatan Baca Tulis Quran atau belajar Iqra. Waktunya setelah jam pelajaran selesai dengan jadwal bergiliran.
Dengan kegiatan ini siswa diharapkan bisa mengaji Al Quran, memberi ketentraman bagi siswa dan gurunya, juga bisa menghindari kebringasan siswa untuk tawuran dan tidak terpuji lainnya. Karena mereka sudah dibekali dengan kegiatan keagamaan dan nilai-nilai kesopanan. Mereka juga akhirnya bisa mengerti bahwa perkelahian dan tawuran bukanlah solusi, lebih baik beraksi untuk hal-hal yang bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain dari pada tawuran.
Mungkin ini sedikit cerita yang mungkin bisa menjadi inspirasi bagi kepala sekolah yang lain untuk menjadikan siswa dan siswinya sebagai orang yang bermanfaat untuk bangsa dan agamanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H